Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin dulu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Ibu negara ke-4 Republik Indonesia, Sinta Nuriyah Wahid menuturkan kecelakaan yang menimpanya pada tahun 1993.

"Janganlah kondisi yang tidak menguntungkan itu akan membuat tidak berdaya. Semua orang diberi kekuatan, diberi sisi yang membuat dia akan bisa terus melanjutkan kehidupan. Itu yang membuat saya tetap eksis, karena Tuhan memberikan umur pada saya. Maka saya akan jalani dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya," katanya.

"Ibu enggak pernah down?" tanya Rosi.

"Awalnya iya. Tapi nggak tahu, ya. Ketika kecelakaan, ibu saya mengatakan: janganlah semuanya itu disesali. Saya selalu teringat itu," ungkap Sinta.



Sinta Wahid juga menuturkan kala itu sudah tidak bisa bergerak.

Sayup-sayup beliau mendengar dokter berkata bahwa dirinya hanya bisa tergeletak atau setidaknya duduk di kursi roda. Namun, hati Sinta berontak.

"Minggir semua, minggir! Yang bisa menentukan sembuh dan tidaknya, itu hanya Tuhan. Manusia cuma menolong," ucapnya. Inilah yang membuatnya kuat.

Saksikan dalam ROSI eps. Sinta Nuriyah Wahid, Bukan Sekadar Ibu Negara di kanal youtube KompasTV.



https://youtu.be/3Yfegd-Cvm8

#gusdur #sintawahid #toleransi

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/587603/lawan-keterbatasan-fisik-sinta-wahid-minggir-hanya-tuhan-yang-tentukan-kesembuhan-rosi
Transkrip
00:00Itu kan tahun 92 ya Bu, 93 ya Bu. Ibu kira-kira umurnya 40 tahunan lah ya Bu ya.
00:09Iya Bu, 40 tahunan lah. Belum 50 pasti.
00:12Belum, belum.
00:13Nah itu kan usia dimana kita lagi aktif-aktifnya.
00:18Sangat produktif gitu.
00:21Apakah kecelakaan itu yang kemudian, maaf ya Bu, melumpuhkan ibu gitu.
00:27Sekali lagi maaf Bu.
00:28Bagaimana itu tidak meluluh lantakan ibu.
00:35Tapi ibu sampai sekarang.
00:37Bahkan bisa jauh lebih memiliki semangat yang besar dibandingkan saya mungkin.
00:45Yang sehat.
00:47Yang paling tidak mungkin lebih baik secara fisik.
00:51Tapi kalau dibandingkan dengan semangat kemauan saya, rasanya saya gak ada apa-apa aja dibanding ibu.
00:58Bagaimana Bu, kecelakaan yang melumpuhkan itu bisa tetap membuat ibu sekuat ini.
01:03Memang di satu sisi saya itu adalah anugerah dari Allah.
01:09Yang di lain sisi saya merasa bahwa saya memang harus meneruskan kehidupan ini.
01:19Karena saya punya suami, punya anak, punya keluarga.
01:25Dan saya tidak boleh tinggal diam.
01:27Saya merasa bahwa apapun bagaimanapun kondisi seseorang itu.
01:37Janganlah kondisi yang tidak menguntungkan itu akan membuat dia tidak berdaya.
01:44Semua orang diberi kekuatan, diberi sisi yang membuat dia akan bisa terus melanjutkan kehidupan.
01:51Itu yang membuat saya tetap eksis dan tetap ingin karena Tuhan masih memberikan umur kepada saya, maka akan saya jalani, saya akan manfaatkan umur saya dengan sebaik-baiknya.
02:10Bagaimana sih ya?
02:12Bagaimana sih ya?
02:14Ibu gak pernah...
02:16Daun gitu?
02:20Ya...
02:24Awal-awalnya iya, tapi...
02:27Gak tahu ya.
02:28Ketika terjadi kecelakaan, ibu saya mengatakan...
02:32Janganlah semuanya itu...
02:35...disesali.
02:37Gitu.
02:39Semua yang terjadi jangan disesali.
02:43Begitu.
02:44Jadi...
02:46Saya ya...
02:47Kok selalu teringat itu gitu.
02:50Padahal...
02:51Waktu saya di rumah sakit...
02:54Saya memang sudah gak bisa bergerak apa-apa.
02:58Terus...
03:00Dokter-dokter itu saya...
03:02Kok dengar roket-dokter itu mengatakan...
03:04Bahwa...
03:05Dia memang sudah tidak bisa ber...
03:08Apa-apa.
03:09Kecuali...
03:10Tergeletak.
03:11Atau paling tidak...
03:12Juduk di kursi roda.
03:14Gitu.
03:16Tapi waktu itu...
03:17Saya berontak.
03:19Hati saya berontak.
03:22Karena...
03:23Karena monodokter itu...
03:24Kalau sudah terjadi seperti itu...
03:26Akibatnya seperti ini.
03:27Kan gitu.
03:28Tapi waktu itu...
03:29Hati saya berontak.
03:31Saya mengatakan...
03:32Minggir.
03:33Semua orang minggir.
03:35Yang bisa menentukan...
03:37Sembuh dan tidaknya itu hanya Tuhan.
03:46Manusia...
03:48Cuma menolong.
03:50Dokter...
03:51Cuma...
03:54Kalau manusia itu cuma...
03:57Sekedar membantu.
03:58Ya...
03:59Manusia menolong...
04:00Kalau dokter membantu.
04:02Tapi yang menentukan aku...
04:04Sembuh tidaknya adalah Tuhan.
04:07Munggir.
04:08Semuanya aku...
04:09Mau menghadapi sini kepada Tuhan.
04:10Saya seperti itu.
04:12Di hati saya.
04:14Itu mungkin yang membuat saya kuat.
04:21Yalah itu.
04:22Itulah.
04:23Itulah saya.
04:25Ya...
04:26Ibu.
04:27Luar biasa.
04:28Karena tidak banyak, Bu.
04:31Tidak banyak...
04:33Orang bisa menerima...
04:35Kenyataan itu.
04:36Tapi Ibu...
04:37Tidak saja menerima...
04:40Tapi menelawan keterbatasan itu.
04:44Sebuah kekuatan yang luar biasa.
04:48Amin.
04:50Terima kasih ya, Bu Sinta.
04:52Ibu Sinta itu sudah set the bar.
04:54Ibu Sinta itu telah membuat satu benchmark.
04:57Bagaimana untuk menjadi seorang perempuan.
05:01Dan bagaimana menjadi seorang ibu negara.
05:04Jadi ibu negara memulai sahur keliling.
05:07Dan itu diteruskan sampai sekarang.
05:10Terima kasih untuk menjadi benchmark bagi kami semua.
05:14Saya sendiri...
05:15Ya...
05:17Nyampe dikit aja mungkin enggak, Bu.
05:19Tapi terima kasih.
05:21Sudah menjadi inspirasi bagi kami semua.
05:23Dan kekuatan bagi banyak orang di sana.
05:26Yang mungkin memiliki keterbatasan.
05:28Tapi seperti kata ibu bilang.
05:30Minggir.
05:31Semua minggir.
05:33Saya mau jalan.
05:35Terus bergerak.
05:36Bu Sinta terima kasih banyak.
05:39Terima kasih banyak.
05:41Sama-sama mudah-mudahan semua bisa mengambil manfaatnya.
05:47Bukan mengambil yang jeleknya.
05:49Mengambil manfaatnya untuk bisa diterapkan dalam kehidupannya semuanya.

Dianjurkan