Bank Indonesia mencatat cadangan devisa Indonesia mencapai USD157,1 miliar per Maret 2025. Angka cadangan devisa tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan kenaikan posisi cadangan devisa tersebut bersumber dari penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Ramdan menjelaskan penarikan pinjaman luar negeri tersebut merupakan respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi. BI pun berharap cadangan devisa tersebut meningkat persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan kenaikan posisi cadangan devisa tersebut bersumber dari penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Ramdan menjelaskan penarikan pinjaman luar negeri tersebut merupakan respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi. BI pun berharap cadangan devisa tersebut meningkat persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
Category
📺
TVTranscript
00:00Music
00:00Pemirsa, cadangan devisa Indonesia per Maret 2025 tercatat sebesar 157,1 miliar dolar Amerika
00:20dan menjadi yang tertinggi di sepanjang sejarah.
00:23Bank Indonesia berharap cadangan devisa tersebut akan meningkatkan persepsi positive investor
00:28terhadap prospek perekonomian nasional dan juga imal hasil investasi yang menarik.
00:37Bank Indonesia mencatat cadangan devisa Indonesia sebesar 157,1 miliar dolar Amerika Serikat per Maret 2025.
00:45Angka ini pun menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.
00:48Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Deni Prakoso dalam keterangannya menyebutkan
00:53kenaikan posisi cadangan devisa tersebut bersumber dari penerimaan pajak dan jasa
00:57serta penerikan pinjaman luar negeri pemerintah di tengah kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah.
01:02Ramdan menjelaskan penerikan pinjaman luar negeri tersebut merupakan respon Bank Indonesia
01:06dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.
01:10Adapun posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2025 setelah dengan pembihan 6,7 bulan impor
01:15atau 6,5 bulan impor dan pembihan utang luar negeri pemerintah
01:18serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
01:23Bank Indonesia pun menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal
01:27serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
01:31Sejalan dengan itu, BI berharap cadangan devisa tersebut akan meningkatkan persepsi positif investor
01:36terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
01:41Dari Jakarta, Tim Liputan, IDXNU
01:43Pemirsa, untuk membahas tema kita kali ini, peningkatan cadangan devisa demi stabilitas rupiah
01:50kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Bapak David Sumal,
01:53Kepala Ekonomi PT Bank Sentral Asia TBK.
01:56Halo Pak David, apa kabar?
01:57Halo, apa kabar Mas Pras?
01:59Baik, kabar baik juga. Terima kasih Pak David atas waktu yang disempatkan.
02:02Kemudian sudah bergabung juga Pak Redma Gita Wirawasta,
02:05Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat Benang dan Filamen Indonesia.
02:08Halo Pak Redma, apa kabar Pak?
02:11Baik, terima kasih juga atas waktu yang disempatkan.
02:15Dan selalu membahas lebih jauh ini, Pak David, kita akan review terlebih dahulu
02:19terkait dengan posisi Cadef tadi yang sudah disampaikan di Maret 2025 ini mencetak rekor tertinggi.
02:26Anda melihatnya bagaimana dengan capaian ini? Silahkan.
02:29Ya ini sebenarnya sudah bisa kita perkirakan ya, ini menikat dari 154 ke 157 bilion.
02:37Karena memang di bulan lalu itu ada beberapa penerbitan ya, obligasi dari pemerintah maupun juga dari swasta ya.
02:46Dalam hal ini UMN, perbankan juga menerbitkan obligasi falas ya.
02:52Jadi memang kalau di total-total akan ada peningkatan dari segi cadangan devisanya juga ya.
02:59Nah, tapi memang mulai bulan lalu itu juga ada kebutuhan falas yang cukup besar juga ya.
03:05Terutama untuk pembayaran dividen, lalu juga mungkin untuk smoothing ya.
03:11Jadi Bank Indonesia kan melihat bahwa memang pergerakan mata uang emerging market termasuk rupiah ini juga agak volatile.
03:17Dan pastinya pasar seperti juga disampaikan oleh Bank Indonesia bahkan mereka masuk juga di pasar NDF ya, non-delivery forward di luar negeri.
03:30Walaupun dalam segi size-nya memang tidak terlampau besar.
03:33Ini paling tidak untuk menjaga juga ekspektasi maupun sentimen pelaku pasar juga.
03:38Tapi sejauh ini kalau dilihat dari angkanya tadi sudah disampaikan dari press release-nya juga sangat solid ya.
03:45Dari sisi cadav itu lebih dari 6,5 bulan import ya.
03:49Jadi import kita relatif stabil dan cadav kita kecenderungan naik.
03:55Dan ini memang peluang juga di kuartal 1 ini tadi karena pembayaran dividen juga cukup besar.
04:03Tapi di sisi lain juga Bank Indonesia maupun, sorry, pemerintah dalam hal ini juga mengimbangi dari sisi pasokan falasnya.
04:11Dan juga penerbitan juga kalau saya lihat dari sisi obligasi, pemerintah itu juga ada front-loading strategi ya.
04:18Jadi melihat kondisi market yang ke depan ini masih penuh ketidakpastian, mereka juga mempercepat penerbitan obligasi termasuk juga obligasi falasnya Mas Pras.
04:29Baik, tapi selain yang menjadi pendorong tadi, begitu ada kebutuhan falas, obligasi falas yang diterbitkan, begitu ada trigger lain tidak sih menurut Anda Pak David?
04:39Apakah ekspor ini juga bisa menjadi daya tarik tertentu, begitu yang bisa kita cermatin, bagaimana?
04:45Ya kalau ekspor itu kan memang mulai bulan Maret ini juga kita ada kewajibannya untuk SDA, sumber daya alam itu.
04:55Nah hasil ekspornya juga harus masuk ke dalam negeri.
05:01Jadi ada mungkin walaupun belum optimal, karena ini kan baru mulai ya, di bulan Maret.
05:06Nah itu mungkin ada sedikit kontribusi juga dari sana ya.
05:09Karena sebagian kan pasti masuk ke instrumen Bank Indonesia juga.
05:13Bank Indonesia mengeluarkan sertifikat falas Bank Indonesia, baik yang syariah maupun yang biasa ya.
05:21Nah ini mungkin ada juga tambahan dari sana, selain juga pembayaran pajak tadi disebutkan di press release, dan juga penerbitan utang falas juga ya.
05:31Dari berbagai apa tadi segmen termasuk pemerintah dan BUMN juga.
05:36Oke Pak David.
05:36Nah Pak Redma, kalau kita bicara mengenai kinerja industri manufaktur begitu, khususnya yang memang berorientasi ekspor ya terhadap devisa Indonesia.
05:44Anda mencermatinya seperti apa? Paling tidak sejak awal tahun ini Pak Redma.
05:51Memang kalau yang orientasinya ekspor, kita melihat memang belum ada data resminya ya dari BPS maupun dari ini.
05:58Karena baru belum satu, untuk quarter satu ini kan belum ada laporan resminya.
06:03Tapi kami melihat memang ada sedikit peningkatan ekspor ini.
06:07Terutama akibat trade war ini kan sebetulnya bukan dimulai kemarin, tapi dimulai sejak lama.
06:15Beberapa bulan sebelum ini pun kan Cina kan sudah dikenakan tambahan tarif ya untuk beberapa komoditi.
06:24Jadi ini termasuk yang di tax deal pun ada di situ, dan di situ ada pasar yang ditinggalkan.
06:28Dan tentu ini akan menjadi, bisa menjadi market yang bisa kita isi.
06:34Dan terlihat dalam tiga bulan ini sebetulnya ada sedikit peningkatan.
06:38Memang tidak ada peningkatan yang cukup besar.
06:41Tapi kalau kami perkirakan mungkin ekspor ini 5% sih di kuartal satu sih sudah hampir pasti ada kenaikan.
06:52Oke, lantas sejauh mana Anda melihat begitu potensinya?
06:54Kalaupun kondisi eksportasi kita ada peningkatan.
06:58Tapi bagaimana dengan kekhawatiran global ya terkait dengan pemberlakuan tarif resiprokal yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat?
07:07Ya ini kan satu kali lagi tergantung dengan cara kita menyikapinya ya.
07:12Di satu sisi juga Amerika kan menerapkan tarif yang sama ya.
07:18Maksudnya sama-sama dikenakan-kenakan tarif baik untuk Cina, untuk Vietnam, India.
07:25Meskipun untuk India, untuk Pakistan kan lebih rendah dari kita ya.
07:29Jadi kalau kita bisa melakukan penyikapan yang tepat saya kira tidak perlu ada kekhawatiran.
07:36Nah tentu ini kan tergantung, sekali lagi tergantung pemerintah.
07:39Bagaimana pemerintah menyikapinya?
07:41Kan ini ada dua poin ini tergantung terkait ekspor-impor.
07:46Ini kan juga kebijakan resiprokal ini kan bukan hanya kekhawatiran kita, bukan hanya ekspor kita yang agak tersendat ke sana.
07:56Tapi juga bagaimana negara-negara lain seperti Cina, Vietnam yang juga dihambat ke sana.
08:03Ada kapasitas, utilisasi kapasitas yang biasa digunakan ke Amerika.
08:07Ini kan akan diproduksi dan tetap mencari pasar.
08:11Nah mencari pasarnya ini yang kami agak khawatir kalau pasarnya ini masuk ke Indonesia.
08:16Artinya bisa lebih besar lagi import yang akan masuk gitu.
08:23Jadi kalau salah penyikapannya ekspornya agak tersendat bahkan importnya akan menjadi tambah banjir.
08:30Oke Pak Ritma, nah Pak David dengan kondisi tadi global begitu ya.
08:34Memang kita tahu juga ada perpanjangan dari pemerintah Amerika Serikat terkait dengan penerapan tarif resiprokal untuk 90 hari ke depan.
08:41Nah bagaimana Anda melihat dampaknya juga terhadap ekspor Indonesia?
08:45Kemudian nantikah juga akan menekan lagi cadangan defisa kita?
08:50Ya Mas Pres, jadi memang ini semacam angin segar juga ya.
08:55Karena ada penundaan ini kan 3 bulan ke depan.
08:58Jadi kita bisa menyiapkan diri dari segi misalnya ke depan ini kebetulan memang 3 bulan ke depan pembayaran utang dari SPN, SRB ini juga cenderungan meningkat ya.
09:10Jadi pressernya juga harapannya ke pasar dengan penundaan ini juga ada ruang lah untuk sedikit bernapas gitu ya.
09:18Nah yang kedua juga dari segi percepatan-percepatan yang kita ingin lakukan tadi kan yang disampaikan juga oleh Pak Ritma tadi kan kita ingin lakukan percepatan deregulasi penyesuaian kapasitas dan lain-lain karena juga ada peluang di sana ya.
09:34Di beberapa produk tertentu yang saya perhatikan itu memang ada peluang kita untuk masih ada spare capacity yang bisa kita tingkatkan.
09:44Karena tidak semua industri yang bisa kita langsung tingkatkan kapasitasnya dengan adanya peluang dari perang tarif ini ya.
09:52Tapi ada beberapa yang masih ada spare dan kita bisa tingkatkan, kita bisa dorong ekspor kita ya termasuk ke Amerika.
09:59Dan kita kan salah satu negara yang diminta untuk melakukan perundingan paling awal nih dengan Amerika ya.
10:07Jadi ini kita juga bisa mengemukakan lah tawaran-tawaran kita dan juga kita tentu perlu punya bargaining juga ke Amerika.
10:17Apa yang bisa kita minta juga dari mereka dari sisi investasi terutama yang kita inginkan itu ada penguatan juga.
10:23Karena kalau kita lihat investasi 5 tahun terakhir apalagi setelah pandemi memang kencang sekali ke ASEAN kalau saya lihat angkanya ya.
10:31Tapi sayangnya ke negara ASEAN yang lain jadi ke Malaysia, ke Thailand, Singapur ya, Vietnam ya.
10:38Nah ke Indonesia-nya ini masih belum begitu kuat.
10:41Nah ini yang kita ingin dorong.
10:42Padahal dari sisi lain kita lihat kita memang angka perdagangannya dengan Amerika itu kalau dari sisi ASEAN juga menguat.
10:52Tapi tetap masih lebih kencang pertumbuhannya negara-negara tetangga kita dibandingkan Indonesia sendiri.
10:58Baik Pak David, lantas seperti apa sih cadangan divisa ini kalau kita kaitkan dengan posisi rupiah begitu ya sebagai pengaman terhadap ancaman turbulensi ekonomi Indonesia lah begitu ke depannya.
11:08Kita bahas nanti di segmen berikutnya Pak David, Pak David, Pak kita akan jeda dulu sebentar.
11:12Pemirsa pastikan Anda masih bersama kami.
11:23Ya Anda masih menyaksikan market review.
11:25Pemirsa berikut ini kembali kami sampaikan data untuk Anda.
11:27Kita akan cermati bagaimana pergerakan dari tren cadangan divisa Indonesia.
11:31Ya seperti yang bisa Anda saksikan dari Juli 2024 di 145,4 miliar dolar Amerika.
11:38Kemudian naik terus sampai dengan Februari di 154,5 meskipun Februari ada penurunan dibandingkan dengan Januari 2025.
11:45Tapi langsung melonjak lagi di bulan Maret menjadi 157,1 miliar dolar Amerika.
11:52Yang menjadi juga level tertinggi begitu di sepanjang sejarah.
11:56Berikutnya bagaimana dengan pergerakan nilai tukar rupiah dari data Jisdor Bank Indonesia.
12:01Dari 17 Februari masih direntang 16 ribuan kemudian naik di 27 Maret di 16.566 per dolar Amerika Serikat.
12:12Tertinggi di 9 April di 16.943 nyaris 17 ribu.
12:16Kemudian di 15 April kemarin turun tipis di 16.815 rupiah per dolar Amerika Serikat.
12:23Baik kita lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Bapak David Sumual kemudian juga Pak Redma Gita Wirawasta.
12:29Pak David kalau kita cermati dengan beberapa data yang tadi sudah disampaikan.
12:33Nah kalau kita coba kaitkan dengan rupiah yang kita cari di divisa saat ini apa yang bisa kita berikan juga nih kepada pemirsa.
12:40Apakah ini menjadi level pengaman yang cukup solid begitu untuk menjaga nilai tukar rupiah kita atau bagaimana?
12:46Ya paling tidak kan ini salah satu indikator yang dilihat oleh pasar cerminan confidence juga ya.
12:54Kita menerbitkan tadi contohnya obligasi kan kita lihat juga minat daripada investor itu masih cukup kuat.
13:01Ya itu juga menambah cadev kita.
13:03Tapi juga secara struktural kita juga harus terus mendorong di luar obligasi juga ya tentunya ke depan ya.
13:12Jadi yang utama itu kan yang kita inginkan sebenarnya ya ini kan obligasi portfolio ya.
13:19Investasi portfolio kadang-kadang memang saham obligasi ini kan mereka masuk dan keluar juga dengan cepat juga ya.
13:28Tapi kita ingin yang lebih dingin nih uangnya ya.
13:31Tentunya kita ingin tentu satu dari hasil ekspor ya.
13:35Yang kedua dari investasi langsung yang memang horizonnya lebih panjang nih.
13:40Jadi long term capital investment sebenarnya yang kita juga ingin dorong ya.
13:44Jadi kita ingin juga cadev kita lebih sustain.
13:49Kalau terlalu tinggi cadev juga nggak baik juga ya.
13:52Artinya kan ada idle money ini kan cadev ini kan hanya buffer ya.
13:55Jadi kalau idle money-nya terlampau besar juga nggak begitu baik.
14:00Nah untuk beberapa negara tertentu malah saya perhatikan juga cadev-nya nggak tinggi-tinggi sekali gitu ya.
14:05Jadi tetap dijaga karena kalau misalnya likuiditas falas kering gitu ya.
14:16Tapi cadev-nya tinggi ini juga nggak baik.
14:18Artinya nanti kalau likuiditas falas di sistemnya tidak begitu besar artinya ya itu akan mengaruhi kurs juga ya.
14:25Tapi yang jelas dengan cadev yang besar itu otoritas moneter bisa melakukan smoothing yang paling penting.
14:32Karena buat ekonomi di sektoril yang paling penting itu adalah kurs yang stabil gitu ya.
14:40Jadi kalau menguat juga tidak terlalu signifikan menguat.
14:43Karena kalau menguatnya terlalu signifikan juga jadi dia ragu kan.
14:46Ini saya mau beli barang misalnya importir atau eksportir hasilnya apakah akan cepat-cepat saya tukarkan ke rupiah.
14:53Atau kalau importir apakah sekarang saya harus lakukan pembelian barang gitu.
14:56Karena khawatir nanti balik lagi gitu.
14:59Tapi kalau melemahnya terlalu cepat juga ini mengkhawatirkan, mengganggu confidence juga.
15:04Sehingga mengganggu juga ekonomi secara keseluruhan.
15:07Nah level rupiah saat ini menurut pandangan Pak David sendiri bagaimana?
15:10Apakah cukup stabil kah atau memang masih fluktuatif?
15:14Ya sejauh ini saya lihat sebenarnya di ASEAN itu Bank Indonesia sudah melakukan PR-nya ya.
15:22Jadi smoothingnya lumayan kalau kita lihat disparitasnya atau volatility-nya, standar deviasinya itu cukup rendah ya.
15:30Dan ini ya memang kadang kan analis itu atau bahkan media itu seringkan wah ini 17 ribu.
15:38Kadang dilihat nominalnya.
15:40Tapi kalau dilihat persentasenya dibandingkan emerging market yang lain,
15:44pelemahannya yang terjadi kan terakhir ini pelemahan.
15:47Nah itu sebenarnya relatif cukup imbang lah atau sama lah kurang lebih dengan negara-negara emerging market yang lain.
15:57Karena semua kalau kita lihat trennya sekarang emerging market sedang melemah.
16:01Dan dana atau likuiditas itu larinya ke mata uang hard currency kita sebut.
16:06Jadi euro, swiss franc ya semacam itu.
16:09Yen ya.
16:10Jadi memang penguatannya lebih.
16:13Dolar itu sebenarnya sekarang melemah terhadap mata uang kuat.
16:15Tapi dia menguat terhadap emerging market currency termasuk rupiah.
16:20Baik, baik.
16:21Nah kembali lagi ke Pak Redma.
16:22Lantas bagaimana implikasi kondisi-kondisi tersebut tadi terkait dengan rasa dagang kita yang masih mencoba untuk disembangkan dengan pemerintah Amerika Serikat terkait dengan tarif resiprokal.
16:32Intensinya untuk industri manufaktur Indonesia akhirnya juga bagaimana?
16:36Apakah lagi-lagi eksportasi kita akan tertahan?
16:38Atau perlu memang kita segera melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor?
16:41Kemudian juga mungkin melakukan beragam-beragam kebijakan lagi di dalam negeri begitu.
16:46Untuk bisa mendorong industri manufaktur kita begitu Pak Redma.
16:51Iya tentu dua poin yang bisa dilakukan.
16:54Yang pertama bagaimana kita bisa melakukan negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat.
17:01Tapi negosiasinya pun juga kan mereka tujuan utamanya adalah mengurangi defisit perdagangannya mereka gitu.
17:09Yang jadi masalah kalau kita defisit perdagangannya berkurang tentu defisit perdagangan mereka berkurang artinya surplus kita berkurang tentu akan jadi ke total surplus kita kan juga akan jadi melemah.
17:25Maka disini kan harus ada dua hal yang dilakukan.
17:29Untuk eksportnya kita bisa harus tetap jaga untuk eksport ke Amerika.
17:33Dengan cara menjaganya tentu dengan membeli barang Amerika lebih banyak.
17:37Tapi di sisi lain juga kita harus mengurangi defisit perdagangan dari negara-negara lain.
17:42Supaya total surplus kita juga terjaga gitu ya.
17:47Nah disini kan ini yang jadi gamenya.
17:50Apakah pemerintah bisa men-switch gitu.
17:52Kalau yang untuk pembelian-pembelian pemerintah saya kira akan lebih mudah ya.
17:56Seperti migas itu bisa lebih mudah.
18:00Tapi terkait dengan pembelian-pembelian yang dilakukan oleh swasta seperti kami di sektor tekstil misalnya.
18:05Kita kan beli kapas dari Amerika.
18:08Biasanya banyak.
18:09Biasanya banyak.
18:10Sekarang dengan diutilisasi sekitar 45 persen kita cuma beli dari mereka sekitar 150 juta USD.
18:17Padahal potensinya kita bisa beli sekitar 800 juta USD.
18:21Nah tapi karena diutilisasi kita drop.
18:24Jadi kita cuma bisa beli seperti itu.
18:25Artinya kan ada hal yang harus dibereskan di dalam negeri.
18:29Utilisasinya harus ditingkatkan.
18:31Bagaimana cara meningkatkan diutilisasi?
18:33Tentu kita harus turunkan importasi benang, importasi kain, bahkan importasi pakaian jadi.
18:39Supaya ini hanya bisa mengekspor ke kita bahan baku utamanya ya kapas.
18:45Bahan baku primer.
18:45Betul-betul primer yang dia bisa supply ke kita.
18:48Kalau importasi benang kainnya ini besar.
18:51Tentu kita nggak bisa beli banyak lagi kapas dari Amerika.
18:54Dan ini kan menjadi double hit sebetulnya.
18:57Double hit secara positif kita bisa tetap ekspor ke Amerika.
19:01Di sisi lain import kita turun dan utilisasi kita bisa naik lagi nih.
19:07Artinya tenaga kerja yang kemarin di PHK ini bisa bekerja kembali.
19:11Nah tetapi kebalikannya ini double hitnya bisa menjadi hal yang negatif.
19:16Kalau kita nggak bisa ngurangin import kita gitu di benang dan kain.
19:20Baik.
19:21Nah bagaimana dengan pergerakan nilai tukar rupiah sendiri?
19:23Depresis yang terjadi apakah justru menjadi nilai tambah juga bagi eksportir begitu?
19:27Kalau kita melihat kondisi saat ini?
19:30Ya di sisi lain kan untuk eksportir tentu akan menjadi nilai tambah ya.
19:36Tapi yang jadi masalah sekarang kita ini kan adalah untuk eksport ini 80% bahan bakunya kan import.
19:44Artinya gen yang diambilnya pun nggak sebesar yang dibayangkan gitu ya.
19:49Karena dia bahan baku pun import.
19:51Ketika bahan baku pun import tentu pakai dolar yang sama gitu ya nilainya gitu.
19:55Apalagi kalau fluktuasinya sangat-sangat besar.
19:57Saya kira kalau untuk industri fluktuasi di atas 3% pun udah sangat-sangat besar.
20:03Kalau tadi melihat datanya misalkan dari 16.200 ke 16.800 itu kan udah sangat-sangat besar kalau buat industri ya.
20:12Karena dulu kemarin beberapa sebulan sebelumnya kita beli harga bahan baku 16.200 jualan 16.800.
20:21Tapi nanti begitu nanti turun lagi.
20:24Nah yang tadi yang sebetulnya yang buat industri memang betul yang disampaikan bahwa stabilitas ini lebih penting gitu.
20:31Baik Pak David, terakhir Anda melihat bagaimana strategi yang perlu dilakukan untuk bisa menjaga cadangan devisa tetap bertumbuh.
20:37Tapi di satu sisi juga yang masuk adalah cadangan-cadangan devisa juga yang berkualitas tadi dari sisi ekspor misalnya.
20:43Ya ini memang kesempatan ya kita untuk jeda waktu ini melakukan negosiasi-negosiasi dagang dengan bukan hanya dengan Amerika sebenarnya ya.
20:54Dengan Eropa, dengan China juga dan mitra-mitra dagang lainnya di selatan misalnya ini perlu dipertajam.
21:02Untuk mendiversifikasi juga ekspor kita ke depan ya.
21:05Oke.
21:06Nah CADEF tentu penting untuk menjaga apa, mensmoothing ya, course.
21:11Dan memang perlu ada semacam dorongan juga buat eksportir kita ya.
21:15Karena beda nih kalau di negara-negara lain mereka malah senang kalau mata uangnya terdepresiasi dalam.
21:21Jepang kan depresiasinya dalam.
21:23Korea ya.
21:24China juga ini sudah ancang-ancang mau melemahkan mata uangnya.
21:27Karena mereka punya kebijakan untuk mendorong ekspor.
21:30Pertama industrinya kan mereka ingin dorong.
21:33Nah salah satu topangannya itu lewat kebijakan kurs mereka juga ya yang bersaing ya tentunya dengan negara-negara pesaing.
21:40Ya China, Korea, Jepang itu kan saling bersaing.
21:43Nah kita sendiri memang bahan baku ini juga banyak yang masih import.
21:47Jadi kalau misalnya pelemahannya terlalu pau tajam juga ini membahayakan ya.
21:52Jadi di saat yang sama memang perlu kita lakukan juga kebijakan-kebijakan misalnya substitusi import bahan baku misalnya ya.
22:01Sehingga juga kita lebih bisa juga memberikan daya saing untuk barang-barang ekspor kita lewat kebijakan kurs juga gitu ya.
22:11Kalau kita ingat dulu zaman sebelum 98 ya di masa Presiden Soeharto itu.
22:18Mereka sebenarnya coba memberikan dorongan lewat kebijakan kurs juga.
22:22Karena hampir pasti itu setiap tahun ada pelemahan sekitar 5% ya terhadap rupiah kita dan ini membantu sebenarnya produk-produk kita bersaing di luar juga ya.
22:33Jadi saya pikir perlu berimbangan sehingga dari sisi cadangan devisanya juga terjaga ya.
22:39Kalau saya pikir di posisi sekarang dengan size ekonomi seperti kita dan juga size import dan juga pembayaran hutang jangka pendek.
22:46Ini sudah relatif nyaman lah di posisi 155 maksimum mungkin 180 bilion ya.
22:53Itu sudah sangat nyaman ya kalau saya pikir buat Indonesia untuk menjaga mata uangnya tetap kompetitif.
23:00Baik Pak David yang penting adalah berarti ramuan kebijakan lah begitu ya dari pembinta yang tepat begitu yang sesuai dengan kondisi yang ada begitu.
23:06Sehingga cadangan devisanya tetap terjaga bertumbuh kemudian di satu sisi ada kebijakan bagaimana kita bisa menjaga ekspor kita yang semakin kompetitif dan memiliki daya saing juga di pasar internasional.
23:16Pak David, Pak Redma terima kasih banyak atas waktu sharing yang sudah disampaikan kepada pemirsa pada hari ini.
23:21Selamat melanjutkan aktivitas Anda kembali.
23:23Salam sehat, sampai berjumpa kembali.
23:25Salam sehat, terima kasih Mas.
23:27Baik pemirsa, satu jam sudah saya menemani Anda dalam market review dan perbahari terus informasi Anda hanya di IDX Channel.
23:34Your Task Worthy and Comprehensive Investment Reference.
23:37Karena urusan masa depan harus terdepan, aku investor saham.
23:41Saya Prasetyo Wibowo, beserta seluruh kerabat kerja yang bertugas pamit undu diri.
23:46Terima kasih, sampai jumpa.
23:48Terima kasih, sampai jumpa.
24:18Terima kasih.
24:48Terima kasih, sampai jumpa.