Pemimpin yang Approval Rate Tinggi Korupsinya Tak Hanya Tentang Uang

  • kemarin dulu
Pemimpin dengan tingkat persetujuan tinggi sering kali diidentifikasi sebagai simbol kesuksesan, tetapi sejarah menunjukkan ada sisi gelap di balik popularitas tersebut. Fenomena korupsi yang tidak hanya berkaitan dengan keuangan, tetapi juga kekuasaan, sering kali menjadi masalah yang melekat pada pemimpin dengan persetujuan publik yang besar. Dalam konteks ini, kita dapat melihat contoh-contoh pemimpin dunia yang lupa diri dan terjebak dalam pola perilaku yang mengkhawatirkan.

Dalam kasus Presiden Jokowi, sebagai contoh nyata, banyak pendukungnya yang militan, bahkan hingga mempertahankan dan membela kepemimpinannya dengan sangat keras. Namun, ketika approval rate mulai meningkat, tanda-tanda penyalahgunaan kekuasaan mulai tampak. Kita bisa melihat contohnya ketika anak-anaknya mulai memasuki dunia politik, sebuah fenomena yang lazim terjadi pada pemimpin dengan tingkat persetujuan publik yang tinggi. Keputusan-keputusan pribadi mulai memengaruhi kebijakan publik.

Korupsi dalam bentuk penyalahgunaan kekuasaan mungkin tidak selalu tentang uang tunai, melainkan bagaimana kekuasaan itu digunakan untuk memperkuat posisi pribadi atau keluarga. Sebagai contoh, keputusan-keputusan yang terlihat seperti membela kepentingan pribadi, seperti penggunaan pesawat pribadi atau keterlibatan anggota keluarga dalam politik, adalah beberapa hal yang memicu kekhawatiran masyarakat.

Ketika Jokowi dengan bangga mengumumkan bahwa anak-anaknya tidak tertarik pada politik dan lebih memilih usaha kecil seperti berjualan pisang atau martabak, banyak yang mulai bertanya-tanya. Faktanya, kini anak-anaknya aktif dalam dunia politik, yang mengubah persepsi publik. Apakah ini tanda bahwa kekuasaan mulai disalahgunakan?

Tidak dapat disangkal bahwa Jokowi telah meninggalkan warisan yang signifikan seperti pembangunan infrastruktur besar-besaran, termasuk jalan tol Trans-Jawa dan jembatan-jembatan yang mempermudah akses publik. Namun, dengan tingginya approval rate, ada kecenderungan untuk menutup mata terhadap masalah-masalah lain seperti meningkatnya utang negara yang semakin membebani. Publik kerap mengabaikan kekurangan ini karena terpikat oleh pencapaian infrastruktur yang tampak megah.

Namun, tanda-tanda peringatan mulai muncul ketika lingkaran keluarga dan orang-orang dekat mulai terlibat dalam urusan politik atau bisnis yang menyentuh ranah publik. Keputusan-keputusan ini mulai memunculkan kekhawatiran bahwa kekuasaan yang dimiliki terlalu besar dan tidak terkendali, mirip dengan pola yang terlihat pada pemimpin dunia lainnya dengan tingkat persetujuan yang tinggi.

Sejarah telah menunjukkan bahwa pemimpin dengan tingkat persetujuan tinggi sering kali terjebak dalam lingkaran penyalahgunaan kekuasaan. Ini bukan hanya tentang korupsi finansial, tetapi lebih pada bagaimana kekuasaan digunakan untuk mempertahankan atau memperluas pengaruh pribadi.

Dianjurkan