Neraca Perdagangan September 2024 Kembali Cetak Surplus

  • 12 hours ago
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD3,26 miliar pada bulan September 2024. Surplus tersebut tercatat naik USD0,48 miliar dibandingkan Agustus 2024. Dengan demikian, Indonesia berhasil mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 53 bulan beruntun, tepatnya sejak bulan Mei tahun 2020.

PLT Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, surplus September ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya, namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, surplus neraca dagang lebih ditopang oleh nonmigas sebesar USD4,62 miliar dengan komoditas penyumbang utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, nabati hingga besi dan baja.

Category

📺
TV
Transcript
00:00...
00:19Ya halo selamat pagi pemirsa apa kabar anda hari ini langsung dari studio AIDX channel Jakarta saya Prasetyo Ibo
00:25Kembali hadir dalam market review yang akan mengupas isu-isu penggerak ekonomi Indonesia.
00:29Livestreaming kami bisa anda saksikan juga di IDXL.com
00:33dan langsung saja kita mulai market review selengkapnya.
00:45Ya pemirsa, neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus di bulan September 2024
00:51sebesar 3,26 miliar dolar AS.
00:54Badan Pusat Statistik menyatakan surplus bulan September ditopang oleh surplus ekspor non-migas
01:00yakni komoditas minyak menabati hingga besi dan baja.
01:08Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar 3,26 miliar dolar
01:15pada bulan September 2024.
01:17Surplus tersebut tercatat naik 0,48 miliar dolar AS dibandingkan Agustus 2024.
01:24Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 53 bulan beruntun
01:29sejak bulan Mei tahun 2020.
01:32PLT Kepala BPS Amalia Adedingar Widyasanti mengatakan surplus September ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya
01:38namun masih lebih rendah dibandingkan perada yang sama tahun sebelumnya.
01:42Selain itu, surplus neraca dagang lebih ditopang oleh non-migas sebesar 4,62 miliar dolar AS
01:47dengan komoditas penyumbang utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, nabati hingga besi dan baja.
01:57Neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar 3,26 miliar dolar AS
02:06atau naik sebesar 0,48 miliar dolar AS secara bulanan.
02:13Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 53 bulan berturut-turut
02:22sejak Mei 2020.
02:26Surplus neraca perdagangan bulan September 2024 ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya
02:37Amalia menambahkan bahwa surplus neraca perdagangan berasal dari kinerja ekspor
02:42yang tercatat mencapai 22,08 miliar dolar atau turun 5,8 persen secara bulanan
02:47sementara impor mencapai 18,82 miliar dolar atau kontraksi 8,91 persen.
02:54Jakarta Raharjo Potmul IDX Channel
03:25kemudian melonjak lagi di bulan Maret 2024 menjadi 4,47 miliar dolar Amerika
03:31dan kita lihat kecerungannya memang sempat ada pelemahan sampai dengan bulan Juli
03:360,47 miliar dolar Amerika Serikat namun sampai dengan bulan Agustus dan September lalu
03:42trennya sudah mulai naik lagi untuk surplus neraca perdagangan Indonesia
03:47September 3,26 miliar dolar Amerika.
03:51Dan berikutnya kita akan lihat bagaimana dengan neraca perdagangan Indonesia
03:54di bulan September 2024 yang mencatatkan surplus 3,26 miliar
03:59dari sisi ekspornya tercatat 22,08 miliar dolar Amerika Serikat
04:04atau ini ada penurunan sekitar 5,8 persen secara bulanan
04:09berarti dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
04:11Sementara untuk importasinya 18,82 miliar dolar Amerika pun sama mengalami penurunan
04:188,91 persen secara bulanan.
04:25Kemudian untuk membahas tema terkait dengan neraca perdagangan September 2024
04:29yang kembali mencetak surplus kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan
04:33Bapak Aryo D.P. Irhamna beliau adalah ekonom indef.
04:36Ya halo selamat pagi Mas Aryo.
04:39Selamat pagi.
04:40Ya salam sehat Mas.
04:42Ya alhamdulillah Mas sehat.
04:44Terima kasih atas waktu yang disempatkan menarik kalau kita cermati dengan tren
04:48dari kinerja surplus perdagangan kita begitu BPS tadi mencatatkan
04:53di bulan September masih mencetak surplus 3,26 miliar dolar Amerika
04:59berarti 53 bulan berturut-turut.
05:02Nah apakah ini menjadi sinyal bahwa lampu kuning ekonomi kita begitu ya
05:07sempat kemarin hangat begitu sudah mulai berubah menjadi hijau atau bagaimana?
05:13Ya baik terima kasih ya.
05:15Pertama-tama kita lihat secara umum memang memiliki kesan ada
05:23sesuatu yang positif gitu ya.
05:25Neraca perdagangan yang surplus dalam kurun waktu yang cukup lama
05:3150 bulan terakhir ya.
05:33Namun kita perlu melihat juga bagaimana kinerja negara-negara lain
05:38yang kira-kira selevel dengan Indonesia.
05:40Saya lihat negara tetangga misalkan Malaysia.
05:43Ya ternyata Malaysia juga menunjukkan hal yang serupa
05:47ya bahkan meskipun saya datanya ada lag ya.
05:50Apa namanya data terbaru saya Malaysia itu di bulan Juni itu
05:54dari data yang di umumkan BPS surplus juga sebelum sebenarnya juga surplus
06:00namun untuk di bulan Juli 2024 ini Malaysia lebih tinggi surplusnya.
06:06Nah yang saya mau katakan adalah ketika kita melihat kinerja perdagangan
06:12pahus untuk Indonesia dan dibandingkan dengan misalkan negara tetangga
06:17yang selevel dengan Indonesia itu tentu bukan sesuatu yang
06:23menjadi sesuatu yang biasa gitu ya.
06:26Itu satu.
06:27Kemudian yang kedua bagaimana kita lihat struktur perdagangan kita
06:31yang masih didominasi oleh bahan mentah gitu.
06:35Sedangkan Malaysia dan misalkan negara Vietnam dan Thailand
06:38tetangga kita itu sudah lebih hilir produk-produk ekspornya.
06:45Tapi bukankah kita juga dalam beberapa tahun terakhir
06:48melakukan hilirisasi begitu?
06:50Anda melihat apakah memang belum optimal atau memang belum
06:54memberikan satu dampak yang signifikan?
06:56Mengingat ya kita tahu pemerintah sudah menyampaikan hilirisasi
06:59yang sudah memberikan efek ganda lah terkait dengan pendapatan negara
07:04begitu dari hilirisasi di sektor pertambangan
07:07dan mungkin sekarang sudah menyasar komoditas lain begitu.
07:12Iya.
07:13Memang betul kita tahu ya pemerintah cukup masif gitu ya agenda hilirisasi ini
07:20dan itu sesuatu yang bagus.
07:22Namun jika kita lihat dari data perdagangan
07:24menunjukkan bahwa secara struktur belum ada perubahan secara signifikan
07:30struktur perdagangan kita masih didominasi oleh produk-produk hulu gitu ya
07:38meskipun sudah ada sedikit hilir gitu ya
07:42cuman masih secara klasifikasi umumnya dia masih hulu
07:47jadi nilai tamanya belum terlalu tinggi dibandingkan dengan negara Malaysia.
07:53Baik tapi kalau kita lihat berarti yang menjadi trigger begitu
07:56melonjaknya kembali trend surplus neraca perdagangan Indonesia
08:00lebih kepada karena tadi faktor domestik juga yang sedang mungkin kita tahu
08:05meskipun ada tekanan tapi trendnya masih tumbuh begitu
08:08dari sisi pertambangan ekonomi kemudian apakah faktor global?
08:12Iya. Jadi memang ada banyak faktor yang menyebabkan
08:17perdagangan internasional ini tidak hanya dari internal ya kan
08:22kebijakan tapi juga eksternal ya.
08:24Nah untuk dalam cuman variable yang memang sangat signifikan itu
08:30pertama tentunya adalah nilai tukar
08:35begitu juga dengan nilai tukar karena dia mempengaruhi harga ya kan
08:40begitu juga dengan bagaimana permintaan di negara utama Indonesia
08:49karena memang kalau kita mau menjaga ekspor gitu ya
08:55kita cukup mainten aja negara-negara yang udah memang
08:58menjadi mitra utama kita gitu ya itu secara bisnis asisual gitu
09:03karena untuk membuka pasar baru memang itu perlu waktu yang lebih
09:08perlu upaya yang lebih dalam lagi dibandingkan memaintain
09:11mitra dagang kita yang sudah dibangun ya
09:14cuman tadi itu ada untuk ini faktor lain juga tentu aspek-aspek
09:21yang misalkan kebijakan itu yang seringkali memang
09:25sampai ke para pelaku ekspor itu ada lag yang cukup lama.
09:31Baik kalau kita lihat dari sisi ekspor di bulan September
09:34begitu memang ada capaian 22,08 miliar dolar Amerika
09:39dan ini tercatat turun secara bulanan 5,8 persen
09:42apakah ini menjadi sinyal juga bahwa ekspor kita yang masih tertahankan
09:47atau bagaimana tapi kalau kita bandingkan secara tahunan pun
09:50memang masih tumbuh, kita akan bahas nanti di segmen berikut ya Mas Aryo
09:53kita akan jadi sebentaran pemirsa, kami akan segera kembali
09:56usai pariwara berikut ini.
10:06Ya terima kasih Anda masih bergabung bersama kami
10:08dalam market review dan sudah bergabung Bapak Beni Sutrisno
10:12beliau adalah Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia.
10:14Selamat pagi Pak Beni.
10:16Selamat pagi Mas.
10:17Ya salam sehat Pak.
10:19Amin Alhamdulillah.
10:20Baik terima kasih juga atas waktu yang disempatkan ini.
10:22Pak Beni tadi sudah dibahas begitu dari in-depth
10:25dengan bagaimana analisis surplus neraca perdagangan
10:28yang kembali lagi mengalami surplus 53 bulan berturut-turut.
10:33Dari kacamata GPEI ini bagaimana Anda melihat terkait dengan surplus kali ini?
10:37Silahkan Pak.
10:39Ya kalau surplus pasti surplus ya.
10:42Karena kita ada beberapa ekspor komoditi yang
10:46saya selalu labelnya komoditi yang kompratif dibandingkan komoditi manufaktur.
10:55Yaitu ekstraktif, komoditi itu kan gak semua negara punya.
11:01Ya tentu itu pasti surplusnya.
11:03Nah saya kira ini surplus berturut-turut ini
11:06tapi pengalami penurunan juga berturut-turut ya.
11:10Artinya surplusnya semakin mengecil.
11:13Tapi ya apapun surplus tetap merupakan kontribusi terhadap cadangan divisa kita.
11:19Karena kita pun juga menggunakan US Dollar juga cukup banyak.
11:25Baik kalau dari sisi trigger begitu,
11:27dari kacamata GPEI sendiri tren apa nih ya?
11:29Melihat bahwa ini sudah mulai merangkak lagi begitu untuk surplus kita begitu.
11:33Ya banyak, alasnya banyak.
11:35Ada pertandingan ekonomi antara Amerika dengan Cina.
11:41Ada pertandingan senjata antara Rusia dengan Amerika.
11:47Keributan itu kan juga mengganggu sistem logistik kita.
11:52Artinya sistem pengiriman barang.
11:55Kita ke Eropa atau ke Turki,
11:57kita udah gak bisa lewat Suez, kita harus muter.
12:00Tentu itu ada harga yang harus dibayar
12:03terhadap konsumen di Eropa maupun di Turki dari barang-barang kita.
12:08Itu pasti menurun lah.
12:09Lalu kalau di Pasifik Rim,
12:13apapun kan angkutan barang pasti pakai kapal laut.
12:17Nah itu harga minyak pun juga naik.
12:20Jadi ada kenaikan harga-harga tersebut.
12:23Sehingga konsumen itu juga memperhitungkan.
12:26Karena konsumen menghitungnya kan landed duty paid.
12:29Jadi sampai di tempat dia,
12:31prior duty termasuk on cost itu berapa.
12:35Oke oke, itu dia.
12:36Berarti memang ada beberapa dampak terkait dengan kondisi konflik geopolitik global.
12:41Membuat menjadi salah satu tantangan ya Pak Bini.
12:46Baik, nah Mas Aryo tadi sempat tertunda terkait dengan nilai ekspor kita di September.
12:5022,08 miliar dolar Amerika turun 5,8 persen dibandingkan dengan selalu.
12:56Namun naik 6,44 persen dibandingkan dengan September tahun 2023.
13:01Apa yang bisa kita sermati dengan data ini?
13:04Ya, sejalan tadi ya.
13:07Tadi saya di awal sudah saya sampaikan ya,
13:09plus-plus cuma struktur ekspor kita masih didominasi komoditas-komoditas.
13:16Dimana itu tentu penentunya adalah harga.
13:21Kalau manufaktur, dia harga itu tidak terlalu sensitif.
13:27Sedangkan kalau kita dominasi komoditas,
13:32jadi itu banyak itu karena kuantitinya,
13:36bukan karena pricenya kira-kira seperti itu ya.
13:38Jadi, di awal saya sampaikan ketika bandingkan dengan negara lain
13:45yang dimana sudah dominan produk-produk manufaktur,
13:49itu ketika harga naik turun itu sebenarnya tidak terlalu signifikan terhadap permintaannya.
13:54Karena memang dia sudah manufaktur gitu ya.
13:57Jadi, itu perlu kita cermati juga perkembangan harga yang juga sangat mempengaruhi.
14:05Dan diselain tadi disampaikan Pak Benny ya bahwa
14:07kondisi geopolitik itu sangat juga signifikan
14:11mempengaruhi melalui jalur logistik perdagangan.
14:15Baik. Nah, Pak Benny, tadi disampaikan juga Anda katakan ekspor dari produk-produk komoditas yang ekstraksi.
14:21Sementara tadi dari IDEF menyatakan memang masih ada dalam hatian bentuk dasar
14:26yang menjadi andalan ekspor kita.
14:28Lantas bagaimana dengan hilirisasi selama ini menurut kacamata Anda?
14:32Hilirisasi memang sudah dimulai tapi masih belum tuntas ya.
14:36Saya kasih contoh nikel, itu baru sampai veronikel.
14:40Nah, turunan veronikel yang pengguna veronikel di dalam negeri
14:44masih terbilang masih belum ada lah.
14:48Kalau ada pun sekali.
14:50Itu tentunya itu menjadi barang ekspor.
14:52Masalahnya barang-barang komoditas yang ekstraktif itu ada bursanya.
14:57Jadi, komoditasnya yang nentuin bursa juga selalu mengikuti bursa barang komoditas itu.
15:03Plus berapa di atas harga yang terjadi di bursa itu.
15:10Jadi, betul sangat terpengaruh terhadap harga banget.
15:15Karena dipermainan di bursa tidak hanya yang punya barang,
15:18tapi juga yang punya uang juga main di bursa.
15:20Kalau bursa uang jelek, dia larinya ke bursa komoditas tentunya.
15:26Baik, nah yang menarik, yang mengalami peningkatan dari sisi ekspor
15:29ada besi dan baja begitu.
15:31Ini 10,41% begitu.
15:33Anda melihat bagaimana?
15:34Apakah memang kebutuhan dari ataupun demand di pasar global
15:37juga masih cukup tinggi untuk produk-produk besi dan baja kita?
15:40Ya itu tadi, Veronicle kan besi itu sebetulnya.
15:43Itu kan penggunanya China yang paling banyak.
15:46Dan yang membuat Veronicle di Indonesia pun,
15:50majority, kalau nggak dibilang 100%, juga China juga.
15:54Jadi pulang ke kampung, mungkin juga punya industri hidirnya di sana.
16:01Lantas strategi dari pelaku usaha sendiri bagaimana?
16:03Kalau memang kita melihat tadi tantangan global juga yang masih mendominasi begitu Pak Benny?
16:09Ya, saya sih cenderung manufaktur itu memang nggak ada yang memengaruhi bursa harganya.
16:19Strateginya kita harus banyak menggunakan bahan-bahan dari dalam negeri.
16:24Sehingga tidak ada kebutuhan yang urgent terhadap dolar
16:29untuk memproduksi barang yang mau diekspor.
16:31Malah mendapatkan dari hasil ekspor kan US dollar.
16:37Nah permasalahannya, informasi mengenai bahan baku dalam negeri ini juga
16:43masih kurang transparan ya.
16:47Bikin tapi ada yang butuh, walaupun pemerintah sekarang sudah melakukan penyelidikan
16:56yang akhirnya namanya neraca komoditi.
17:00Tapi neraca komoditi ini proses administrasi yang panjang.
17:05Dan itu tidak, di dalam industri nggak bisa terlalu panjang.
17:09Karena industri itu, bahan baku itu kalau bisa hari ini dia beli, besok dia jual.
17:18Oke, nah itu dia. Lantas dengan kondisi seperti ini, kita tahu PMI manufaktur kita juga
17:22tengah mengalami tekanan begitu ya Mas Aryo.
17:24Kita akan bahas nanti di segmen berikutnya.
17:26Pak Benny kita akan jadah dulu sebentar.
17:28Kami akan segera kembali usai jadah berikut ini.
17:41Bisa kita lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Bapak Benny Sutrisno,
17:44Kota Umum Gabungan Penguasa Ekspor Indonesia dan juga Mas Aryo,
17:48Irhamna Ekonomi Indef.
17:50Baik, nah Mas Aryo kalau kita cermati dengan kondisi saat ini,
17:53lantas bagaimana dengan potensi dari negara-negara tujuan yang memang menjadi,
17:58ya itu dia negara tujuan tradisional Indonesia lah.
18:01Ada China, Amerika, kemudian di Jepang, dan sekarang India nih yang naik
18:05begitu terkait dengan kinerja eksportasi kita.
18:08Anda melihat bagaimana? Apakah masih bisa diandalkan?
18:12Ya, baik untuk negara mitra utama tentu kita harus mainten dengan baik.
18:19Meskipun harus ada upaya juga untuk meningkatkan secara value negara-negara utama tersebut.
18:25Cuman agenda utamanya memang harus dimaintain,
18:29dan mungkin diperluas secara produk gitu ya, kalaupun memungkinkan.
18:33Nah, kemudian strategi lainnya yang memang ini sudah dalam beberapa tahun terakhir
18:39diagendakan di Kemendak untuk membuka market baru.
18:42Cuman tentu ini saya tidak tahu Pak Benny mungkin bisa cerita bagaimana
18:45perlibatan para pelaku usaha.
18:47Karena kan yang melakukan ekspor bukan pemerintah ya, tapi para pelaku usaha.
18:51Jadi pemerintah itu harus benar-benar bareng-bareng bersama pelaku usaha.
18:55Sebenarnya market mana nih yang secara produk, spesifikasi produk yang kita siap
18:59dan kita masuk gitu, dan pemerintah support gitu.
19:02Jadi jangan pemerintah yang menentukan negara market barunya,
19:06tapi harusnya para pelaku usaha gitu ya.
19:09Karena kan suppliernya nih yang ekspornya pelaku usaha gitu.
19:12Jadi untuk target ekspor menurut saya demikian strateginya.
19:16Baik, nah Pak Benny sendiri bagaimana? Apakah memang ya ada komunikasi
19:20begitu kolaborasi yang sudah berlangsung sejauh ini dengan pemerintah
19:24untuk mungkin selain tadi negara-negara tujuan ekspor kita
19:27begitu yang sudah menjadi mitra dagang,
19:29terus dikembangkan lebih jauh lagi atau lebih luas lagi Pak Benny?
19:32Ya, pertama kita sudah punya kalau gak salah 23 perjanjian dagang ya.
19:38Itu kita tidak pernah mereview has number by numbers
19:43yang mana yang belum dipakai gitu.
19:48Kenapa gak dipakai?
19:49Padahal dulu waktu perundingan yang merundingkan
19:52belum paham mengenai community has number tersebut.
19:57Nah makanya kita harus melakukan perundingan kembali, mereview.
20:02Yang kedua tentu kita punya ADAC dan ITBC cukup banyak.
20:08Tentu ada beberapa negara yang tidak ada ADAC sama ITBC-nya.
20:12Barangkali kanseler ekonominya bisa bantu juga mengenai informasi.
20:16Informasi importasi negara itu.
20:20Kita juga sebagai swasta kita suka mendownload dari WTO
20:24walaupun terlambat satu tahun.
20:26Itu negara-negara mana, dia import barang apa, has number berapa,
20:30dari mana, harga berapa.
20:32Nah itu kita menggunakan data itu untuk menganalisa
20:37bahwa kalau saya masuk ke negara itu, saya bersaing dengan siapa.
20:41Nah tentu mengenai biaya masuk negara itu,
20:45itu akan bisa dimintakan akses pasarnya
20:51melalui perundingan-perundingan dagang.
20:53Mungkin pertama preference tarif agreement dulu
20:58sebelum free trade agreement.
21:00Sebenarnya kita sudah punya beberapa perjanjian dagang
21:06cuma disepelekan aja gitu.
21:09Sebenarnya saya pernah lakukan riset sekecil-kecilan
21:12malah yang ada perjanjian dagang itu pertumbuhan perdagangannya
21:16lebih pelan dibandingkan yang tidak ada perjanjian dagang.
21:19Kan aneh. Harusnya kan perjanjian dagang itu
21:22adalah akses ke negara tersebut.
21:26Nah gitu ya justru menjadi suatu tantangan tersendiri
21:29dengan negara-negara yang tidak memiliki perjanjian dagang Indonesia
21:34tapi memberikan peluang yang lebih menjanjikan begitu ya Pak Benny.
21:38Nah ini terkait dengan surplus strata perdagangan.
21:42Kita tahu nilai impor di September juga turun nih 8,91%
21:46di 18,82 miliar dolar Amerika.
21:49Meskipun dibandingkan dengan tahun lalu pun juga masih ada kenaikan.
21:54Mas Aryo, apakah ini kaitannya dengan PMI manufaktur kita
21:57atau tidak mengingat impor mesin, perlengkapan elektrik dan bagian lainnya
22:01yang justru itu yang mengalami penurunan terbesar, 14,48%?
22:05Oke, Mas. Sebelum saya masuk ke sana
22:08saya ingin menambahkan poin penting tadi melanjutkan Pak Benny ya.
22:11Jadi Pak Denny bilang adag bisa konsuler ekonomi ya.
22:15Jadi memang agenda besarnya nih diplomasi ekonomi ya.
22:18Jadi di kita itu diplomasi ekonomi itu terpinggirkan oleh diplomasi politik ya.
22:23Karena apa? Karena kementerian luar negeri duta besar
22:27karena kan di sana yang ngelit kan kementerian luar negeri duta besar
22:30itu agenda utama mereka itu isu-isu politik dan keamanan gitu ya
22:34ekonomi terpinggirkan.
22:36Nah makanya menurut saya untuk mendorong ekspor ya
22:39untuk ekonomi itu harus mungkin buat
22:43karena tadi ada adag, ada beberapa negara ada
22:46atas perindustrian, ada atas pertanian juga di beberapa negara misalkan.
22:50Di Tokyo itu mereka sendiri-sendiri dan secara budget juga tidak optimal.
22:54Jadi mungkin akan lebih baik pemerintah mendatang
22:56ini sekarang rekomendasi ya bicara tadi yang disampaikan Pak Benny
22:59untuk ekonomi dia sendiri gitu ya.
23:02Mungkin selevel esolon 2 biar punya fleksibilitas
23:05dan daya gedor yang lebih optimal untuk mendorong ekspor para pelaku usaha
23:09bahkan UMKM juga.
23:11Jadi itu. Nah sekarang saya masuk yang import tadi ya.
23:15Jadi memang ini menarik ya.
23:17Apa namanya fenomena yang menarik untuk dianalisis ya
23:19karena ada beberapa faktor yang menyebabkan
23:22import mesin ya dalam konteks Indonesia tentu
23:24secara memadah ekonomi global ini
23:26apa namanya perlambatan ekonomi global juga mengurangi permintaan akan produk-produk kita gitu ya
23:31sehingga perusahaan tentu menyesuaikan
23:33apalagi tadi ada tendensi politik
23:37ya kemudian jika bicara lebih mikro gitu ya
23:40ini menunjukkan mungkin juga
23:42banyak perusahaan yang mengalami keterbatasan budget untuk ekspansi gitu ya
23:46karena bisa kita lihat dalam
23:49apa pemberitaan beberapa minggu terakhir ya
23:52terkait tekanan deflasi ini
23:54tentu menunjukkan penurunan
23:56daya dorong ya kan
23:58sehingga mungkin dari sisi suplai pelaku usaha
24:01ini mencoba menyesuaikan dengan
24:03mencoba tadi ya
24:05akhirnya tercermin bahwa import mesin ini berkurang gitu
24:09itu sebenarnya satu yang berkaitan dengan
24:12terkait deflasi kemudian
24:14apa namanya
24:16kapasitas perusahaan juga
24:18jadi karena kita tahu ini
24:21mesin ini menjadi
24:23apa
24:24indikator utama lah
24:26salah satu indikator utama dalam melihat hal itu semua
24:29nah baik dengan kondisi seperti ini
24:31Pak Benny lantas optimisme Anda
24:32proyeksi Anda terkait dengan
24:34masa depan industri kita
24:36kemudian eksportasi kita
24:37itu dengan tadi kondisi
24:38tantangan geopolitik global
24:40dan juga domestik dengan PMI manufaktur kita
24:42yang sedang mengalami tekanan
24:44kalau pengusaha sih tidak ada pilihan
24:46harus optimis
24:47karena kita hidupnya dari situ
24:49artinya
24:51mau gak mau kita kerjaannya kan
24:54membuat barang dan menjual barang
24:56nah menjual barang ini
24:58kita dengan teman-teman udah bersepakat
25:01men-treat penasihan itu sebagai domestic market
25:04karena logistiknya
25:06dari Jakarta ke Papua
25:08dengan Jakarta ke Vietnam atau Thailand
25:10lebih murah
25:11lebih mahal ke Papua kan
25:13jadi kita agak bahaya
25:14itu udah domestik
25:16dan punya free trade agreement
25:18yang sangat bebas
25:20mobilisasi orang juga bebas di seluruh ASEAN
25:23itu kita utamakan itu
25:25kedua ada ekspansi kecil-kecilan
25:27yaitu ke Pacific Rim
25:29ke Samoa, Kaledonia, Fiji
25:31di sana tetap ada manusianya
25:33yang butuh juga barang-barang kita
25:35tentunya household dia butuh
25:37dari mulai tisu, sikat gigi, odol, sabun
25:40dia juga gak bisa bikin
25:42justru itu bagian daripada
25:45canvassing kita
25:47kalau orang negang
25:48kita canvass ke sana
25:50kita harus pergi ke sana
25:52kita lihat fisik
25:54karena di sana gak ada
25:56adat kita gak ada di sana
25:58adatnya kan di Central New Zealand
26:00kalau gak salah
26:02fisiknya kita ke sana aja
26:04anggap lah piknik-piknik itu
26:06cari-cari informasi
26:08dan ingin tau lah butuhnya apa
26:10besaran orangnya gimana
26:12karena orangnya besar
26:14tentu kalau kita mau ekspor baju
26:16ya saiznya semuanya
26:18paling mulai XL duluan
26:20nanti sampai 3L
26:22kira-kira gitu
26:24itu dia strateginya
26:25sudah dilakukan di tengah optimisme
26:27bahwa memang kita tetap bisa
26:29mencari peluang ya
26:30dengan kondisi yang ada begitu memang
26:32kita seperti dengan Chile
26:34Chile kita punya CEPA
26:36Comprehensive Economic Agreement
26:38tapi kita gak tau apa yang mau kita ekspor ke sana
26:40kebetulan saya ekspor benang ke Chile
26:42yang lainnya gak tau ekspor apa
26:44nah ini kan sayang ya
26:46ngapain dulu dibikin
26:48CEPA dengan Chile
26:50kebetulan kita kalau ke Chile
26:52tanpa visa selama 2 bulan
26:54nah kita bikin CEPA dengan Australia dengan New Zealand
26:56tapi pengusaha Australia
26:58ke sini tanpa visa
27:00pengusaha kita ke sana harus pake visa
27:02nah ini gak
27:04gak melengkapi sebenernya
27:06bagaimana orang dagang gak ketemu kan
27:08gak mungkin lah walaupun sekarang
27:10udah bisa pake email, bisa pake
27:12video call atau
27:14zoom seperti ini
27:16tapi gesture orang
27:18kan kita ingin tau ini penipu atau enggak kira-kira gitu
27:20kita ingin tau kantornya ini
27:22mampu bayar atau enggak
27:24yang terakhir mungkin
27:26saya nitip ke
27:28Mas Aryo juga
27:30pejabat pembiayaan memang di kita
27:32masih cetek sekali ya
27:34masih serhana sekali dari zaman dulu saya mulai
27:36bisnis ekspor tahun
27:3885 sampai sekarang
27:40sama aja jadi
27:42gak ada bedanya
27:44sementara
27:46LPI itu kan dibikin dulu dengan
27:48pengertian ada satu
27:50instrumen perdagangan ekspor
27:52yang bisa membiayai
27:54sesuatu yang tidak bisa dibiayai oleh
27:56bank-bank umum lah
27:58kira-kira gitu
28:00baik itu dia berarti optimalisasi lagi lembaga-lembaga
28:02yang mendukung pembiayaan untuk para
28:04eksportir kemudian juga para usaha di Indonesia
28:06itu menjadi salah satu
28:08hal yang mungkin bisa dicermati
28:10nantinya ke depan begitu sehingga memberikan
28:12satu optimisme baru yang
28:14lebih kuat lagi nih bagi dunia
28:16usaha di Indonesia. Baik Pak Benny
28:18saya sekali waktu terbatas terima kasih banyak atas
28:20waktu insight dan juga update ya terbaru
28:22dengan kondisi dunia usaha eksportasi
28:24khususnya di Indonesia. Mas Aryo terima kasih
28:26juga atas analisis yang sudah Anda
28:28sampaikan kepada pemirsa. Selamat melanjutkan
28:30aktivitas Anda kembali. Salam sehat Pak Benny
28:32Mas Aryo. Terima kasih Mas Aryo
28:34Terima kasih Pak Benny