Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75% di awal 2025. Bank Sentral juga menurunkan suku bunga Deposit Facility menjadi 5% dan suku bunga Lending Facility turun menjadi 6,50%. Sebelumnya, BI-Rate bertahan di level 6% selama 4 bulan terakhir.
Keputusan untuk menurunkan suku bunga acuan ini, konsisten dengan arah kebijakan moneter Bank Sentral dalam memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1% di 2025 dan 2026. Langkah tersebut juga seiring dengan terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk pengendalian inflasi dalam sasarannya, dan sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Keputusan untuk menurunkan suku bunga acuan ini, konsisten dengan arah kebijakan moneter Bank Sentral dalam memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1% di 2025 dan 2026. Langkah tersebut juga seiring dengan terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk pengendalian inflasi dalam sasarannya, dan sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Category
📺
TVTranscript
00:00Musik
00:20Halo pemirsa, apa kabar anda hari ini?
00:22Langsung dari studio IDX Channel Jakarta
00:24Saya Prasetyo Wibowo
00:26Kembali hadir dalam Market Review
00:28Program yang mengupas isu-isu yang menjadi penggerak ekonomi di Indonesia
00:32Livestreaming kami bisa anda saksikan juga di idxchannel.com
00:36Dan pemirsa langsung saja kita mulai Market Review selengkapnya
00:40Musik
00:49Ya, mengawali tahun 2025, Bank Indonesia mengambil langkah berani
00:53Dengan menurunkan suku bungacuan BI rate menjadi 5,75 persen
00:58Keputusan Bank Sentral ini konsisten dengan arah kebijakan moneter
01:01Untuk memastikan laju inflasi tetap terkendali
01:04Dan juga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
01:10Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia
01:14Pada tanggal 14 dan 15 Januari 2025
01:21Memutuskan untuk menurunkan BI rate sebesar 25 basis point menjadi 5,75 persen
01:34Suku bunga deposit fasilite turun 25 basis point menjadi 5 persen
01:42Dan suku bunga lending fasilite juga turun 25 basis point menjadi sebesar 6,5 persen
01:51Musik
01:56Demikian pernyataan Gubernur Bank Indonesia Pering Warjo
02:00Terkait hasil rapat dewan Gubernur Bank Indonesia
02:03Yang memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI rate menjadi 5,75 persen
02:09Di awal tahun 2025
02:12Bank Sentral juga menurunkan suku bunga deposit fasilite menjadi 5 persen
02:16Dan suku bunga lending fasilite turun menjadi 6,50 persen
02:21Sebelumnya BI rate bertahan di level 6 persen selama 4 bulan terakhir
02:28Keputusan untuk menurunkan suku bunga acuan ini konsisten dengan arahan kebijakan moneter Bank Sentral
02:34Dalam memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen di 2025 dan 2026
02:43Langkah tersebut juga seiring dengan terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental
02:48Untuk pengendalian inflasi dalam sasarannya dan sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional
02:57Sementara itu BI akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasaran
03:03Dan nilai tukar yang sesuai fundamental dengan tetap mencermati ruang turut mendorong pertumbuhan ekonomi
03:09Sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan nasional
03:23Ya berikutnya kita akan saksikan bersama terkait dengan pergerakan inflasi dan juga nilai tukar rupiah
03:28Yang memang menjadi concern dari Bank Sentral atau Bank Indonesia
03:33Sengkelapnya bisa anda saksikan di layar televisi anda
03:35Pergerakan inflasi kita cermati pergerakannya dari bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November hingga Desember 2024
03:44Baik pergerakan secara bulanan setelah mengalami deflasi dalam 5 bulan terakhir
03:50Mei sampai dengan September, Oktober, November, Desember trennya sudah mulai naik lagi
03:55Desember kemarin tercatat 0,44 persen sementara inflasi secara tahunan tercatat 1,57 persen
04:02Ini pun juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan November secara tahunan di 1,55 persen
04:09Setelah dalam beberapa bulan terakhir dari Mei sampai dengan Oktober raju inflasi cenderung turun secara tahunan
04:15Berikutnya untuk pergerakan nilai tukar rupiah dari tanggal 31 Desember 2024 sampai dengan 14 Januari 2025
04:23Masih bertengger di 16 ribuan per dolar Amerika Serikat tercatat di 14 Januari mencapai 16.265 rupiah per dolar Amerika Serikat
04:39Baik itu dia beberapa data awal dan untuk membahas tema kita terkait dengan mengawali 2025 BI turunkan suku pengacuan 5,75 persen
04:48Kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Bapak Suwandi Wiratno
04:51Beliau adalah Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia
04:55Halo Pak Suwandi apa kabar?
04:58Terima kasih juga atas waktu yang disempatkan dan sudah mengagumi juga
05:03Salam sehat juga untuk Prof
05:04Baik ini dia Profesor Telisa Aulia Valianti, Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
05:12Apa kabar Prof?
05:13Ya baik terima kasih salam sehat juga semuanya
05:16Terima kasih juga atas waktu yang disempatkan dan sebelum membahas lebih jauh bagaimana Prof memandang
05:21Begitu langkah Bank Indonesia di awal tahun 2025 ini mengambil langkah yang ekstraordinari begitu ya
05:27Turun lagi nih dari 6 persen menjadi 5,75 persen BI rate saat ini apakah sesuai sebenarnya dengan konsensus dari Ekonom sendiri?
05:36Ya kalau Ekonom sebetulnya dominan kebanyakan memprediksi tetap ya
05:40Jadi memang cukup menjadi kejutan
05:42Jadi banyak kalau kita lihat analisis para Ekonom tadi sore, kemarin sore dan kemudian pada pagi hari ya
05:51Banyak sekali ramai di grup bahwa memang relatively unexpected
05:55Tetapi di satu sisi cukup positif ya para Ekonom juga memandang meskipun unexpected
06:00Tapi tentunya memang kita kan secara perekonomian sedang membutuhkan stimulus
06:04Bank Indonesia selama ini nampak lebih pro stability untuk menjaga stabilitas rupiah
06:08Nah namun di tengah kita sekarang rupiah yang sedang melemah tekanannya pas kepemilih apa terpilihnya Presiden Trump sebagai Presiden Amerika
06:16Dan akan sebentar lagi dilantik sentimen negatif global kan meningkat ya
06:20Sehingga rupiah cukup tertekan dan dolar tuh sangat menguat
06:23Nah di tengah itu tapi ternyata kita cukup confidence untuk menurunkan suku bunga kita
06:28Karena memang kalau secara kepada inflasi kan seharusnya memang turun ya
06:32Ketika inflasi itu mengalami penurunan dan sudah mencapai target 2,5 plus minus 1 itu
06:38Seharusnya kita bisa mulai melonggarkan BI rate seperti itu
06:42Nah tapi kan kita masih ada rupiah
06:44Nah berarti artinya apa?
06:45Ekonom mungkin membaca bahwa Bank Indonesia menjadi lebih pro growth saat ini
06:49Jadi tidak terlalu pro stability
06:51Ya stabilitas tetap ada nuansanya tapi saat ini mungkin akan lebih fokus kepada pro growth seperti itu
06:57Baik lebih kepada pro growth begitu ya terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
07:01Yang akan terus ditingkatkan lagi
07:04Nah bagi pelaku usaha bagaimana Anda melihat Pak Suwandi begitu dengan langkah Bank Sentral
07:08Yang menurunkan BI rate menjadi 5,75 persen
07:12Angin segar kah atau bagaimana?
07:14Berita baik Mas Prasetyo
07:16Tentunya tadi yang disampaikan oleh Proktelisa
07:19Saat kami pun juga memprediksi sepertinya tidak akan naik
07:23Kemarin pun saya sempat bicara dengan para jurnalis
07:26Tapi begitu kami menerima berita ini berita baik
07:29Artinya harapan kita tentunya dengan adanya penurunan skop pengacuan BI ini menjadi 5,75
07:37Tentu kita berharap juga perbankan dapat juga menyesuaikan ratenya
07:42Apakah ini nanti akan pro dari sisi pertumbuhan kredit
07:47Nah tentunya ini kita masih menunggu
07:49Dan kalau jika demikian tentunya kita juga
07:51Dan hal ini juga membuat apa yang kita inginkan retail juga daya beli
07:55Mulai berangsur-angsur bisa meningkat
07:57Karena kita sudah merasakan daya beli yang sangat-sangat berat di tahun 2024
08:02Dan itu tercermin dari pembelian kendaraan bermotor yang boleh dikatakan hanya ditutup
08:07Di angka misalnya mobil hanya 865.000 unit
08:12Yang diprediksi seawal dengan 1 juta di awal tahun 2024 kemarin
08:16Nah harapannya juga tadi apa yang disampaikan oleh Proktelisa
08:19Bahwa selain BI sudah menurun skop bunga
08:22Pemerintah juga telah banyak hal misalnya membantu dari sisi stimulus-stimulus, insentif-insentif
08:29Dan mungkin yang kita harapkan adalah dari sektor real
08:32Adanya lapangan pekerjaan nih
08:34Karena tahun 2024 kemarin kan banyaknya prof yang di PHK dan lain-lainnya
08:40Dan semoga di tahun ini kembali masyarakat bisa mendapatkan lapangan pekerjaan, pekerja
08:46Dan dari sektor konsumsinya bisa meningkat
08:50Dan tentunya ini akan bisa menumbuh kembangkan industri kami di perusahaan pembiayaan kami
08:55Kami memang banyak memberikan pembiayaan kepada terutama yang non, apa namanya
09:02Belum eligible as a bank customer
09:05Sekarang kami punya anggota misalnya di BNPL
09:08Kami membiayai customer-customer untuk pembelian kendaraan bermotor
09:12Khususnya roda 2 dan roda 4
09:13Dan ini adalah portfolio kami yang paling besar banyaknya di pembiayaan otomotif
09:19Menarik, kalau misalnya dengan kondisi 5,75% ini menjadi yang segar dan memberikan satu kenyamanan baru
09:25Lantas bagaimana update sendiri dari kondisi industri pembiayaan saat ini?
09:31Apakah memang benar-benar sangat tertekan dengan penurunan daya beli, penurunan kelas menengah di Indonesia?
09:37Ya tercermin memang kita belum closing disember
09:40Tapi angka Oktober kami sudah merasakan bahwa pertumbuhan kami sudah di bawah 9% atau 8,37%
09:49Nah tentunya ini tidak sesuai dengan harapan dari industri maupun dari regulator
09:54Pada saat awal kita memprediksi harapan kita-kita masih bisa di angka 10% atau sedikit di atas 9,5%
10:02Namun demikian tekanan terus terjadi dari sisi pertumbuhan
10:06Walaupun kami dari industri banyak para pelaku usaha mencoba dengan turunnya daya beli
10:13Tapi juga banyak nasabah-nasabah yang misalnya kita tawarkan misalnya mereka sudah lunas cicilannya
10:19BPKB-nya masih ada di kita, kita tawarkan BPKB-nya untuk tidak diambil
10:23Kita memberikan pinjaman modal kerja
10:26Karena kita yakin bahwa para debitur-debitur kita banyak juga misalnya membutuhkan modal kerja untuk usaha
10:33Terutama untuk usaha menengah kecilnya dan UMKM
10:36Nah ini tercermin juga kalau portofoli UMKM di industri kami yang sebenarnya diwajibkan 10%
10:43Sekarang sudah kurang lebih 35% Mas Prasetyo
10:46Nah ini yang bisa masih kita harapkan dari supaya industri kita tidak terlalu tertekan pertumbuhannya
10:53Tapi kita sudah rasakan di 2024 kemarin
10:56Oke, nah ini menarik
10:58Prof, lantas bagaimana kalau kita lihat sepertinya dasar dari Bank Indonesia
11:02Kalau dikatakan ini di luar ekspektasi dari konsensus ekonomi sendiri
11:05Begitu bahwa akhirnya Bank Sentral menurunkan suku pengacuan di awal tahun 2025
11:10Faktor domestik atau eksternal yang mendominasi?
11:13Ya faktor domestik tentunya ya
11:15Jadi faktor domestik itu bahwa kita sedang membutuhkan stimulus tadi ya
11:20Disampaikan di tengah penurunan daya beli
11:22Dan sebetulnya inflasi kita kan tadi sudah disampaikan deflasi 5 bulan berturut-turut
11:25Walaupun 3 bulan ini sudah kembali inflasi
11:27Tapi secara year-on-year kan inflasi kita terendah sepanjang sejarah
11:30Tadi sudah disampaikan oleh Mas Pras 1,57%
11:33Ini menjadi signal ada perlambatan dari sisi di mana
11:36Nah itu butuh stimulus dalam bentuk likuiditas moneter dan penurunan suku bunga
11:41Seperti itu, untuk mendorong lagi pertumbuhan ekonomi
11:43Nah, tapi bukan berarti kita mengabaikan stabilitas rupiah
11:47Kalau pernyataan Pak Gubernur sendiri menyampaikan bahwa
11:50Gubernur, Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas rupiah
11:55Nah, caranya seperti apa?
11:57Yaitu meningkatkan mungkin ya
11:59Intervensi pasar berupa SRBI ya
12:02Sekuritas Rupiah Bank Indonesia
12:05Ataupun melalui SRBI dan Suku Falas
12:07Jadi, ini SUKBI dan SUFBI ini akan didorong
12:11Dan SRBI untuk mengurangi potensi terjadinya capital outflow
12:16Atau menarik yang capital inflow supaya rupiah bisa tetap terjaga
12:19Dan kemudian pemerintah sudah menyiapkan amunisi
12:22Kalau mungkin rekan-rekan media juga sudah mengetahui ya
12:24Bahwa pemerintah rencananya akan menaikkan DHE menjadi 1 tahun
12:28Ya, jadi memperpanjang periode devisa hasil ekspor
12:32Nah, itu diharapkan bisa mengurangi tekanan kepada rupiah
12:34Jadi, memainkan instrumen lainnya untuk tetap menjaga rupiahnya
12:38Tapi si BI rate-nya diturunkan
12:40Seperti itu, supaya tidak terjadi capital outflow
12:43Dengan penurunan BI rate itu
12:45Ya, itu tadi
12:46Penguatan dari sisi kebijakan intervensi di pasar falasnya
12:49Dan operasi pasar untuk falas
12:51Dan menciptakan juga instrumen untuk devisa hasil ekspor itu
12:55Bisa ditaruh di SVBI dan Suku Falas Bank Indonesia
12:58Itu yang terbaru sih
12:59Jadi, bukan hanya di Time Deposit Falas, Tidi Falas
13:03Tapi juga akan ada instrumen baru untuk menaruh devisa hasil ekspor
13:06Karena ekspor juga, kemarin kita 15 Januari juga
13:09Udah keluar hasil ekspor ya
13:10Ekspor kita masih surplus
13:12Mungkin Bank Indonesia jadi lebih confidence juga
13:14Untuk menurunkan bunga
13:16Karena kita ekspor masih surplus
13:18Jadi, cadangan devisa masih aman seperti itu
13:21Yang menarik, 5,75% ini
13:23Seberapa kuat nanti
13:24Ataupun paling tidak bisa menjadi trigger
13:26Untuk penguatan lagi nilai tukar rupiah
13:28Karena 16 ribuan terhadap dolar Amerika
13:31Di 16.200 lah terakhir kemarin
13:33Anda melihat bagaimana level ini
13:35Sebenarnya sesuai dengan fundamentalnya
13:38Dari kekuatan rupiah kita
13:40Atau seperti apa Prof?
13:43Kalau bicara fundamental
13:45Sebetulnya, memang kondisi rupiah itu
13:48Bisa kadang-kadang under value
13:50Bisa kadang-kadang over value
13:51Tapi Bank Indonesia menyatakan
13:53Selalu berusaha menjaga rupiah pada alignmentnya
13:55Jadi, intervensi yang dilakukan itu
13:57Untuk tetap meng-alignkan rupiah pada nilai fundamentalnya
14:01Jadi, seharusnya sih
14:03Sudah sesuai dengan fundamental saat ini
14:05Dimana memang devisa
14:08Ya, walaupun devisa tadi masih terjaga
14:10Tapi memang kan surplus naceh perdagangan kita
14:12Memang agak semakin tipis
14:14Seiring dengan normalisasi harga komoditas
14:16Jadi, artinya
14:17Angka segitu memang sesuai dengan fundamental
14:21Tapi kan ada faktor temporanya
14:23Trump efeknya ini loh
14:24Jadi, Trump efek inilah yang menjadi challenging
14:27Ketika global itu sangat tidak pasti
14:30Dolar itu menguat
14:31Indeks dolar menguat gitu
14:33Jadi, artinya bahwa memang
14:34Perlu kita evaluasi lagi sih
14:35Seberapa kuat daya tahan rupiah
14:37Tapi kita perlu menjaga ya
14:39Rupiah kalau bisa
14:40Jangan melebihi level psikologis 16.500
14:43Karena semakin jauh dari target APBN kita
14:45APBN kita kan 16.100 ya
14:47Kita khawatirkan kalau lewat dari 16.500
14:49APBN kita nih
14:50Devisitnya bisa menjadi tertekan
14:52Karena setiap pelemahan rupiah 100 rupiah
14:54Itu akan meningkatkan devisit APBN
14:56Itu kan ada tuh sensitivity analysis
14:58Saya harus cek lagi berapa triliunnya
14:59Tapi kan di tengah devisit APBN
15:01Kita lagi menjadi masalah
15:03Kalau rupiah melemah
15:04Nah, itu yang kita khawatirkan
15:05Jadi, ini benar-benar sinergi monitor fiskal
15:07Antara BI dan pemerintah
15:08Itu perlu dijaga gitu
15:10Karena kita masih punya resiko di sisi rupiah ini loh
15:13Oke, kita akan cermatin nanti di segmen berikutnya
15:15Seperti apa sih saat ini
15:17Dari nilai penyaluran pinjaman atau outstanding
15:19Di industri pembiayaan
15:21Kemudian bagaimana upaya dari 5,75% ini
15:24Benar-benar bisa menjadi satu trigger lagi
15:26Kebijakan Bank Sentral
15:28Untuk yang tadi Bu Elisa katakan
15:30Pro-Growth
15:32Kita bahas nanti di segmen berikutnya
15:33Dan Pemirsa, pastikan Anda masih bersama kami
15:44Ya, terima kasih Anda masih bergabung bersama kami
15:46Dalam Market Review
15:47Pemirsa, berikut ini kami sampaikan data kembali untuk Anda
15:49Terkait dengan risiko dari kredit perbankan
15:52Selama ini seperti apa?
15:53Kita akan cermati bersama dari sisi
15:55NPL Netnya, NPL Gross
15:57Dan juga Loan at Risk
15:59Begitulah data dari Otoritas Jasa Keuangan ini
16:02Baik, pergerakan sampai dengan November 2024
16:06Untuk Loan at Risk-nya kita lihat ini
16:09Kecenderungannya turun dari bulan Agustus
16:11September, Oktober, November 2024
16:13Menjadi 9,82%
16:15Sementara untuk NPL Netnya juga kita lihat
16:19Dari 0,78, 0,77
16:22Kemudian 0,75% di bulan November 2024
16:25Cenderung turun juga
16:27Sementara untuk NPL Gross-nya pun tidak jauh berbeda
16:30Baik, itu dia terkait dengan risiko kredit perbankan saat ini
16:33Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia?
16:36Ini juga menjadi tantangan tersendiri
16:38Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah
16:41Kebijakan fiskal, moneter
16:434,95% pada kuartal 3 2024
16:47Setelah sebelumnya bertahan di level 5%
16:49Baik, kita akan lanjutkan kembali
16:51Berbincangan bersama dengan Bapak Suwandi Wiratno
16:53Ketumum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia
16:55Dan juga Profesor Telisa Aulia Valianti
16:58Ketunum Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
17:02Baik, Pak Suwandi
17:04Lantas kalau kita bicara mengenai
17:06Penyeluran pinjaman atau outstanding dari industri pembiayaan saat ini
17:09Seperti apa?
17:10Kalau Anda katakan tadi memang tantangan dari
17:12Pelemahan daya beli masyarakat ini cukup terasa
17:16Di jumlah sektor yang Anda biayai seperti otomotif
17:21Ya, seperti yang saya tadi sampaikan bahwa
17:24Kita merasa berat di tahun 2024
17:27Dan itu terlihat bahwa komposisi pembiayaan
17:30Di perusahaan pembiayaan ini kan ada 3 kegiatan
17:32Yaitu pembiayaan investasi, modal kerja, dan multiguna
17:36Nah, multiguna biasanya dari tahun ke tahun
17:39Pertumbuhannya double digit
17:40Nah, ini terkait dengan misalnya kredit untuk
17:43Kendaraan roda 2, roda 4, baik, baru, dan bekas
17:46Namun demikian di tahun 2024 ini sampai dengan akhir Oktober
17:50Kita bisa melihat bahwa year on year-nya
17:52Pertumbuhan di pembiayaan multiguna itu
17:55Hanya sekitar 6,6%
17:58Nah, untuk pembiayaan investasi sendiri juga tidak melebihi
18:01Angka 8,5%
18:03Namun demikian, tadi yang saya sampaikan
18:05Banyak perusahaan pembiayaan
18:07Masuk ke pembiayaan modal kerja atau modal usaha
18:10Sehingga pertumbuhannya double digit
18:12Sekitar 11,75% year on year
18:14Nah, ini yang menopang pertumbuhan industri kita
18:17Masih sekitar 8,39% esok Oktober 2024
18:21Nah, harapan kita tentunya
18:23Saya juga yakin bahwa yang namanya
18:25Kendaraan bermotor ini masih terus akan menjadi
18:28Portofolio kita yang terbesar
18:30Karena kita tahu bahwa tren masyarakat Indonesia
18:33Untuk kendaraan roda 4
18:35Biasanya 5 tahun mereka akan keep kendaraannya setelah 5 tahun
18:39Biasa orang yang misalnya mempunyai kendaraan baru
18:42Dan mereka tahu bahwa servis garansi gratis itu
18:46Rata-rata 5 tahun
18:48Hampir semua kendaraan
18:49Biasanya mereka akan menjual kendaraannya
18:51Terus memberi kendaraan baru
18:53Nah, kenapa tahun 2024 ini
18:55Sepertinya kok tidak terjadi banyak pembelian kendaraan baru
18:59Mungkin ya mereka menunggu
19:01Karena ada kebutuhan-kebutuhan lain
19:03Yang harus lebih dipenuhi
19:05Dibandingkan misalnya menjual kendaraannya
19:07Tapi kita harapkan
19:09Bahwa ini akan menjadi
19:11Satu hal yang sangat baik
19:13Berita tentang sukubung acuan ini turun
19:16Tadi Prof. Telisa juga menyampaikan bahwa
19:19BI sudah melihat pro-growth
19:21Artinya bahwa mudah-mudahan dari sisi kredit
19:24Karena kita non-deposit taking
19:26Kita sangat tergantung dari perbankan
19:27Kalau perbankannya sendiri mengucurkan kredit
19:29Kita punya dana dan kita bisa
19:31Apa namanya
19:33Menyalurkan kepada yang membutuhkan
19:35Nah harapan kita juga, masyarakat tadi
19:37Bahwa apakah ini saatnya sudah untuk mengganti kendaraan
19:41Yang tadinya ada berita pajak-opsen
19:43Ini lucunya Prof. Telisa dan Mas Prasetyo
19:46Pada saat di bulan November
19:48Berita tentang pajak-opsen akan diberlakukan 5 Januari
19:51Banyak yang kena prank
19:53Karena mereka langsung belinya di bulan Desember
19:56Jadi bulan Desember penjualan kendaraan Roda 4
19:58Meningkat cukup bagus
20:00Karena contoh ya saya bisa sampaikan bahwa
20:02Fortuner, harga Fortuner itu
20:05Kalau dikenakan penaikan pajak-opsen ini
20:08Bisa nambah 50 juta hanya untuk tambahan pajak kendaraannya
20:13Jadi rata-rata banyak yang beli di akhir Desember 2024
20:16Tapi ternyata kok nggak jadi
20:18Nah ini sebenarnya adalah satu hal yang sangat baik
20:21Bahwa pemerintah daerah mendengar
20:23Pendengar pelaku industri
20:25Bahwa apakah nggak sebaiknya ditunda
20:28Tapi ya mungkin konsepnya bukan ditunda
20:30Tetapi dikenakan tapi diberikan insentif kembali
20:34Jadi itu yang sangat
20:36Apa namanya memberikan angin segar kita juga di awal tahun 2025 ini
20:40Baik Pak Suwandi
20:41Nah Prof Telisa
20:42Kalau memang menjadi dasar domestik yang Anda katakan
20:44Begitu yang concern dari Bank Sentral adalah
20:46Apakah tadi karena adanya kenaikan ada PPN 12%
20:49Untuk yang memang barang mewah
20:51Kemudian tadi kaitannya dengan penyaluran kredit perbankan
20:55Yang juga ya sedikit memang ada tumbuh
20:57Tapi memang tidak terlalu kencang
20:59Anda melihat lebih kepada apa yang perlu dilihat
21:025,75% ini ya akhirnya bisa jadi pijakan yang kuat tidak sih
21:07Untuk mengangkat sejumlah sektor usaha
21:09Ataupun industri di dalam negeri
21:13Ya sebetulnya 25 basis itu kalau secara magnitude belum terlalu besar ya
21:18Tapi setidaknya sudah ada ekspektasi positif
21:21Jadi bahwa setidaknya turun
21:23Kemudian likuiditas akan ditingkatkan sekian ratus triliun
21:26Jadi angin segar lah ya
21:28Di tengah sekarang ya betul tadi sudah disampaikan oleh Pak Suwandi
21:31Kondisi daya beli masyarakat
21:32Ada pajak option juga
21:33Ada PPN
21:34Jadi memang ini bersamaan banget kita tahu di tahun 2025 ini
21:37Banyak sekali ya kenaikan biaya-biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat
21:40Sehingga itu akan semakin mengurus daya beli
21:42Tapi kan Alhamdulillah PPN ini cuma untuk barang mewah
21:44Sehingga dampaknya menjadi lebih moderate
21:47Jadi makanya narasi pro growth ini
21:49Harapannya begini
21:50Jadi kalau sudah pro growth
21:52Itu kan kemudian kredit akan berkembang
21:54Tadi tersalurkan lebih banyak
21:56Terus kegiatan aktivitas ekonomi itu bisa lebih banyak berputar
21:59Kemudian tadi bisa menyerap lapangan pekerjaan
22:02Ya di tengah badai PHK yang kita dengar tadi disampaikan oleh Pak Suwandi juga
22:05Jadi harapannya itu dari penurunan suku bunga ini
22:11Bisa membantu perekonomian kita yang sedang membutuhkan stimulus
22:15Tadi dari sisi fiskalnya sudah disiapkan juga berbagai stimulus
22:19Untuk menjaga daya beli dari kelas menengah ini
22:22Jadi kalau misalkan daya belinya itu terjaga
22:24Ya harapannya aktivitas ekonomi bisa multiplier efeknya itu terus tumbuh
22:28Ya walaupun sebetulnya memang 25 basis
22:30Kalau dikatakan mungkin masih kurang
22:32Kalau target kita misalkan pengen tumbuh di atas 5%
22:36Misalkan 5,5 lah taruh lah targetnya gitu ya
22:39Target maksimal
22:40Nah tapi kan itu kurang sebetulnya
22:43Tapi kan kita masih ada The Fed nih yang jadi kendala kita
22:46Karena The Fed itu diprediksikan dengan kondisi Trump efek yang akan menimbulkan inflasi di US
22:51Itu kemungkinan hanya akan menurunkan lagi itu 2 kali maksimum di 2025
22:57Jadi hanya 2 kali dan itu pun ya 50 basis paling banyak
23:01Nah kalau The Fed hanya menurunkan 50 basis
23:03Ya kita juga nggak bisa lebih dari 50 basis lagi untuk turunnya gitu
23:07Jadi masih ada kendala dari sisi Amerika Serikat sebagai benchmark dari penentuan suku bunga itu
23:12Nah terus PR kedua
23:13Bagaimana perbankan juga ataupun lembaga-lembaga keuangan merespon penurunan suku bunga
23:18Jadi apakah penurunan BIR ini akan tertransmisikan dalam bentuk penurunan suku bunga kredit
23:23Biasanya ada lag time ya
23:25Bank itu nggak langsung nih nurunin gitu
23:27Biasanya yang langsung turun tuh biasanya deposito lah
23:301 atau 2 bulan deposito ikut turun DPK
23:32Dana pihak ketiga untuk suku bunga-suku bunga deposito
23:35Nah tapi kalau suku bunga kredit itu biasanya butuh waktu 4 sampai 6 bulan
23:40Karena perbankan biasanya harus menyesuaikan aset liability managementnya
23:44Jadi nggak bisa langsung tiba-tiba turun seperti itu
23:46Jadi efeknya di masyarakat kan baru 2 atau 3 bulan
23:49Nah itu harapannya selain suku bunga turun ya pertumbuhan kreditnya lebih didorong lagi
23:54Dipermudah lagi supaya masyarakat bisa menikmati dampak dari penurunan BIR ini sih
23:59Baik Prof dan kita akan lihat nanti beragam strategi yang perlu dilakukan
24:02Untuk menjaga ratio non-performing finance atau NPL juga di sektor perbankan
24:07Kita bahas nanti di segmen berikutnya
24:09Kita akan jidah kembali sebentar Prof Lelisa Paswani dan Pemirsa
24:12Kami akan segera kembali usai pariwara berikut ini
24:23Ya terima kasih Anda masih bergabung bersama kami dalam market review ban
24:26Kita akan cermati bagaimana terkena dengan NPL net
24:28Begitu seperti apa sih dengan beragam upaya yang sudah dilakukan
24:31Dan terakhir ini adalah Bank Sentral yang menurunkan suku pengajuan di 10
24:35Posisi kami di 5,75 persen
24:38Nah Prof Telisa lantas bagaimana Anda melihat begitu
24:41Apakah ini bisa ataupun masih mampu menjaga lagi
24:44Rasio kecukupan modal dari perbankan penyaluran kredit perbankan dan lain
24:51Ya dengan penurunan suku bunga cost of fund perbankan itu menjadi turun
24:55Liquiditas meningkat seharusnya memang dari sisi teori capital adequacy terjaga
25:02Jadi yang menggerogoti equity akan semakin berkurang
25:05Karena kan biasanya yang menggerogoti equity itu NPL
25:08Nah kalau misalkan liquiditas itu semakin melonggar
25:11Secara teori ya NPL akan semakin turun gitu ya
25:14Dan kemudian itu bisa membantu memperkuat dari sisi permodalan
25:18Nah kemudian jangan lupa BI juga punya kebijakan selain BI rate itu kan makropudensial
25:23Ada kebijakan liquiditas insentif makropudensial
25:26Yaitu perbankan memberikan kepada sektor-sektor prioritas
25:29Seperti hilirisasi, kemudian pangan, perumahan
25:33Nah apabila perbankan nanti semakin rajin untuk membantu mendorong kredit
25:39Ke sektor-sektor prioritas nanti maka perbankan akan mendapatkan insentif
25:42Berupa pengurangan dari giro wajib minimumnya
25:44Nah jadi bersama-sama dengan kebijakan liquiditas insentif makropudensial ini
25:49Harapannya terus bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tadi
25:53Nah kalau pertumbuhan ekonomi bagus
25:55Harapannya feedback untuk investor juga makin bagus
25:58Jadi menahan laju capital outflow malah mendatangkan capital inflow
26:02Jadi meskipun BI rate turun
26:04Karena gini investor itu kan tidak hanya melihat interest rate diferensial
26:07Tapi juga melihat kepada narasi growth story nya
26:12Potensi pertumbuhan
26:13Nah jadi yang ingin diciptakan itu nampaknya ke arah sana
26:16Dengan narasi growth story
26:17Harapannya investor tetap bisa ada capital inflow begitu ke Indonesia
26:21Dan kondisi perbankan yang stable ya
26:24Banking stability juga terjaga
26:26Itu juga bisa menjadi daya tarik untuk capital inflow kita
26:29Jadi dengan bunga turun ini diharapkan menjaga kondisi perbankan
26:33Karena kan kita tahu perbankan kita takutnya agak goyang
26:36Misalkan ada kasus-kasus PHK
26:38Ada kasus-kasus seperti tekstil yang akan bangkrut
26:41Itu kan sejumlah perbankan yang terpengaruh
26:43Nah dengan itu untuk tetap menjaga stabilitas di perbankan
26:46Penurunan bunga ini sangat akan memberikan ruang angin segar
26:49Untuk stabilitas perbankan
26:51Banking stability nya
26:52Financial stability nya kita jaga
26:55Tetap PR nya adalah exchange rate stability
26:57Rupiah
26:58Nah rupiah juga harus mengaruhi dunia usaha ya
27:02Seperti multi finance juga mungkin akan terpengaruh juga oleh rupiah
27:06Nah makanya selain menjaga bunga dan capital inflow
27:08Menjaga rupiah itu juga menjadi sangat penting gitu
27:12Pak Suwandi, lantas strategi apa yang sudah disiapkan teman-teman APPI
27:16Dalam menyikapi penurunan suku bunga cuan ini
27:19Apakah lebih ekspansif atau tetap waspada
27:22Kita harus ambil melihat bagaimana kondisi perekonomian di dalam negeri
27:25Daya beli masyarakat dan kebijakan-kebijakan dari sisi fiskal
27:28Lainnya mungkin
27:30Spirit nya kami tetap tumbuh tapi hati-hati
27:33Nah kehati-hatian memang ini menjadi bagian daripada
27:37Di industri kami yang sudah cukup lama
27:39Karena kita juga banyak misalnya regulasi terkait dengan GRC
27:43Governance, Risk Management dan Compliance
27:48OJK sendiri juga kita terima kasih pada OJK
27:50Bahwa perusahaan pembiayaan telah menjadi anggota SLIC
27:54Sejak April 2019
27:56Nah ini adalah satu hal yang dimana kalau kita mau tumbuh
28:00Tapi kalau kita hati-hati kita juga harus ngecek ke SLIC nya dulu
28:03Supaya kualitas kita tetap terjaga
28:06Dan dengan demikian di tengah-tengah situasi yang memang
28:09Tidak sedang baik-baik saja
28:12Memang terjadi kenaikan NPF atau Non Performing Financing
28:16Dimana kita tutup Non Performing Financing di Oktober
28:18Masih di angka yang cukup
28:20Apa namanya
28:22Masih toleransinya masih oke
28:24Kita masih di sekitar 2,6%
28:26Secara net kita masih sekitar 0,7-0,8%
28:30Hampir sama dengan perbankan
28:32Artinya bahwa kami cukup terjaga
28:34Dan lepas dari adanya kredit-kredit yang bermasalah dan segalanya
28:39Tetap kita menjalankan program restrukturisasi, rescheduling
28:43Kami lebih mengedepankan
28:46Bahwa restrukturisasi atau rescheduling
28:49Menjadi bagian daripada bagaimana kita menekan NPF ini
28:54Itu dia beragam strategi
28:55Nampaknya memang sudah disiapkan ya
28:57Untuk lebih meningkatkan lagi ekspansi bisnis
28:59Dan menjaga kondisitivitas ya
29:01Dari industri pembiayaan sendiri di tahun 2025 ini
29:04Baik, saya sekali waktu terbatas ini Prof. Telisa
29:06Terima kasih banyak atas informasi update
29:08Dan juga analisis yang sudah Anda sampaikan kepada pemirsa
29:11Pak Suwandi, terima kasih juga atas update terbarunya
29:14Terkena dengan kondisi dari industri pembiayaan di Indonesia
29:17Selamat melanjutkan aktivitas Anda kembali
29:19Salam sehat dan sampai berjumpa kembali
29:21Terima kasih Prof. Telisa Pak Suwandi
29:23Terima kasih, sampai jumpa