• last year
Kondisi geopolitik global yang semakin memanas dan meluas di wilayah Timur Tengah, serta perang berkepanjangan Rusia dan Ukraina telah mengubah peta dan tatanan perekonomian global, tidak terkecuali Indonesia. Kondisi ini pun memicu terjadinya perlambatan ekonomi di sejumlah negara.

Sejumlah lembaga internasional seperti World Bank dan International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hingga penghujung 2024 akan berada di kisaran 2,6% hingga 3,2% YoY. Sedangkan pada 2025 mendatang, berada di rentang 2,7% hingga 3,3% YoY.

Category

📺
TV
Transcript
00:00Intro
00:20Halo pemirsa apa kabar anda hari ini langsung dari studio IDX channel Jakarta
00:24saya Prasetyo Wibowo kembali hadir dalam market review
00:28kita akan mengupas isu-isu yang menjadi penggerak ekonomi Indonesia
00:31dan kita akan mereview bagaimana kinerja ekonomi nasionalis
00:34panjang tahun 2024 ini dan sejauh mana juga proyeksinya
00:38dan optimisme yang akan terjadi di tahun 2025 mendatang
00:43langsung saja kita mulai market review selengkapnya
00:46Intro
00:54Tahun 2024 menjadi tahun yang menantang bagi kinerja perekonomian Indonesia
00:59selain menjadi tahun politik dengan adanya pergantian kepemimpinan nasional
01:03maupun daerah konflik geopolitik dan ekonomi global yang semakin meluas
01:07juga membuat pertumbuhan ekonomi nasional hanya mampu bertahan di angka 5 persen
01:13Intro
01:17kondisi geopolitik global yang semakin memengenas dan meluas di wilayah timur tengah
01:21serta perang berkepanjangan Rusia dan Ukraina
01:24telah mengubah peta dan tatanan perekonomian global
01:27tidak terkecuali Indonesia
01:29belum lagi ditambah perang dagang antara raksasa ekonomi dunia Amerika Serikat dan China
01:34kondisi ini pun memicu terjadinya perlambatan ekonomi di sejumlah negara
01:39sejumlah lembaga internasional seperti World Bank dan International Monetary Fund atau IMF
01:45memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hingga penghujung tahun 2024
01:49akan berada di kisaran 2,6 persen hingga 3,2 persen secara tahunan
01:55sedangkan pada tahun 2025 mendatang berada di rentang 2,7 persen hingga 3,3 persen secara tahunan
02:02perlambatan ekonomi global tersebut tentu berdampak juga terhadap kelihatan aktivitas perekonomian Indonesia
02:08baik seekspor impor maupun proaktifitas sektor usaha domestik
02:12beragam kebijakan fiskal maupun monetar yang telah diambil pemerintah sebelumnya yaitu Presiden Joko Widodo
02:18dan dilanjutkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto
02:21bisa dikatakan berhasil menjaga perekonomian nasional tetap di jalur yang stabil
02:25dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen secara tahunan
02:30meskipun demikian pemerintah masih dihadapkan sejumlah permasalahan fundamental
02:34seperti pelemahan daya beli masyarakat, penurunan kelas menengah,
02:38ancaman PHK massal di sejumlah industri, PMI manufaktur yang masih bertahan di level kontraksi
02:43selama 5 bulan terakhir hingga pelemahan nilai tukar rupiah
02:48dari Jakarta, Tim Liputan, AIDA Exino
03:04apa pergerakannya di sepanjang tahun 2024 sampai dengan tahun ya di bulan khususnya di kuartal 3 tahun 2024
03:14ini dia kuartal 1 2023 kita lihat pergerakannya masih di 5 persen
03:19kemudian di kuartal 3 tahun 2023 turun menjadi 4,94 persen
03:23kemudian di kuartal 4 2023 naik 5 persen
03:27dan di kuartal 1 2024 sampai dengan kuartal kedua 2024 masih berada di 5 persen
03:32kecuali di kuartal 3 sudah turun menjadi 4,95 persen untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia
03:40baik itu dia beberapa data yang sudah kita sampaikan
03:43dan untuk membahas tema kita kali ini terkait dengan capaian kinerja ekonomi 2024
03:47dan optimismenya di tahun 2025
03:50kita sudah tersambung ini melalui zoom bersama dengan mas Aryo DPI Irhamna ekonomi indef
03:57Halo mas Aryo apa kabar?
03:58Halo mas Pras, Alhamdulillah baik bagaimana mas Pras?
04:03Kabar baik juga terima kasih atas waktu yang disempatkan
04:05dan sudah bergabung juga ini bapak Ajip Hamdani
04:08beliau adalah analis kebijakan ekonomi dari asosiasi pengusaha Indonesia Apindo
04:12Halo Pak Ajip apa kabar?
04:14Sangat baik mas Pras
04:15Luar biasa ini Pak Ajip terima kasih atas waktu yang disempatkan
04:18dan sebelum membahas lebih jauh kita akan mencoba mereview terlebih dahulu dari kacamata pelaku usaha khususnya Apindo
04:26bagaimana sih pandangan pelaku usaha terkait dengan kinerja ekonomi di sepanjang tahun 2024 ini?
04:33Mas Pras kalau kita lihat memang sepanjang tahun 2024 ini tahun yang penuh tantangan kita bilang
04:39pertama karena tentunya berbicara masalah stabilitas
04:42berbicara stabilitas ini berbicara terkait dengan aspek politik
04:46yang dimana kita memang lihat mas Pras bahwa sepanjang tahun 2024
04:50dari awal tahun sampai akhir tahun
04:52terjadi sebuah proses kontestasi politik yang begitu panjang
04:56artinya kondisi ini yang kemudian akan membuat ekonomi cenderung wait and see
05:00investasi juga akan mengalami cenderung pelambatan
05:03itu kemudian kita lihat dari beberapa indikator makro yang ada mas Pras
05:07kalau kita kemudian melihat bagaimana pencapaian ekonomi di 2024
05:10kalau kita lihat memang pencapaian-pencapaian ekonomi secara umum
05:14kalau kita bandingkan dengan orientasi dan target dari kerangka ekonomi makro
05:18yang dibuat oleh pemerintah di awal tahun itu cenderung melemah
05:21ya satu-satunya yang tinggi justru nilai tukar dolar
05:25yang di atas 14 ribu menjelang akhir tahun
05:27yang notabene nilai tukar rupiah tadinya diperkirakan diangkali
05:31kisaran 15 ribu rupiah per dolar
05:34problemnya adalah kemudian ketika ekonomi global
05:37sedang mengalami fluktuasi yang begitu luar biasa
05:39maka ekonomi dalam negeri harus mengalami penguatan-penguatan
05:43yang secara terstruktur oleh pemerintah
05:45yang kemudian kalau kita lihat bagaimana program-program pemerintah
05:48yang kebetulan kurang pro dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri
05:52yang kita lihat bahkan sekarang di kuartal keempat
05:55kita sekarang sedang sibuk dengan narasi kenaikan BPN 12%
05:58ini menjadi poin yang akan menjadi pelemahan di ekonomi 2025
06:03satu sih kita mempunyai optimisme di 2025
06:06tapi pemerintah memulainya dengan kurang fine dan kurang cantik
06:09kira-kira begitu, Mas Bas
06:10kalau kita lihat indikator-indikator ekonomi yang lain
06:13termasuk misalnya masalah inflasi
06:15inflasi memang di kisaran pemerintah itu di angka 2,5%
06:19plus minus 1%
06:21artinya di kisaran 1,5 sampai 3,5
06:23tapi yang kita lalui ini sebenarnya terlalu banyak deflasi
06:27yang ini menjadi indikator dari pelemahan daya beli masyarakat
06:30ini yang kita sayangkan, Mas Ras
06:32seharusnya pemerintah bisa menopang daya beli masyarakat dengan baik
06:35melalui instrumen fiskal dan moneternya
06:37dan bahkan kalau kita lihat misalnya
06:39indikator-indikator penerimaan pajak
06:41perkiraan kita di akhir tahun akan shortfall
06:43dibandingkan dengan sebelumnya yang overtarget
06:45di 2024 kita akan shortfall
06:47makanya kita 2025 dengan adanya peningkatan
06:50tambah budget yang begitu luar biasa
06:52maka kembali tantangan kita
06:54bahkan dalam konteks fiskal, Mas Ras
06:56tantangan kita bukan hanya di 2025
06:58tapi 2025, 2026, dan 2027
07:01karena masa 3 tahun berturut-turut itulah
07:03kita jatuh tempo tidak kurang dari 800 triliun
07:06pemerintah melakukan pembayaran hutang
07:08nah catatan-catatan seperti ini yang membuat
07:11bagaimana tahun 2024 kita mengalami
07:13tahun yang tidak begitu ideal, Mas Ras
07:15tinggal bagaimana kemudian
07:17melalui stabilitas pemerintah ke depan
07:20pemerintah harusnya bisa mendesain ekonomi yang lebih stabil
07:22yang istilahnya itu
07:24pro dengan sustainability dan pro dengan growth
07:26itu yang menjadi harapan dunia untuk Mas Ras
07:28wow gamblang sekali, Pak Jip
07:30informasi yang sudah Anda berikan begitu ya
07:32terkait dengan review dari pertumbuhan
07:34ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2024 ini
07:37nah dari si Indef, bagaimana Mas Aryo?
07:39Anda melihat begitu, apakah capaian ekonomi
07:41di sepanjang tahun ini sebenarnya sudah
07:43sesuai konsensus dari ekonomi sendirika
07:45atau memang tadi ada kecenderungan melambat
07:47kemudian beberapa kondisi fundamental Indonesia
07:50yang juga mengalami tekanan
07:52begitu dari nilai Rupiah, Inflasi, dan lain-lain
07:54oke, baik
07:56terima kasih Mas Ras tadi
07:57saya akan mencoba menambahkan
07:59apa yang sudah disampaikan oleh Mas Najib ya
08:01jadi meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia
08:04secara makro masih tercatat positif ya
08:06dan staknan di sekitar 5% gitu ya
08:09namun sejumlah indikator yang akan
08:11sampaikan indikator-indikator mikro dan
08:13struktural justru mengungkapkan
08:15bahwa gambaran yang sangat mengkhawatirkan
08:17utamanya ada 3 fenomena utama
08:19yang terjadi dalam 2024 ini ya
08:22pertama, kebangkutan salah satu perusahaan
08:24teksil terbesar di Asia Tenggara, Seritex
08:27dan yang kedua, tren deflasi yang sudah langsung
08:29selama berbulan-bulan
08:31serta penurunan jumlah kasus menengah yang secara signifikan
08:34nah tiga fenomena ini menunjukkan bahwa
08:36perekonomian Indonesia sedang berada di bawah
08:38tekanan serius ya
08:39jadi dari Seritex
08:41jadi kebangkutan Seritex ini tidak hanya menjadi
08:43berita buruk bagi Seritex
08:45tapi juga bagi industri teksil dan industri Indonesia
08:48karena kita tahu bahwa teksil sendiri merupakan
08:51industri yang banyak menyerap tenaga kerja
08:53gitu ya dan
08:55Seritex yang baru menguapkan
08:57apa namanya, bangkrut di tahun ini
08:59sebetulnya industri ini sudah terpuruh
09:01sejak dua tahun terakhir
09:03jadi sudah banyak sebenarnya yang kelas
09:05industri di
09:07menengah gitu ya, di bawah
09:09Seritex yang sudah berdarah
09:11kemudian juga deflasi bruntun yang saya sampaikan tadi
09:13ini menjadi sinyal permintaan yang
09:15yang lusuh yang tadi
09:17sampaikan Pak Najib juga
09:19apa namanya, daya beli yang merosot dan ini
09:21fenomena ketiga adalah
09:23penurunan jumlah kelas
09:25...
09:27ya hilangnya
09:29penopang konsumsi
09:31untuk pertumbuhan ekonomi memang menurun
09:33baik, dengan kondisi tadi secara makro
09:35maupun mikro yang sudah Anda sampaikan begitu
09:37Anda melihat sejauh mana ini
09:39kah menjadi pinjakan yang kuat untuk
09:41menatap tahun 2025 mendatang
09:43kita bahas nanti di segmen berikutnya Pak Najib Masario
09:45kita akan jadi dulu sebentar dan Pemirsa
09:47pastikan Anda masih bersama kami
09:59...
10:01...
10:03...
10:05baik Pemirsa, terima kasih Anda masih bergabung
10:07bersama kami dalam Market Review dan kita akan
10:09lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Bapak Ariyo
10:11DPH Irhamnai, Konom Indef dan juga
10:13Pak Najib Hamdani dari APiDU
10:15nah, menjikapi kondisi seperti ini
10:17Mas Ariyo, lantas bagaimana
10:19Anda melihat dengan beberapa tantangan tadi yang
10:21secara makro
10:23maupun mikro tadi begitu, apakah ini menjadi
10:25suatu tahanan yang
10:27menjadi pinjakan kuat untuk menatap
10:29tahun 2025 atau itu yang harus
10:31segera dibenahi terlebih dahulu Mas Ariyo?
10:33...
10:35baik, dari kondisi yang sudah terjadi
10:37di tahun 2024 ini, memang ini
10:39menjadi
10:41basis yang
10:43kurang memuaskan
10:45untuk menatap 2025
10:47jadi banyak PR besar yang dimiliki
10:49oleh pemerintah yang baru dilantik
10:51gitu ya, utamanya di
10:53sektor ekonomi
10:55secara makro
10:57pelemahan daya beli, kemudian juga secara
10:59sektoral di sisi industri
11:01yang mengalami betul-betul penurunan
11:05daya saing industri kita
11:07...
11:09tapi dengan kondisi seperti ini, Pak Najib Anda melihat bagaimana
11:11PMI Manufaktur juga yang kita
11:13masih ya, level-level
11:15kontraksi, kemudian
11:17rata-rata dari pertumbuhan ekonomi yang
11:19masih stagnan begitu di 5%
11:21apakah Anda melihat cukup berat
11:23begitu langkah dan strategi ke depan
11:25ya, kalau kita lihat dari
11:27target 5,2%
11:29di tahun 2024 ini memang
11:31akan sulit achieve, Mas
11:33perkiraan kita di angka 4,9%
11:35sampai 5,1%
11:37untuk di tahun 2024 secara agregat
11:39nanti di bulan Desember, pertanyaannya
11:41adalah bagaimana di tahun 2025
11:43apalagi pemerintah di kerangka ekonomi
11:45makro menyampaikan bahwa
11:47target pertumbuhan ekonomi di angka 5,4%
11:49di tahun 2025, ini tentunya
11:51menjadi tantangan yang sangat challenging
11:53sebenarnya Mas Pras, karena kita memiliki
11:55banyak sekali PR, dan bahkan tadi
11:57Mas Arief juga menyampaikan tentang
11:59kondisi fundamental ekonomi kita
12:01sangat tidak ideal ketika kita
12:03menyongsong tahun 2025
12:05kelemahan daya beli masyarakat yang notabene
12:07menjadi penopang signifikan pertumbuhan
12:09ekonomi kita sedang mengalami tekanan
12:11yang begitu luar biasa, harapan kita
12:13adalah pemerintah itu mendorong
12:15kebijakan-kebijakan yang kompetensif
12:17sehingga bisa mendorong
12:19pertumbuhan ekonomi yang ada
12:21kita punya 5 catatan Mas Pras, kalau kita ingin tumbuh dengan baik
12:23di tahun 2025, pertama adalah berbicara
12:25bauran kebijakan fiskal dan monoter
12:27yang pro-growth dan pro-sustainability
12:29yang kedua ini berbicara masalah
12:31efisiensi usaha yang berjifat universal
12:33yang ketiga ini berbicara masalah
12:35connectivity antara UMKM dengan dunia industri
12:37yang keempat adalah peningkatan
12:39lapangan kerja yang berkualitas
12:41dan yang tidak kalah penting
12:43berbicara masalah peningkatan produktivitas
12:45dan kualitas SDM, karena ini yang disampaikan
12:47oleh Mas Tario tadi, berbicara
12:49masalah peningkatan kualitas SDM, ini tentunya
12:51berbicara masalah peningkatan produktivitas
12:53dan daya saing, ini yang menjadi PR pendasar
12:55buat kita, tetapi begini Mas Pras
12:57ketika kemudian ekonomi global
12:59juga proyeksinya juga tumbuh tidak lebih dari
13:013,5 persen, target pertumbuhan
13:03ekonomi di Indonesia itu perkiraan kita masih
13:05bisa di atas 5 persen
13:07walaupun kita nggak yakin sampai dengan 5,4 persen
13:09ini yang paling dikisaran itu
13:11paling dikisaran 5,1 sampai
13:135,2 persen untuk tahun 2025
13:15ini yang kemudian menjadi PR pemerintah
13:17Mas Pras, karena pemerintah mempunyai target
13:19yang lebih ambisius di tahun 2028
13:21nanti katakan pertumbuhan sampai dengan
13:238 persen, ini tentunya
13:25jangan sampai menjadi sebuah target yang hanya
13:27bersifat ilusi gitu ya
13:29makanya harus di
13:31aplikasikan dalam konteks
13:33kebijakan-kebijakan
13:35yang pro dengan growth
13:37target-target yang
13:39bisa mendorong pertumbuhan ekonomi
13:41dan penguatan daya beli, ini yang menjadi catatan
13:43dari Apindo Mas Pras, karena sekali lagi
13:45kalau konteks 2024 banyak sekali
13:47tantangannya, tapi kita hampir tutup buku
13:49dalam waktu 2 hari ini, harapan kita
13:512025 pemerintah
13:53bisa menatap dengan lebih baik
13:55dan konsisten, karena Pak Prabowo ini kan punya
13:57program yang namanya Astacita
13:59Mas Pras, tapi yang menjadi tidak mudah adalah
14:01bagaimana jajaran
14:03kabinetnya itu menerjemahkan program
14:05Astacita, sehingga menjadi aplikatif
14:07dan eksekutif di lapangan
14:09itu yang kita tunggu Mas Pras
14:11Mas Ariel, lantas bagaimana kalau kita review
14:13dengan beragam kebijakan tadi, bauran-bauran
14:15kebijakan ekonomi makro, mikro
14:17kemudian dari sisi fiscal monitornya, menurut Anda
14:19apakah ini sudah sesuai
14:21tepat sasaran, atau Anda melihat
14:23dengan beberapa kondisi fundamental
14:25tadi, begitu nampaknya
14:27akan butuh effort
14:29yang lebih kuat dan lebih keras lagi
14:31untuk menatap tahun 2025?
14:33Lebih jauh lagi, ini sebetulnya
14:35tidak hanya tahun ini, tapi sudah
14:37satu dekade, menunjukkan kecenderungan
14:39yang tidak mendukung sektor real, menurut saya
14:41jadi kementerian keuangan misalnya
14:43dia cenderung mengandalkan penerbitan utang negara
14:45untuk membiayai program pemerintah, dan didukung juga
14:47kebijakan suku bunga tinggi dari Bank Indonesia
14:49sehingga kombinasi
14:51kebijakan tersebut membuat sektor perbankan itu
14:53lebih tertarik investasi
14:55di surat berharga negara, daripada menyalurkan
14:57kredit ke sektor real
14:59tanpa disadari, kementerian keuangan ini telah
15:01kecanduan berutang dibandingkan meningkatkan
15:03penerimaan perbajakan untuk membiayai program pemerintah
15:05sehingga tekstur asal kita
15:07panjang naik dalam satu dekade terakhir
15:09bahkan ada tren penurunan
15:11sehingga sektor usaha ini
15:13kesulitan, sulit tumbuh, karena
15:15skema dukungan
15:17pemerintah untuk pembiayaan ini, suku bunganya
15:19tidak mendukung
15:21pelaku usaha
15:23di sisi lain
15:25pemerintah kita punya KUR
15:27ini meskipun jadi andalan pemerintah untuk mendukung
15:29UMKM, tapi ini kan
15:31target marketnya ini, usaha mikro dan kecil
15:33bahkan ada ultra mikro juga
15:35tapi untuk kelas menengahnya ini
15:37belum ada nih, skema pembiayaan
15:39yang compatible untuk
15:41agar kelas menengah ini
15:43naik ke usaha-usaha besar
15:45padahal usaha menengah ini memiliki potensi
15:47besar untuk tumbuh, jadi secara
15:49fundamental kebijakan
15:51bauran fiscal dan monitor ini
15:53dalam bahasa saya
15:55ini kita mengalami malpraktek
15:57kebijakan bauran fiscal dan monitor
15:59Oke, nah langkah apa
16:01yang mungkin harus segera dilakukan
16:03ini kita harus segera benahi
16:05kemudian saling
16:07bahu-membahu dan integrasi yang kuat
16:09di lingkungan pemerintah sendiri, kalau kita lihat
16:11tahun 2025 mendatang, Mas Dario kan
16:13ada kenaikan PPN
16:1512%, kemudian UMP
16:17juga naik, nah Anda melihat bagaimana nih
16:19ya itu dia, perlu duduk
16:21bersama lagi nggak, atau bagaimana sih?
16:23Ya, terkait
16:25PPN ya, kita tahu ya
16:27akan naik di 12% ya, meskipun
16:29kita tahu tujuannya untuk meningkatkan
16:31penerimaan negara, justru saya melihat ini
16:33berpotensi memberikan dampak sebaliknya
16:35artinya bisa jadi menurunkan
16:37penerimaan negara, kenapa?
16:39PPN ini kan untuk semua kelas
16:41namun situasi daya beli
16:43yang tertekan, dan gelombang
16:45pemutusan kerjaya
16:47TH100 berlangkung ya, seri tax
16:49bangkrut, kemudian
16:51PPN naik, jadi bisa jadi
16:53konsumsi ini menurun, jadi
16:55meskipun naik PPN-nya
16:57trade PPN-nya, tapi
16:59ketika konsumsinya menurun, itu bisa jadi
17:01tidak ada artinya kenaikan 1% ini
17:03jadi, angka pengangguran ini kan
17:05sudah naik 400 ribu ya, sejak
17:07Februari 2024 hingga
17:09September 2024, dan itu hampir
17:11seperti kenaikan angka pengangguran
17:13saat pandemi COVID-19 di 2021
17:15ya, Februari 2021
17:17itu 8,7 juta
17:19dan September 2021 itu
17:219,1 juta, jadi sekitar 400 ribu
17:23juga, jadi ini kondisi yang
17:25dari sisi pengangguran itu mirip-mirip di
17:272021 ya, padahal konsumsi rumah tangga ini menyumbang
17:29lebih dari separuh domestik
17:31bruto kita, namun menyusutnya
17:33di 2021-2024 ini
17:3554,93% dan
17:372021-2023 ini 53,08%
17:39jadi, untuk PPN sendiri
17:41ini bisa jadi, justru tidak
17:43meningkatkan penerimaan, justru menurun
17:45keadaan, jadi tadi ya, memang ada reform
17:47kebijakan fisikal dan monitor untuk
17:49mendukung pelaku usaha agar
17:51terus bergeliat gitu ya
17:53tapi kan dari sisi pembiayaan ini
17:55memang belum berhubung gitu ya, bahkan banyak
17:57pelaku usaha ini
17:59apa namanya, bahkan pelaku usaha
18:01asing itu, dia kebanyakan memang disupport dari
18:03pembiayaan negara asalnya yang memiliki
18:05rate yang lebih kompetitif, lebih menarik
18:07bagi pelaku usaha
18:09nah, lantas seberapa kuat optimisme begitu di lingkungan
18:11ataupun di dunia usaha sendiri, khususnya
18:13api indo, kita akan bahas nanti di segmen berikutnya
18:15Pak Hajib dan Mas Aryo, kita akan jadi kembali sebentar
18:17dan pemirsa, kami akan segera kembali usahai
18:19pariwara berikut ini
18:25musik
18:39ya, anda masih bersama kami dalam
18:41MarketTV, kita akan lanjutkan kembali perbincangan
18:43bersama dengan Mas Aryo Depir Hamna, ekonom
18:45indef dan juga Bapak Hajib Hamdani
18:47analis kebijakan ekonomi api indo
18:49baik Pak Hajib, nah dari sisi
18:51api indo, pelaku usaha begitu melihat bagaimana
18:53optimisme yang memang harus dibangun
18:55begitu ya, di tahun 2025
18:57dengan beragam tantangan
18:59yang tadi, ya ini kemungkinan
19:01masih akan berlanjut
19:03di tahun 2025
19:05apalagi ditambah dengan tantangan-tantangan lainnya
19:07UMP tadi, dan kenaikan PPN 12%
19:09ya,
19:11kenaikan PPN 12% dan
19:13kenaikan UMP 6,5% ini
19:15kalau istilah jenji itu ibarat double kill
19:17buat dunia usaha Mas Pras
19:19karena kalau kita, saya tadi juga menyimak paparan
19:21dari Mas Aryo, tentang bagaimana
19:23kenaikan tarif PPN itu justru
19:25akan menjadi pisau bermata
19:27dua buat aspek budgeter, buat aspek
19:29APBN kita, ini yang perlu di-exercise lebih lanjut
19:31oleh Kementerian Keuangan, masih ada
19:33waktu dua hari untuk mengevaluasi
19:35apakah kenaikan tarif PPN akan
19:37sesuai dengan jadwal 1 Januari atau kembali
19:39ditunda, termasuk tadi bagaimana
19:41kenaikan tarif UMP 6,5%
19:43ketika hal tersebut tidak diiringin
19:45dengan peningkatan kualitas
19:47tenaga kerja Mas Pras, ini akan menjadi tantangan
19:49karena ini akan mengurangi
19:51tingkat serapan tenaga kerja yang ada
19:53karena tentunya dunia usaha akan cenderung
19:55lebih mengerem terhadap
19:57penyerapan pengangguran yang ada
19:59padahal di tahun 2025 kita diharapkan
20:01dengan lebih dari 7 juta pengangguran
20:03terbuka, yang ini membutuhkan
20:05effort dari pemerintah untuk
20:07mendorong dunia usaha bisa melakukan penyerapan
20:09tenaga kerja dengan baik, karena gak mungkin
20:11kita mengharapkan tenaga kerja itu diserap oleh
20:13APBN melalui peningkatan
20:15PNS misalnya, itu akan kembali menjadi
20:17kebutuhan buat APBN, harusnya pemerintah itu
20:19mendorong dunia usaha untuk lebih
20:21bisa menyerap pengangguran yang ada
20:23oke, kalau kemudian kita lihat di tahun 2025
20:25Mas Pras, memang kemudian
20:27kita masih mempunyai sebuah potensi
20:29dan kue ekonomi yang cenderung
20:31di atas rata-rata, bahkan kalau kita lihat
20:33dari kajian global, ada 3 negara
20:35yang masih potensi di atas 5%
20:37di sepanjang tahun 2025
20:39selain dari India, UAE
20:41dan termasuk Indonesia sebenarnya Mas Pras
20:43artinya, dunia global juga mengakui
20:45bahwa Indonesia punya potensi
20:47kekuatan ekonomi domestik yang masih
20:49sangat luas, nah tinggal bagaimana
20:51kemudian kebijakan-kebijakan bisa menumbuhkan
20:53hal tersebut, berbicara masalah hilirisasi
20:55berbicara masalah investasi
20:57berbicara masalah peningkatan UMKM
20:59peningkatan SDM dan lain-lain
21:01ini menjadi PR-PR yang one a row
21:03itu pemerintah harus bisa mendorong
21:05dan menjawab tantangan itu dengan baik
21:07dan sekali lagi harapan kita Mas Pras, tahun 2025
21:09kita bisa masukin tahun yang lebih baik
21:11dibandingkan 2024
21:13kalau kita berbicara
21:15masalah realitas
21:17pertumbuhan ekonomi kita memang sulit mencapai
21:19dari target kerangka ekonomi makro
21:21yang ditetapkan oleh pemerintah seudah 5,4%
21:23per Grand Up Indo kita di pertumbuhan
21:25ekonominya di angka 5,2%
21:27itu target yang menjadi
21:29lebih achievable, demikian Mas Pras
21:31baik, 5,2% ya proyeksi untuk pertumbuhan
21:33di tahun 2025, Indep sendiri melihat bagaimana
21:35itu baru kita bahas tergantung
21:37permasalahan domestik atau tantangan
21:39di dalam negeri sendiri, bagaimana dengan kondisi global
21:41begitu konflik geopolitik yang
21:43masih panas, berkepanjangan dan meluas
21:45ini akankah juga menekan ekonomi
21:47Indonesia di tahun 2025 Mas Arya?
21:49Saya akan merespon
21:51aspek yang
21:53saya terlewat gitu ya, terlihat karenakan WMP
21:55jadi ini menurut saya
21:57kebijakan yang populis namun beresiko tinggi
21:59kenapa? karena memang
22:01meskipun tujuannya untuk memberikan
22:03tambahan penghasilan ya bagi pekerja
22:05namun kita lihat bahwa kondisi sekarang
22:07ini tidak
22:09begitu baik juga bagi pelaku usaha
22:11karena pelaku usaha itu kan
22:13memproduksi sesuai dengan demand
22:15dan ketika demandnya sedang
22:17turun karena ada yang lebih turun tentu itu
22:19akan menyesuaikan, namun di sisi lain ada
22:21kos yang meningkat nih
22:23tahun depan, mungkin
22:25bisa jadi juga ini menjadi
22:27trigger
22:29gelombang PHK selanjutnya
22:31kenapa? karena ketika pelaku usaha tidak mampu
22:33melakukan kewajibannya
22:35untuk WMP, kenaikan WMP ini tentu
22:37jalan pintas yang diambil bisa jadi
22:39memangkas atau menyesuaikan
22:41dari labor cost ya tenaga kerja
22:43gitu ya, itu satu
22:45kemudian yang kedua tadi yang terkait dari
22:47apa namanya
22:49tahun 2025
22:51ini Pak Presiden
22:53menarasikan
22:55pertumbuhan ekonomi 8%
22:57ini menjadi abis yang sangat besar
22:59dan menurut saya memerlukan penyelamatan dan
23:01eksekusi kebijakan yang efektif
23:03Pak Haji, bagaimana Anda melihat dengan
23:05kondisi geopolitik global nanti yang menjadi
23:07tantangan tersendirikah di tahun depan?
23:09ya, kondisi geopolitik
23:11menjadi sebuah kondisi yang
23:13di luar jangkauan yang bisa kita selesaikan
23:15dibandingkan dengan kalau berbicara
23:17masalah tantangan domestik Mas Ras
23:19memang kondisi yang tidak idealnya
23:21misalnya berbicara masalah kebijakan
23:23tingkat suku bunga, kita masih melihat
23:25apakah The Fed akan kembali menaikkan
23:27atau menahan tingkat suku bunga acuan yang ada
23:29karena menjadi tantangan tersendiri, ketika
23:31The Fed misalnya kembali menaikkan suku bunga acuan
23:33menjadi tantangan buat kita, karena
23:35akan terjadi capital outflow
23:37dan ini yang menjadi problem
23:39termasuk bagaimana pencapaian investasi di Indonesia
23:41karena Indonesia ini kan
23:43satu sisi kita menawarkan sebuah oportuniti
23:45secara bisnis, tapi berbicara
23:47masalah stabilitas, itu tentunya
23:49masih menjadi PR dan
23:51catatan khusus buat para investor
23:53nah, kemudian berbicara masalah
23:55kondisi geopolitik yang ada, memang
23:57pertumbuhan ekonomi global juga mengalami revisi
23:59dari beberapa saat terakhir ini
24:01bahkan hanya mencapai di 3,5%
24:03nanti mas Arya bisa meluruskan
24:05kalau angka saya kurang tepat, tapi
24:07angka-angka tersebut sebenarnya sekali lagi
24:09memberikan efek yang sebenarnya
24:11tidak terlalu signifikan di dalam negeri
24:13dibandingkan dengan bagaimana kondisi-kondisi
24:15potensi yang ada di Indonesia, tinggal bagaimana
24:17kemudian, kalau kita lihat
24:19pertumbuhan ekonomi kita akan sangat ditopang oleh
24:21ekonomi domestik, sehingga
24:23bagaimana kondisi ekonomi global yang
24:25fluktuatif, sekali lagi memang
24:27akan memberikan dampak terhadap export-import
24:29akan memberikan dampak terhadap kekuatan devisa kita
24:31memberikan dampak terhadap
24:33kebijakan fiskal kita yang terkait dengan hutang luar
24:35dalam bentuk dolar dan lain-lain, tapi
24:37angka tersebut tidak sesignifikan dengan potensi
24:39ekonomi domestik yang dimiliki di Indonesia
24:41jadi yang kita harapkan dan dunia usaha harapkan
24:43adalah mas Tas, bagaimana pemerintah
24:45itu fokus dengan mendorong
24:47bauran-bauran kebijakan yang
24:49bercepat komprehensif terhadap pertumbuhan
24:51ekonomi di dalam negeri dan fokus
24:53dengan ekonomi domestik, demikian mas
24:55baik, wajib, dan kita ke mas Arya kembali
24:57di lantas bagaimana Anda melihat begitu
24:59untuk tahun 2025 mendatang
25:01sektor-sektor ataupun industri
25:03mana sih yang nanti akan bisa menjadi
25:05salah satunya adalah
25:07lokomotif begitu pertumbuhan ekonomi Indonesia
25:09oke
25:11jadi untuk 2025
25:13ini
25:15hampir
25:17menurut saya hampir semua sektor ya
25:19tidak
25:21menunjukkan
25:23secerca harapan
25:25harapan yang besar sebagai penopang ekonomi
25:27karena memang kondisi
25:29masyarakat kita yang ditunjuk
25:31penurunan
25:33daya beli yang berkelanjutan, kemudian
25:35tekanan menaikkan PPN, ini bisa jadi
25:37justru pelaku usaha ini
25:39sebetul-betul WNC dengan tekanan
25:41PPN 12% ini, karena WMPnya
25:43udah naik, tanggung jawab untuk
25:45gaji pekerja, dan
25:47tadi terkait kondisi geopolitik
25:49yang memang tidak terlalu pengaruh
25:51cuman yang perlu kita perhatikan, utama pemerintah
25:53yang perlu kita perhatikan adalah jalur perdagangan
25:55karena
25:57import kita ini
25:5925% ini berasal dari
26:01kina ya, 28% bahkan
26:03ini sangat mengkhawatirkan karena
26:05dengan terkeluarginya Trump
26:07sudah ada desas-desus trade war 2.0
26:09sehingga jika ada
26:11gangguan di ekonomi
26:13kina ini tentu akan merembed
26:15ke ekonomi kita melalui
26:17perdagangan ya, dan itu
26:19kita perlu perlihat juga bagaimana pelaku usaha
26:21gangguan pasokan
26:23yang datang dari kina
26:25baik, itu dia tantangan yang
26:27nampaknya masih akan menyelimuti begitu ya
26:29dari kinerja pertumbuhan ekonomi
26:31geliat aktivitas industri dunia usaha
26:33dan juga masyarakat begitu di tahun
26:352025 mendatang, dan semoga
26:37pemerintah nanti bisa meramu
26:39kebijakan yang
26:41luar biasa sekali begitu ya untuk menghadapi
26:43tahun 2025 mendatang
26:45pertumbuhan ekonomi bisa sesuai dengan harapan
26:47meskipun tadi Apindo ada 5,2%
26:49di tahun 2025
26:51baik, Pak Hajip, Mas Aryo
26:53terima kasih banyak atas
26:55waktu kesempatan analisis dan informasi
26:57serta update yang sudah diberikan kepada
26:59pemirsa pada hari ini, selamat melanjutkan
27:01aktivitas anda kembali, salam sehat dan
27:03sampai berjumpa kembali, Pak Hajip, Mas Aryo, terima kasih
27:05salam mas, salam mas
27:07terima kasih mas, mas Hajip
27:09pemirsa jangan berenjak dari tempat anda
27:11karena sesaat lagi kami masih akan kembali
27:13tentunya dengan tema menarik lainnya terkait dengan
27:15daya tahan industri terjaga
27:17dan penciptaan lapangan kerja terbuka
27:19sesaat lagi

Recommended