Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • hari ini
VATIKAN, KOMPAS.TV - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus wafat pada usia 88 tahun.

Paus Fransiskus terakhir kali muncul di hadapan publik saat mengucapkan Selamat Paskah kepada masyarakat di Vatikan.

Kesedihan mendalam dirasakan umat Katolik dari seluruh penjuru Tanah Air. Tak hanya di Indonesia, kesedihan juga dirasakan seluruh umat di Vatikan.

Salah satunya Josie Susilo Hardianto, Wartawan Senior Harian Kompas yang pada September 2024 lalu ikut lawatan apostolik Paus Fransiskus dari Vatikan, Jakarta, Papua, Timor Leste hingga kembali ke Vatikan.

Josie tak kuasa menahan tangis saat menceritakan pengalamannya bersama Paus.

Lawatan September lalu selain sebagai perjalanan peliputan, namun juga merupakan perjalanan batin bagi Josie.

Baca Juga Palestina Berduka Paus Fransiskus Wafat: Teman Sejati Perdamaian dan Keadilan di https://www.kompas.tv/internasional/588472/palestina-berduka-paus-fransiskus-wafat-teman-sejati-perdamaian-dan-keadilan

#pausfransiskus #pauswafat #paus

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/internasional/588476/haru-cerita-wartawan-senior-harian-kompas-saat-mendampingi-lawatan-paus-fransiskus-ke-indonesia
Transkrip
00:00Anda masih menyaksikan Breaking News Kompas TV bersama saya, Sini Permadi.
00:05Saudara yang Anda saksikan di layar kaca ini adalah situasi dari Vatikan.
00:11Sesaat setelah Paus Franciscus, pemimpin tertinggi umat Katolik, meninggal dunia pagi tadi waktu Vatikan pada pukul 7 lewat 35 di usianya yang ke-88 tahun.
00:23Paus Franciscus terakhir kali muncul di hadapan publik yaitu kurang dari 24 jam yang lalu ketika ia menyampaikan ucapan selamat pascah kepada masyarakat di Vatikan.
00:39Saat itu ia muncul di alun-alun Santo Petrus Vatikan menggunakan kursi roda melambaikan tangannya dari balkon mengucapkan selamat pascah.
00:51Di Studio Kompas TV sudah bersama saya ada Mas Yosi Susilo Hardianto, wartawan senior harian Kompas.
01:02Mas Yosi, selamat sore.
01:04Mas Yosi ini adalah wartawan senior harian Kompas yang September lalu ikut lawatan apostoliknya Paus Franciscus ya Mas.
01:12Mas mungkin boleh dijelaskan juga saat itu ikut dari Vatikan, Jakarta, kemudian Papua, Timur Leste, sampai Vatikan lagi betul ya Mas?
01:20Iya demikian.
01:21Oke, seperti apa saat itu perjalanan bersama dengan seorang Paus Franciscus?
01:25Ya, perjalanan dengan Paus Franciscus saat itu sebenarnya menjadi semacam, menjadi semacam, meskipun dirangkai dalam,
01:51maaf, agak emosional.
01:56Pak Mas, memang sosok Paus Franciscus ini kesederhanannya bahkan terasa ke semuanya.
02:02Ya demikian ya, meskipun pada saat itu perjalanan kami adalah perjalanan semacam perjalanan, judulnya memang perjalanan apostolik.
02:16Dan kami para wartawan mengiringinya sebagai bagian dari proses peliputan.
02:23Akan tetapi bagi sebagian orang, saya terutama,
02:33Mas, silakan.
02:43Ya, maaf.
02:44Saya mengalaminya sebagai sebagai sebuah perjalanan batin ya.
02:53Karena sebagai seorang, ya kebetulan saya seorang Katolik juga.
03:01Ada bersama dengan seorang pemimpin tertinggi, tetapi saya merasakannya tidak sebagai seorang yang jauh.
03:21Saya mengalami Paus sebagai seorang yang begitu dekat.
03:30Seperti yang tadi disampaikan oleh Duta Besar Triaskun Sahyono,
03:39Paus adalah seorang yang humble, sosok yang sangat sederhana.
03:47Kesederhananya ini tidak hanya diwujudkan dalam bentuk apa yang dia gunakan, apa yang dia pakai.
03:54Kalau boleh saya sampaikan, gereja Katolik itu mengenal banyak simbol-simbol.
04:00Salah satu simbolnya adalah pakaian dan apa yang dikenakan oleh para imam, para uskub, dan Paus.
04:08Paus.
04:09Paus Franciscus adalah, dia adalah yang pertama dari para uskub gereja Katolik.
04:17Salah satu tanda keuskupan adalah, apa namanya, kalung salib.
04:25Biasanya dari emas dan kemudian sepatu yang berwarna merah, tanda kemartiran.
04:32Tetapi saat itu saya lihat Paus mengenakan salib yang sederhana, terbuat dari perunggu perak biasa begitu.
04:41Dan sepatunya seperti sepatu, pada umumnya sepatu kulit warna hitam.
04:46Menandakan, itu menyimpulkan Paus mengenakan apa yang biasanya umum para imam kenakan.
04:57Kemudian dia sosok yang mudah didekati, yang mudah disentuh.
05:05Biasanya kalau kita ketemu dengan para pemimpin itu kan sulit untuk menjangkau mereka.
05:15Bahkan setelah kita, bahkan ketika kita kenal dekat pun juga tetap ada protokol yang memberi jarak.
05:22Tetapi dalam penerbangan dari Roma, Fiumicino menuju ke Jakarta, ketika Paus menyapa kami,
05:31Paus mendatangi kami satu persatu.
05:34Kami dengan luasa memegang tangannya, berbicara dengan beliau, beliau menyapa kami satu persatu.
05:42Mendengarkan setiap ungkapan kami, mendengarkan setiap cerita kami, tidak dengan bosan bahkan memenuhi setiap permintaan kami.
05:58Satu persatu, beliau tidak merasa tergesa-gesa seperti itu.
06:04Itu suasana pertama yang saya temui, yang saya alami dengan beliau seperti itu.
06:10Jadi, sebagai seorang katolik, saya mengalami pemimpin tertinggi.
06:17Saya bukan seseorang yang begitu jauh, tetapi begitu dekat.
06:21Dan tidak ada jarak sama sekali.
06:27Itu yang saya alami.
06:29Dan saat beliau menuntaskan semua perjalanan apostoliknya di Indonesia,
06:35ke Papua New Guinea, ke Timor Leste dan terakhir ke Singapura sebelum kembali ke Roma.
06:42Hal yang sama saya lihat dari sosok beliau.
06:45Tidak ada jarak secara harfiah dan juga tidak ada jarak emosional.
06:48Ini juga yang terlihat ya.
06:50Betapa di sebuah pesawat komersial yang digunakan oleh Paus saat itu,
06:54ia juga bertemu dengan beberapa wartawan, ngobrol juga di sana.
06:59Artinya itukah kedekatan, itukah yang juga membuat Mas Yosi begitu mengenang, ini, Mendiang Paus?
07:08Ya, beliau itu bagi saya secara pribadi, bahkan secara profesional,
07:17melihat beliau itu bukan sosok yang jauh dari pikiran saya.
07:29Artinya bahasa-bahasa yang dia gunakan juga bahasa-bahasa keseharian.
07:33Cara dia bergerak, gestur-gesturnya pun juga sesuatu yang sangat lumrah.
07:40Ketika bertemu dengan anak-anak muda, dia juga berseloroh dengan mereka.
07:46Dia juga bercanda dengan kami, para wartawan.
07:52Satu kali dalam penerbangan kembali dari Singapura menuju Roma,
07:58salah satu dari kami bertanya kepada Paus tentang situasi global saat itu.
08:06Kebetulan waktu itu Amerika sedang menggelar kampanye presiden.
08:13Waktu itu salah satu kandidat dari Republik, Donald Trump, yang sekarang terpilih menjadi presiden Amerika.
08:23Mereka mengkampanyekan, dia mengkampanyekan tentang penolakan imigran.
08:29Sedangkan calon dari Demokrat, Kamala Harris, mengkampanyekan tentang hak-hak perempuan dan termasuk aborsi segala macam itu.
08:38Salah satu dari kami bertanya tentang hal itu.
08:41Apa pendapat Paus menyikapi isi kampanye itu?
08:47Terutama himbuan Paus kepada umat katolik di Amerika.
08:52Paus kemudian mengatakan, ketika hendak menjawab pertanyaan itu,
08:57atau baru beberapa patah kata untuk menjawab pertanyaan itu,
09:02tiba-tiba pesawat masuk dalam turbulensi.
09:07Guncangan sangat keras dan kemudian Paus berseloroh begini.
09:11Dia mengatakan, ini gara-gara kalian bertanya begitu, kita hanya bergocok.
09:17Ya seperti memacahkan inilah, memacahkan suasana yang tegang waktu itu.
09:22Kemudian Paus menjawab.
09:24Bagi Paus, sikap kedua pemimpin itu menurut dia, katakan gampangnya keliru.
09:33Dua-duanya Paus kategorikan sebagai pembunuhan.
09:39Paus sangat dekat dengan isu migrasi.
09:42Terutama mereka yang dipinggirkan, disisihkan, yang diabaikan.
09:48Di lapangan Santo Petrus itu ada satu monumen patung baru,
09:54sekitar tahun 2019 kalau nggak salah dipasang di sana.
09:57Yang apa namanya, patung itu berjudul sayap malekat yang tersembunyi.
10:05Patung itu menggambarkan tentang para migran dari masa ke masa,
10:11dari era lama sampai sekarang.
10:14Patung itu menggambarkan tentang mereka yang selama ini kita sisihkan,
10:24yang disisihkan oleh dunia, sejatinya adalah malekat.
10:30Mereka adalah orang-orang yang lewat kehadiran mereka itu sebenarnya
10:37dari perspektif iman Tuhan nggak menyapa manusia.
10:42Kemanusiaan itu kan dihitung tidak dari besar kecilnya apa yang kita miliki,
10:49tetapi tentang apa yang kita berikan dan kita bagikan.
10:52Dan itu yang seringkali menjadi, kalau saya lihat,
10:57itu yang menjadi salah satu perhatian Paus.
11:00kita berbagi harapan, kita berbagi, manusia diajak untuk berbagi masa depan seperti itu.
11:12Ya itu pula yang sebenarnya selama ini,
11:16terutama waktu dalam perjalanan apostolik kemarin,
11:19itu yang selalu disinggung Paus dengan ungkapan-ungkapan yang berbeda.
11:24Misalnya, waktu di Indonesia salah satu paragraf dalam tidak tahu beliau kan,
11:34beliau mengatakan tentang tanggung jawab yang khas yang dimiliki oleh para politisi itu seperti apa.
11:39Pernyataan ini pula yang kemarin waktu dibacakan oleh Monsignor Raffelli,
11:49Ketua Kepala Liturgi Kepausan yang membacakan pesan Urbiat Orbi mewakili Paus kemarin.
11:58Itu juga ada paragraf yang sama.
12:01Pemimpin para pemimpin dunia, para pemimpin politik,
12:05itu mereka adalah orang-orang yang memiliki tanggung jawab yang khas,
12:10yang dipercaya untuk mengelola dan kemudian membagikan semua yang ada ini
12:17untuk kesejahteraan bersama seperti itu.
12:21Hal yang sama juga dalam bahasa yang berbeda disampaikan Paus
12:25ketika ada di Papua Nugini misalnya,
12:29beliau mengatakan tentang keset sumber daya alam
12:35itu merupakan hak bagi semua, harus dinikmati bersama.
12:40Tidak hanya oleh sebagian orang atau hanya kelompok-kelompok tertentu saja.
12:48Itu juga pesan Paus kepada pemerintah setempat yang selama ini
12:52katakanlah kurang membangun kesejahteraan bagi publik.
12:59Demikian juga di Timor Leste dan Singapura.
13:03Mas Yosi, dari begitu banyaknya pesan yang disampaikan oleh Paus Franciscus,
13:08termasuk juga ketika Anda mengikuti rangkaiannya.
13:11Apa pesan yang paling mengena di hati untuk Mas Yosi sendiri secara pribadi?
13:15Saya tidak bisa lepaskan pesan Paus satu persatu ya.
13:22Saya mau mencoba melihatnya, menghimpunnya bahkan
13:25dengan apa yang menjadi bagian dari ensiklik beliau
13:30waktu membuka tahun jubilium.
13:32Tahun 2025 ini adalah tahun jubilium agung.
13:35Dan beliau membukanya dalam tulisan beliau dibuka dengan
13:39ungkapan latin itu.
13:41Spes non-confuded.
13:42Harapan tidak mengecewakan.
13:54Apa namanya, Paus mengajak kita di tahun persiaran ini
13:59untuk tidak mudah menyerah.
14:03Tidak berhenti pada bentuk-bentuk yang secara harafiah kita lihat sebagai kegagalan.
14:15Dari satu sisi saya melihat, saya sedih memang dengan peristiwa hari ini.
14:24Tetapi ketika saya melihat kemarin, paskah kemarin,
14:30Paus seolah-olah menutup perutusannya, pelayanannya kepada umat,
14:39baik itu umat katolik secara khusus maupun umat manusia secara umum dunia.
14:44Itu dengan tuntas.
14:47Dalam perspektif gereja katolik kan wafat Yesus paskah itu kan dilihat sebagai
14:57mungkin-mungkin orang melihatnya,
14:59Oh kok apa namanya Tuhan Yesus wafat apakah itu gagal?
15:05Sebenarnya tidak.
15:06Karena pada saat yang sama justru ditunjukkan kepada kita bahwa kebangkitan itu seperti itu.
15:14Harapan dari kematian itu muncul harapan dan
15:20Paus sendiri kan juga menegaskan hal itu.
15:23Kita tidak boleh patah dalam setiap upaya-upaya kita.
15:30Paus juga dengan gerakannya yang berpihak terutama kepada kaum miskin.
15:38Imigren kan juga demikian.
15:40Kita bersama-sama membangun dunia yang bisa dinikmati oleh semakin banyak orang.
15:46Memberi mereka tempat, memberi mereka apa namanya tempat tinggal makanan apapun.
15:55Itu sesuatu yang ingin beliau pesankan kepada kita.
16:01Dan saya kira meskipun Paus saat ini tidak ada lagi bersama kita tetapi
16:07Pesan yang beliau sampaikan itu merupakan semacam energi bagi kita untuk terus bersama dia.
16:21Memperjuangkan nilai-nilai yang dia perjuangkan.
16:24Mas Yosi, kita juga sudah tersambung melalui sambungan telepon bersama dengan Menteri Agama,
16:29Pak Nasaruddin Umar.
16:30Pak Nasaruddin, selamat sore.
16:36Assalamualaikum.
16:38Waalaikumsalam.
16:40Pak Nasaruddin, apa yang bisa anda sampaikan juga kepada umat katolik di Indonesia setelah mendengar kabar duka ini?
16:50Saya sangat kaget karena tadi pagi ini barusan saya dapat tutusan dari beliau.
16:55Undang saya untuk ada acara pertemuan dengan Patikan ya.
17:00Beliau di Paus di bulan September akan datang.
17:03Tadi pagi ya.
17:05Sama mesin dari Korea ya.
17:08Dari tali langsung.
17:10Jadi jam 9 tadi pagi ya.
17:15Dan saya katakan mudah-mudahan saya masih bisa berjumpa lagi nanti di Patikan pada bulan itu.
17:21Karena beliau kan sakit-sakitan.
17:23Lalu iya mudah-mudahan.
17:24Tapi sekarang sudah mulai bagus karena sudah keluar dari rumah sakit.
17:28Nah betapa kagetnya saya.
17:30Suratnya masih ada di kantong saya.
17:33Beliau mengundang saya dalam acara di Patikan itu.
17:37Nah mendengarkan kabar ini tentu saja saya sangat kaget ya kan.
17:42Kenapa? Karena banyak sekali kenangan yang saya tidak bisa lupakan ya.
17:45Terutama perjumpaan saya dengan di Istiqlal itu.
17:50Dan menjadi foto saya atau menjadi foto of the year di tahun 2024 ya.
17:59Nah poin yang pertama saya ingin kesankan kepada para pemirsa sosok figur.
18:07Kedalaman cintanya beliau ya ketulusan cintanya itu kepada umat bangsa Indonesia.
18:14Walaupun beda agama tetapi saya merasakan ketulusan dari genggaman tangan beliau ketika jabat tangan.
18:21Itu bukan sekedar jabat tangan.
18:23Tapi dia pegang erat tangan saya kan.
18:25Pegang sampai tidak mau lepas.
18:27Saya juga pegang erat.
18:28Nah itu bagi saya itu simbol ke ada stressing di situ.
18:33Penekanan di situ.
18:35Nah kemudian masuk di terowongan Istiqlal itu ya.
18:41Sampai dilipnya kita belum turun.
18:44Saya jelaskan bahwa terowongan ini dari arah Masjid Istiqlal itu ada sayup-sayup kedengaran bunyi beduk.
18:53Tapi dari arah katedral itu ada sayup-sayup kedengaran bunyi lonceng.
18:58Tapi di tengah perjumpaan itu nanti ada persahutan antara bunyi beduk dengan bunyi lonceng.
19:07Jadi sangat indah dengan lagu-lagu instrumentaliannya itu ya.
19:11Ada AC-nya kemudian juga bisa dipakai untuk ruang pertemuan.
19:14Kami sering gunakan untuk interface meeting.
19:17Jadi sangat apresi.
19:20Saya pakai bahasa Inggris tapi kurang direspon.
19:23Akhirnya saya diberitahu oleh penerjemah.
19:25Pak itu pernah lama tinggal di Timur Tengah.
19:28Di Suri atau Sudan saya lupa ya.
19:31Nah begitu saya bahasa Arab eh direspon.
19:34Jadi ternyata beliau bahasa Arabnya lebih bisa daripada bahasa Inggrisnya.
19:38Bahasa Inggris saya nggak direspon.
19:40Tapi bahasa Arab saya direspon.
19:42Jadi saya bercakap bahasa Arab.
19:44Akhirnya translaternya itu mengatakan kalau begitu saya nggak usah terjemahkan.
19:48Pak ya ya udah nggak usah.
19:49Dia ternyata paham bahasa Arab.
19:52Saya mencoba menjelaskan Istiqlal dengan versi bahasa Arab ya.
19:57Dan dia ngerti.
19:58Kemudian juga yang kedua sangat terkesan ya.
20:04Senyumnya itu masih kebayang-bayang di wajah saya itu ya.
20:07Ketika kita mendeklarasikan poin-poin persepakatan istri katedral itu ya.
20:13Dan itu luar biasa.
20:16Itu dijadikan tema konferensi di Uzbekistan di Amerika dan juga di Bali.
20:22Dan beberapa tempat yang lain.
20:24Saya ke Mesir juga.
20:26Saya berfoto dengan pimpinan Al-Azhar.
20:29Oh, masa cuma pos bisa berfoto dengan Anda?
20:32Saya.
20:33Kami juga punya.
20:34Akhirnya satu persatu.
20:35Sheikh di situ berfoto dengan saya.
20:37Karena istilahnya masa cuma pos berfoto.
20:40Kita juga boleh berfoto dengan imam besar.
20:43Jadi foto-foto kami juga dipopuler di Mesir juga.
20:47Dan di Dubai dan kemarin di Amerika ya.
20:51Dan dampaknya lebih jauh ya.
20:55Istiqlal diminta jadi model masjid yang kami diminta untuk memberikan model masjid yang ada di Amerika Latin dan di Afrika.
21:06Dan itu sponsor PBB, United Nations di New York.
21:10Nah, jadi luas sekali pengaruhnya itu.
21:13Dan kata teman-teman di Amerika, ini baru pertama kali ada simbauan menggunakan bahasa agama untuk meleserikan lingkungan.
21:24Dan poin yang ketiga itu sangat penting ya.
21:28Dan itu kita menggunakan bahasa agama untuk mengajak para umat kita agama apapun untuk menyayangi planet kita.
21:39Bagaimana menjaga datangnya kiamat.
21:42Karena kalau dalam Abrahamic religion Yahudi, Nasrani dan Islam percaya akan ada hari kebangkitan kan.
21:50Percaya juga akan ada hari kiamat.
21:52Nah, jadi bahasa kami bahwa salah satu upaya untuk menunda hari kiamat itu adalah kita menggunakan penyelamatan alam.
22:00Ya, karena setiap ayat-ayat Quran, ayat Bible juga ada bahwa rusaknya alam itu karena tangan-tangan jahilnya anak manusia ini kan.
22:10Nah, jadi kita menggunakan bahasa agama mengajak kepada para umat beragama untuk save planet ini.
22:17Jadi kita jangan sampai melakukan perusakan alam, lingkungan.
22:20Sebab itu menyangkut masalah keselamatan, kesehatan anak cucu kita juga dimasalkan datang.
22:25Nah, kemudian yang kedua poin yang sangat penting ditandatangani bersama imam besar dengan paus itu ialah bagaimana hantikan segala bentuk peperangan itu ya.
22:38Jangan menyelesaikan persoalan kemanusiaan dengan peperangan karena itu tidak akan pernah menyelesaikan persoalan.
22:44Nah, kemudian yang ketiga bahwa jangan juga memperatasnamakan agama untuk melakukan tindakan kekerasan.
22:51Kekerasan tidak ada tempatnya dalam agama-agama.
22:54Jadi saya kira poin ini sangat penting ditambah dengan satu lagi poin pentingnya toleransi.
23:00Toleransi itu bukan hanya koeksistensi sama-sama hari tidak saling mengganggu.
23:05Tapi harus ada sama-sama hari tidak saling mengganggu dan ada ikatan tali cinta kasih yang mengikat antara satu sama lain.
23:12Itu luar biasa ya.
23:14Pesan-pesan kemanusiaan yang ditandatangani itu menjadi viral di media-media asing ya.
23:20Dan yang paling penting adalah ketika satu saat saya mencium didatnya kepalanya beliau,
23:26lalu dia mencium tangan saya dan itu berkali-kali.
23:29Dan itulah yang jadi paling viral dan
23:32pernah menjadi cover di beberapa majalah, cover berita di beberapa tempat termasuk juga di Patikan.
23:40Ya karena dulu belum pernah ada foto seperti itu kata komentarnya.
23:47Makanya itu foto saja itu sudah menjadi pesan khusus bahwa masyarakat Indonesia itu luar biasa.
23:53walaupun minoritas katolik tetapi bisa begitu akrab dengan jamaah masyid istiqlar dan tamu-tamu istiqlar pada waktu itu ya.
24:02Dan inilah Indonesia ya, satu bangsa yang sangat menyunjung tinggi martabat kemanusiaan.
24:08Sehingga tidak ada bedanya antara agama apapun mereka itu sama-sama menyunjung tinggi kemanusiaan.
24:15Dan itulah memang pesan Al-Quran juga.
24:17Walau karena karena menabadi Adam, Allah memuliakan anak cucu Adam.
24:21Agama apapun, agamanya, etnik apapun, warga negara apapun, jenis kelimin apapun,
24:26pokoknya wajib dimuliakan anak manusia itu, anak cucu Adam itu ya kan.
24:31Nah inilah persamaan bahasa, persamaan tema kami dengan Paus pada waktu itu.
24:35Sehingga kita sangat berbahagia menyaksikan kegembiraan dunia pada pertemuan istiqlar itu.
24:43Dan sudah ditetimakan ke hampir semua bahasa dunia ya, tentang deklarasi istiqlal pada waktu itu.
24:52Dan itulah yang sangat berkesan.
24:56Satu lagi poin yang sangat berkesan.
24:58Ketika mau pamit, tidak mau melepaskan tangan saya.
25:02Sehingga ada orang mau jebak tangan, nggak jadi.
25:04Karena tangan-tangan saya dan tangan-tangan beliau berpegangan erat.
25:08Jadi tersenyum.
25:10Jadi Masya Allah luar biasa.
25:12Kesan saya dengan Paus.
25:16Tadi pagi datang usahnya mengundang saya, tapi siangnya mendengarkan beliau wafat.
25:21Jadi saya sangat terharus.
25:22Dan yang terakhir saya juga punya kesan tersendiri, Pak.
25:25Ketika beliau masuk rumah sakit, hari yang sama juga saya masuk rumah sakit.
25:31Jadi kaki saya tergelincir, patah dioperasi.
25:36Dan ketika membuka TV, eh Paus, masuk rumah sakit juga di sana loh.
25:40Kok kenapa bisa bersamaan hari yang masuk rumah sakit ini?
25:44Nah, jadi itu kesan saya nggak tahu apa maknanya ini semua.
25:49Pak Nasaruddin, kan perdamaian ini jadi salah satu pesan yang terakhir disampaikan juga oleh Paus ketika Paskah kemarin.
25:58Tapi dari banyaknya nilai-nilai yang bisa kita pelajari, banyaknya pesan yang sudah pernah ia sampaikan juga.
26:04Kalau secara personal, Pak Nasaruddin, kesan yang paling kuat, yang paling Anda ingat selama mengenal bertemu langsung, berkomunikasi langsung dengan Paus.
26:12Seperti apa, Pak?
26:14Pelajaran berharga saya adalah ternyata kesederhanaan itulah yang melahirkan sesuatu yang besar.
26:21Kita semua bisa sepakat bahwa kesederhanaan Paus ini dari segi pakaiannya.
26:26Saya juga lihat sepatunya bukan sepatu istimewa ya.
26:29Juga tidak mau menggunakan mobil mewah.
26:32Juga tidak mau menggunakan hotel mewah.
26:35Juga nggak mau menggunakan fasilitas kenagaran yang mewah.
26:39Jadi semuanya mau bersahaja.
26:41Jadi inilah membuat saya belajar ya.
26:44Ya saya hanya menteri masak sama melakukan macam-macam.
26:47Jadi saya itu belajar betul.
26:49Bahwa ternyata kesederhanaan itu melahirkan sesuatu yang besar.
26:53Bukanlah sesuatu yang besar itu otomatis melahirkan yang besar.
26:56Tapi justru kesederhanaan itu mampu melahirkan suatu image yang besar untuk sebuah gagasan.
27:03Dan makanya itu saya kira nilai kemanusiaan yang dibawa oleh Paus itu didukung sepenuhnya oleh umat manusia.
27:11Tanpa membedakan agama apapun.
27:13Ya jadi inilah suatu hal yang perlu kita pelajari dari seorang tokoh seperti Paus.
27:19Bahwa di tengah kesederhanaannya, ketulusannya, keikhlasannya, tanpa pamrihnya.
27:24Ternyata menghasilkan sesuatu yang sangat mulia, satu hal yang sangat besar.
27:32Semoga ini belajaran berharga buat siapapun, terutama tokoh-tokoh agama.
27:36Bahwa kita harus tawadu, kita harus meruah dan kita harus menempatkan diri itu.
27:42Jangan terlalu bangga, sombong dan seterusnya sebagai pemimpin agama.
27:47Ternyata kita lihat tokoh-tokoh agama yang lain juga ternyata sama.
27:51Ya kita lihat tokoh-tokoh Hindu, Buddha, Sidarta Gautama, apalagi Nabi Muhammad.
27:57Kita tidak membandingkan satu sama lain.
27:59Tetapi pelajaran berharga yang kita bisa pelajari.
28:02Bahwa tokoh-tokoh yang mengusun sebuah gagasan dengan cara yang jujur, tulus dan sederhana.
28:09Ternyata itulah yang monumental, yang abadi dan itu diterima semua pihak.
28:16Jadi saya kira pelajaran berharga dari kita semuanya.
28:19Walaupun Paus nanti memang sudah wafat ya.
28:22Tetapi nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai humanity-nya itu tetap harus hidup di dunia.
28:28Harus hidup di dalam benak kita masing-masing.
28:31Apapun agama kita, mari kita menghormati tokoh-tokoh kemanusiaan seperti Paus.
28:36Sebab langkah orang bisa seperti itu.
28:39Pak Nasarundin, tapi setelah Anda mendapatkan juga kabar duka ini dari Fatikan,
28:44Pemerintah Indonesia sudah menyampaikan duka citanya juga kah secara langsung sudah komunikasi dengan Fatikan, Pak?
28:50Ya, saya langsung tadi.
28:52Karena saya ketemu dengan orangnya yang baru mengundang saya tadi.
28:56Saya dalam teks bahasa Inggris saya sudah sampaikan.
28:58Kemudian juga saya seandainya pos itu di Indonesia pasti saya terbang untuk mengunjunginya.
29:09Tetapi ya negara lain dan saya terikat dengan peraturan perundangan.
29:13Kita tentu harus mendapatkan izin dan lain-lain sebagainya untuk bisa mengunjungi beliau.
29:19Tetapi ya kita serahkan kepada Pak Presiden kita.
29:24Saya kira Pak Prabowo juga sangat concern terhadap pesan-pesan beliau kemarin itu juga disampaikan.
29:29Disampaikan itu sangat mendalam ya.
29:31Jadi sering di quote ya bahwa Paus ini adalah figur yang sangat bersahaja tetapi sangat care terhadap kaum duafa, orang-orang lemah ya kan.
29:45Dan Pak Prabowo juga kan sama kan.
29:48Kita lihat bagaimana care-nya beliau terhadap orang-orang miskin sehingga membuat berbagai macam kebijakan sekolah rakyat.
29:56Kemudian juga pemberian makanan bergisi kepada anak-anak terutama yang fakir miskin.
30:03Itu ada persamaan humanitinya sangat dalam antara kepala negara kita dengan Paus ya.
30:11Dan saya kira nilai-nilai baik kepada orang siapapun orangnya mari kita terbuka memberikan apresiasi ya.
30:18Setiap orang punya kelemahan tetapi jangan mengingkari kelebihan setiap orang.
30:24Tapi Pak Nasarudin juga ada rencanakan kefatikan dalam waktu dekat?
30:28Ya diundangan saya itu bulan September Pak tapi masih jauh.
30:33Maka itu saya nggak tahu nanti ini karena waktu wafatnya Paus, saya juga diundang khusus.
30:41Jadi waktu meninggal Paus itu saya juga ikuti upacaranya dihadiri 2 jutaan orang pada waktu itu ya.
30:48Saya juga hadir bersama Gus Dur ya waktu itu.
30:52Ya saya nggak tahu nanti ini pokoknya karena kita sudah menjadi pejabat publik ya kita tergantung pimpinan ya.
31:01Apa petunjuknya dari beliau.
31:03Tapi saya sangat yakin bahwa Indonesia itu pasti merasa kehilangan sosok figur seladan kemanusiaan.
31:13Sebelum berita duka hari ini dan juga mungkin setelah September lalu Pak bertemu di Istiqlal di Terowongan Silaturahmi.
31:22Komunikasi yang juga dilakukan untuk tetap membawa pesan perdamaian itu rutin juga dilakukan antara Indonesia dengan Paus Franciscus?
31:30Ya kami atas dasar kunjungan itu saya diundang di beberapa negara ya mungkin hampir 10 negara yang mendiskusikan tentang deklarasi Istiqlal itu.
31:42Karena itu dianggap sangat unik ya karena ada imbauan menggunakan bahasa agama untuk melestarikan lingkungan.
31:48Selama ini kan hanya bahasa politik yang digunakan ya bahasa birokrasi.
31:52Nah ternyata itu kan tidak efisien efektif ya karena tidak menyentuh hati masyarakat.
31:57Dengan deklarasi Istiqlal menghimbau dengan menggunakan bahasa agama kepada umat yang beragama apapun agamanya.
32:04Mari kita melestarikan lingkungan, mari kita merawat paling ini demi untuk anak cucu kita yang akan datang.
32:11Itu kan mesej.
32:13Dan apalagi sekarang kan musim peran di beberapa tempat ya.
32:16Di situ pernyataan kami berdua bahwa kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan.
32:21Dan jangan atas nama agama kita menghalalkan kekerasan, tidak ada tempatnya kekerasan oleh agama apapun juga.
32:30Ya, menemukan keberanian untuk melanjutkan dialog tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan kekerasan di berbagai belahan dunia.
32:38Itu juga jadi pesan paus Pak Nasaruddin Umar, Menteri Agama.
32:42Terima kasih sudah berbagi di Breaking News Kompasif.
32:44Terima kasih.
32:46Terima kasih.
32:47Terima kasih.

Dianjurkan