Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • hari ini
KOMPAS.TV - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengenang sosok Paus Fransiskus sebagai pemimpin spiritual yang penuh kasih, rendah hati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Salah satu momen yang paling membekas baginya adalah saat pertemuan lintas agama di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada kunjungan Paus ke Indonesia pada September 2024.

Dalam pertemuan tersebut, terjadi momen haru ketika Menag Nasaruddin mencium kepala Paus Fransiskus, lalu secara spontan Paus membalas dengan mencium tangannya.

Simak kisah Menag selengkapnya kenang sosok Sri Paus melalui tayangan berikut.

Selamat jalan, Paus Fransiskus. Kehangatan, keteladanan, dan pesan damaimu akan terus hidup dalam ingatan dunia.

#menag #pausfransiskus #indonesia #istiqlal

Baca Juga Penuh Kenangan & Pesan Berharga, Intip Memori Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia di https://www.kompas.tv/nasional/588362/penuh-kenangan-pesan-berharga-intip-memori-kunjungan-paus-fransiskus-ke-indonesia

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/588368/full-cerita-haru-menag-nasaruddin-soal-sosok-paus-fransiskus-saat-berkunjung-ke-indonesia
Transkrip
00:00Masih di Breaking News Kompas TV, saudara kami menginformasikan wafatnya Paus Franciscus.
00:06Umat katolik dari berbagai negara berdatangan ke lapangan Santo Petrus untuk mendoakan Paus Franciscus.
00:13Lonceng gereja di seluruh Roma berdentang.
00:15Usai penjabat kepausan karena Kevin Farrell mengumumkan wafatnya Paus Franciscus Senin pagi.
00:22Sebagian warga mengenang Paus Franciscus sebagai sosok pejuang perdamaian.
00:27Mereka menilai wafatnya Paus sebagai kehilangan besar bagi dunia.
00:32Sebagian lagi mengaku tidak menyangka Paus telah berpulang karena sehari sebelumnya melihat Paus hadir di peringatan pascah.
00:44Paus Franciscus tahun lalu sempat berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan para tokoh lintas agama.
00:50Lalu bagaimana melihat sosok Paus Franciscus apa yang bisa diteladani?
00:55Dari Sri Paus sudah bergabung bersama kami Menteri Agama Nasaruddin Umar.
01:01Selamat malam Prof Nasaruddin.
01:04Selamat malam.
01:05Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
01:07Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
01:09Prof Nasaruddin tentu Prof sebagai Menteri Agama dan juga kerabat dari Sri Paus termasuk pihak yang berduka.
01:18Bagaimana kesan selama Prof Nasaruddin mengenal Paus Franciscus?
01:24Ya hari ini sangat menarik ya.
01:26Karena tadi pagi jam 9 saya menerima utusan, fatikan utusan Paus.
01:33Membawa surat mengundang saya untuk datang ke fatikan.
01:36Tapi bulan September saya katakan mudah-mudahan bisa saya berjumpa lagi sahabat saya ya Paus Franciscus seperti pertemuan kami di Istiqlal.
01:48Oh iya, karena sekarang kan getting better ya, makin baik keadaannya sudah keluar dari rumah sakit.
01:54Eh siangnya mendengarkan laporan seperti ini, saya sangat-sangat kaget.
02:00Sangat-sangat kaget ya, seandainya saja di Indonesia kejadiannya pasti saya akan berusaha untuk terbang menjumpainya.
02:10Tetapi ini karena luar negeri, apalagi kita menjadi pejabat publik ya akan tentu terikat dengan banyak hal termasuk izin dari Presiden karena kita akan pembantunya ya.
02:21Ya, tapi seperti Paus Janus Paulus dulu, waktu meninggal saya juga dapat undangan khusus ya.
02:29Dan saya datang bersama dengan 2 juta orang waktu itu di Pati Gandhi.
02:33Ya, dan Gato juga dapat undangan pada saat itu.
02:36Ya.
02:37Nah, kali ini kaget ya, saya sudah tadi langsung saya kirim berita yang apresiasi saya selaku pribadi,
02:45Menteri Agama maupun Imam Besar Masjid Sitiqlal atas kepergian tokoh yang sangat mengagumkan ini.
02:54Ya.
02:55Jadi banyak.
02:57Tentu banyak kesannya ya, kalau Menteri Prof. Nasaruddin Kiai sebagai Menteri Agama, juga Imam Besar Masjid Sitiqlal,
03:05sejak kapan mengenal pribadi Sri Paus?
03:06Ya, kan tiga kali kita menunggu kedatangannya.
03:14Pertama kali itu sebelum COVID, tapi karena ada COVID, ya lewat COVID itu baru rencananya akan datang,
03:25tapi waktu itu menjelang pemilu lagi kan.
03:28Jadi berarti kan tidak ingin terlibat nanti masalah politik.
03:32Jadi akhirnya kita tunggu itu, kemudian baru ketiga kalinya direncanakan,
03:38dan di situ kami juga sangat kaget juga ya, bahwa permintaan beliau itu banyak.
03:45Tapi bukan merepotkan, tapi malah justru untuk meringankan.
03:48Pertama permintanya tidak ingin menggunakan mobil mewah.
03:54Kami tawarkan Alphard, ya ternyata itu masih dianggap mewah,
03:58dan akhirnya pakai mobil yang murah itu.
04:02Mobil kecil.
04:04Kemudian juga tidak ingin menggunakan hotel berbintang.
04:08Akhirnya juga dia tidurnya di kerutaan Batikan.
04:12Kemudian juga dia tidak ingin menggunakan tenda yang mewah.
04:16Padahal kita sudah mau menyiapkan tenda yang BIPI di depan Istiqlal.
04:22Tapi dia tidak mau menggunakan tenda yang mewah.
04:28Jadi tim advance itu datang, ini masih termasuk mewah Pak.
04:31Jadi dua kali kami perlihatkan alternatif, akhirnya kema yang terakhir itu yang seperti ditayangkan dulu itu.
04:39Kemudian makanannya pun juga kalau disuguhi tidak ingin mewah.
04:43Nah, itu yang sangat terkesan buat kami.
04:48Ketika datang, datang dengan mobil kecil, dengan menggunakan kursi roda juga yang bukan kursi roda mewah ya, biasa.
05:01Ketika saya lihat waktu duduk bareng itu sepatunya pun juga sepatu, bukan sepatu baru ya.
05:08Kalau kita akan mau berkunjung ke negara lain, kadang-kadang pakai sepatu baru ya.
05:12Jadi kok sepatunya masih sepatu sudah lama gitu ya.
05:17Waktu foto sesi itu juga saya lihat songkoknya itu, pecinya itu.
05:22Pecinya peci sudah lama juga.
05:25Kemudian juga aksesorisnya itu, itu sederhana juga ya.
05:34Saya lihat ada simbol-simbol, terutama kalau kita ke Afrika ya.
05:37Simbol-simbol kesukupannya itu, salibnya itu sangat besar, emas.
05:42Dan ternyata beliau tidak menggunakan yang semewa itu.
05:46Jadi saya lihat, wah ini pada dia orang nomor satu dikatologiakan.
05:50Ya, betul.
05:51Nah, kemudian yang paling penting juga adalah bahasa tubuhnya, body language itu juga.
05:57Wajahnya coba lihat, selalu ketawa.
06:00Saya terkesan energinya, aurahnya positif sekali ya.
06:04Sangat nurturing.
06:05Tidak ada power struggle-nya terasa di dalam benak kita kan.
06:10Jangan-jangan dia nggak pernah marah.
06:12Nah, itulah figur yang seperti ini ya.
06:15Belajaran buat kita tokoh umat beragama,
06:17Tidak mesti harus menampilkan diri dengan mewah untuk menyampaikan gagasan besar.
06:24Justru keserahanan itu akan melahirkan mesej yang lebih monumental ya kan.
06:28Ya.
06:29Tidak mesti harus menggunakan kebesaran ya untuk memberikan mesej yang diterima oleh pihak lain.
06:38Tetapi justru keserahanan itu membuat orang itu terkesima ya.
06:43Betul.
06:43Jadi saya teringat Rasulullah, Nabi kita kan.
06:46Saya juga teringat orang besar seperti Sidarta Utama,
06:50yang rela meninggalkan istana rajanya,
06:52kemudian bersemeri di Utam Belantara.
06:55Makanya itu juga menjadi faktor kenapa agamanya sampai sekarang ini
06:58masih bertahan.
07:03Ya.
07:03Nabi.
07:04Bukan main itu ya.
07:05Ya.
07:06Jadi tokoh umat yang penting itu justru besar di atas penderitaan.
07:10Bukan dilahirkan dalam sebuah kemewahan.
07:13Ya.
07:14Walaupun juga ada yang lain.
07:15Tapi ini poin yang kita perlu pelajari ya.
07:18Bahwa menjadi tokoh agama itu,
07:20kadang-kadang tidak harus mengucapkan dengan bentuk kata-kata.
07:24Tapi melemparkan senyum ikhlas.
07:26Menggenggam tangan orang pada saat berjabat tangan,
07:30tidak mau melepas.
07:32Itu menggeras psikologis kita kan.
07:34Betul.
07:35Yang saya cium kepalanya,
07:36diam-cium tangan saya berkali-kali.
07:38Iya.
07:39Iya.
07:40Betul.
07:40Ini karena saya cium tangannya,
07:42itu betul-betul.
07:43Yang saya bayangkan itu mirip kepalanya Bapak saya,
07:46Al-Marikum.
07:47Oh.
07:47Yang dulu dunia kemanusianya juga sangat kuat.
07:51Waktu zaman pemberontakan dulu dia,
07:53kepala sekolah ya,
07:55sekolah rakyat pada waktu itu,
07:56guru bantunya pada pergi semuanya.
07:59Kenapa takut pemberontakan antara tentara dan DITI pada waktu di Pohonnya Sulawesi Selatan ya.
08:04Iya.
08:05Tetapi Bapak saya bertahan di situ.
08:07Siapa yang akan mengajari anak orang ini?
08:09Kelas 1 sampai kelas 6 dia ajar dengan murid mungkin ratusan.
08:13Sendirian.
08:15Apalagi guru kan waktu itu gak ada gajinya.
08:17Iya.
08:18Nah, sama dengan Paus ini saya lihat mengorbankan,
08:22mewakafkan hidupnya.
08:23Bayangkan dia merelakan diri,
08:25tidak punya istri,
08:26tidak punya anak.
08:27Jadi memang untuk kemanusiaan didedikasikannya begitu ya.
08:30Demi untuk kemanusiaan.
08:31Iya.
08:31Nah, ini suatu hal pelajaran lesson lain yang sangat bagus untuk kita semuanya.
08:36Kiai, kita sama-sama melihat gambar yang saat ini diputar.
08:40Waktu di Istiqlal,
08:41tadi juga Kiai sempat menyebutkan bahwa
08:43saat itu menggenggam rat tangannya Prof Nasaruddin Umar,
08:47lalu juga sempat dicium keningnya oleh Kiai ya,
08:51Sri Paus.
08:51Juga Sri Paus membalas juga mencium tangan.
08:54Bagaimana waktu itu kehangatan gestur dari Paus
08:56dan apa saja yang dibicarakan secara lebih intimate lagi,
09:02dengan lebih dekat lagi dengan Sri Paus?
09:04Luar biasa.
09:05Setelah dari sini nanti kita menuju ke terowongan Sulat Rahim.
09:09Ya.
09:10Di terowongan itu dia pegang tangan saya,
09:11tidak mau melepas.
09:13Ada yang mau jebak tangan,
09:14sehingga tidak sempat karena tangan-kanannya kan
09:16dia pegang tangan saya.
09:17Saya jadikan pakai bahasa Indonesia,
09:20lalu diterjemahkan,
09:21waktunya terbatas.
09:23Saya pikir ini mengambil waktu sampai ke bahasa Inggris,
09:25tapi tidak direspon.
09:27Terus ada bisikan dari belakang,
09:29Pak itu pernah hidup lama di Timur Tengah,
09:31mungkin bisa bahasa Arab.
09:32Akhirnya saya bahasa Arab,
09:34eh direspon.
09:35Oh.
09:35Akhirnya penerjemahnya mengatakan,
09:38kalau begitu tidak usah saya terjemahkan, Pak.
09:39Ya sudah.
09:40Saya jelaskan tentang istiqlal,
09:42tentang terowongan Sulat Rahim dengan bahasa Arab,
09:45malah lebih respon ya.
09:46Jadi waktu bisa dihemat.
09:48Iya.
09:48Nah kemudian masuk di tempat itu,
09:51di tempat duduk bareng sebelum penandatanganan,
09:54saya niat belajar sepatunya kok sepatu biasa gitu ya.
09:58Iya, iya.
10:00Kemudian pecinya, songkoknya saya perhatikan itu,
10:05bukan peci baru.
10:06Bukan songkok baru ya.
10:08Atributnya pun juga bukan sesuatu yang baru,
10:15seperti sabuknya itu pun juga,
10:17bajunya pun juga bukan baju yang baru dibuka.
10:20Sangat sederhana ya.
10:21Iya.
10:22Masih sangat sederhana ya.
10:25Nah,
10:27ketika mendiskusikan poinnya,
10:29karena kan kita mengunjukkan butir-butir,
10:32ada empat butir itu yang kita akan tanda tangani bersama.
10:37Iya.
10:37Dan dibaca.
10:38Dan ini ada kecocokan.
10:40Hanya sedikit sekali yang dirubah,
10:43pihak patikan redaksi yang kami,
10:45yang kami handmade-kan sendiri ya kan.
10:47Ada empat poin,
10:48misalnya kan fenomena global,
10:51dekomunisasi itu ditanda dengan
10:52meluasnya kekerasan.
10:55Jadi kami bersepakat bersama,
10:57bahwa kekerasan itu tidak ada tempatnya
10:59dalam dunia kemanusiaan,
11:01atas nama apapun.
11:02Perang di berbagai tempat itu harus diakhiri,
11:05karena itu bertentangan dengan
11:07hak-hak kasasi.
11:08Kemudian juga perlu kita menjalin toleransi,
11:11toleransi yang sejati.
11:12Iya.
11:13Karena toleransi bagi kami,
11:15bukan sekedar hidup berdampingan
11:17tanpa saling mengganggu.
11:18Itu namanya koeksistensi.
11:20Toleransi yang sejati itu ialah
11:22diikat juga oleh rasa cinta yang sangat dalam,
11:25sehingga tidak gampang terprovokasi oleh apapun.
11:29Nah, inilah kali pertama,
11:32ada sebuah himbauan untuk meleserikan,
11:34memelihara lingkungan dengan menggunakan
11:36bahasa agama secara formal.
11:38Kita lihat undang-undang sudah ada
11:40tentang keleserian lingkungan,
11:43kemudian klima chance bagaimana caranya
11:45semua negara itu bersepakat untuk
11:47melakukan tekanan terhadap masyarakat
11:50untuk shape terhadap planet ini.
11:52Tapi itu kelihatannya tidak mempankan.
11:54Kerusakan alam jalan terus.
11:56Nah, kami bersepakat berdua.
11:58Bagaimana menggunakan bahasa agama,
12:01ia menuki ke dalam hati seseorang,
12:03bahwa merusak lingkungan itu juga dosa.
12:06Bukan dosa itu hanya menyakiti hati orang,
12:08tapi merusak tanaman,
12:12lingkungan alam,
12:13merusak mencemari sungai,
12:14itu juga dosa.
12:16Nah, semangat kami dalam diskusi-diskusi
12:19kecil itu,
12:20itu ya persis sama.
12:23Memang kan
12:23Nasrani dengan Yahudi,
12:26Islam itu kan sama-sama sebagai Abraham.
12:28Jadi tidak heran kalau persamaannya banyak.
12:32Karena memang
12:33Nenek Muayahnya sama kan Nabi Ibrahim ya.
12:36Jadi, itulah.
12:38Dan saya juga sangat tertarik
12:40ketika membaca pernyataan persnya
12:42di beberapa kali,
12:43beberapa tempat ya.
12:45Salah satu pernyataan beliau,
12:46bahwa di antara kunjungan kami,
12:48lawatan kami,
12:49kesan yang paling mendalam itu
12:50ketika berkunjung ke Masjid Istiqlal.
12:53Kami berjumpa dengan para tokoh agama
12:55dan tanpa ada
12:57perbedaan psikologis ya.
13:00Dan mereka juga mengatakan
13:02bahwa dari ujung ke ujung ke Indonesia
13:03tidak ada sedikit pun gangguan,
13:05tidak ada sedikit pun
13:07apa ya,
13:09ketahuan-tahuan.
13:09Tembatan begitu ya.
13:11Iya.
13:11Dan itulah dia merasa seperti dia,
13:14dia merasakan dia,
13:15he feel at home in Indonesia.
13:17Dia merasa seperti
13:17rumahnya sendiri di Indonesia ini.
13:20Nah, saya kira sebagai warga bangsa Indonesia,
13:23ya dengan kepergian sahabat kemanusiaan kita ini,
13:26patut kita juga
13:27mengungkapkan rasa
13:30berduka sedalam-dalamnya.
13:32Saya selaku pribadi sekali lagi,
13:33dan Menteri Agama dan Imam Besar,
13:36berkali-kali juga saya mengimbau kepada
13:38teman-teman kita semuanya,
13:40agama apapun agamanya,
13:42mari kita saling menghargai
13:43sesama
13:45tokoh umat beragama,
13:47supaya nanti juga yang lainnya
13:48menghargai untuk pimpinan agama yang lain.
13:51Nah, kalau tokoh agama
13:52terkompak,
13:53maka insya Allah akan berdampak positif
13:55terhadap umatnya, ya kan?
13:56Ya, betul.
13:57Prof. Nasaruddin Umar,
13:58kita juga tahu bicara soal
14:00begitu seringnya
14:02Sri Paus menggaungkan soal kemanusiaan,
14:04berjuang dalam kemanusiaan,
14:06termasuk masalah Gaza-Palestina.
14:08Sehari sebelum Sri Paus meninggal,
14:11yang digaungkan adalah
14:12bagaimana menjaga kemanusiaan,
14:14sama-sama melawan,
14:16menentang segala hal yang
14:17merusak kemanusiaan,
14:18termasuk perang di Gaza.
14:19Bagaimana Prof. Nasaruddin melihat ini?
14:23Keaktifan Sri Paus
14:24dalam mendukung kemanusiaan,
14:25apapun agamanya.
14:27Salah satu tokoh agama
14:28yang paling sering menyuarakan
14:30penghentian perang
14:31di Timur Tengah,
14:34bahkan pernah juga
14:35menyebut kata-kata Israel
14:39agar menghentikan serangannya
14:41kepada anak-anak kecil,
14:45perempuan,
14:46dan orang-orang yang tidak berdaya,
14:47itu adalah
14:49Paus ya.
14:51Jadi,
14:53bukan cuma mulutnya
14:54tokoh agama Islam
14:55melakukan himbauan seperti itu,
14:57tapi mulut Paus pun juga
14:59berkali-kali
14:59mengulangi pernyataannya,
15:02menghimbau agar
15:03peperangan yang ada di
15:05Ukraina dan Rusia,
15:07dan juga Israel
15:08dengan tetangganya,
15:09itu segera dihentikan.
15:11Karena itu tidak ada keuntungannya
15:12dari segi kemanusiaan.
15:14Ya, saya kira gitu, Mbak.
15:15Dan bagaimana juga
15:18Prof. Nasaruddin melihat,
15:21kita nilai-nilai yang ada,
15:23yang sudah disampaikan oleh Sri Paus,
15:25bisa diterapkan.
15:26Seperti tadi misalnya,
15:27saat mengunjungi
15:27terowongan,
15:28istiklal,
15:29dan katedral,
15:30Sri Paus dan Prof. Nasaruddin
15:32tampak sangat akrab sekali.
15:34Nah, apa-apa nilai-nilai
15:35yang bisa diadopsi?
15:36Oleh apapun agamanya,
15:38toleransi ini tetap dijaga
15:39dalam bentuk yang konkret?
15:40Iya, saya pribadi juga
15:44belajar banyak dari beliau,
15:46bahwa seorang umat beragama
15:49yang ingin beribawa,
15:51jangan mendandani dirinya
15:52dengan kemewahan.
15:54Karena belum tentu itu
15:55diterima oleh hati nurani masyarakat.
15:58Justru penampilan yang sederhana itu
16:00yang akan melahirkan
16:01ketakjuban orang.
16:03Jangan membangun ketakjuban
16:05melalui kemewahan.
16:06Justru ketakjuban itu juga
16:07bisa dibangun melalui kesederhanaan.
16:09Itu yang poin yang sangat penting.
16:12Jangan membangun ketakjuban
16:14dari kemewahan.
16:15Pasca wafatnya Paus Franciscus,
16:18apakah sudah ada komunikasi
16:19dengan Uskup Agung Jakarta
16:21maupun pihak Fatikan, Pak Menak?
16:23Iya, sering Pak.
16:25Jadi, dalam forum-forum,
16:27misalnya forum di Bali,
16:28kami berkomunikasi dengan Fatikan juga.
16:31Dan forum di Amerika,
16:33forum di Mesir,
16:34banyak forum yang kami
16:36menindaklanjuti
16:37deklarasi Istiqlal.
16:38ini di beberapa negara ya.
16:40Dan ini ada jadwal baru lagi
16:41yang,
16:44tapi ya,
16:45nggak tahu nanti ini.
16:45Karena kita masih akan
16:46membicarakan banyak hal
16:47tentang,
16:49kita akan membuat semacam
16:51model training ya
16:52pada umat kita
16:53bagaimana
16:54melestarikan lingkungan ini
16:56dengan menggunakan
16:57metode agama gitu ya.
16:59Bukan menggunakan
17:00bahasa politik
17:01atau bahasa undang-undang.
17:02Dan setelah
17:04wafatnya
17:05Paus Franciscus,
17:07sudah ada komunikasi lagi
17:08dijalin dengan
17:08Uskup Agung Jakarta
17:09maupun pihak Fatikan?
17:11Iya,
17:11itu pasti.
17:12Berapa kali saya
17:13berjumpa dengan
17:15lintas besarnya disini,
17:16kemudian juga
17:17di utusannya.
17:18Seperti tadi pagi juga.
17:20Oh,
17:20langsung ada komunikasi ya berarti ya.
17:22Iya.
17:22Pak Menak ya.
17:24Terakhir,
17:25apa yang ingin disampaikan
17:26oleh Menteri Agama
17:27mengenang Sri Paus?
17:29Ya,
17:30pertama kepada umat katolik khususnya,
17:32ya kami ikut berdua
17:33ke atas
17:34kepergian tokoh utamanya ya.
17:37Dan saya mohon
17:39kepada kita semuanya
17:40ya berempati terhadap
17:42musibah yang
17:43dialami oleh
17:45saudara kita
17:46yang beragama katolik
17:47apapun agama kita,
17:48mari kita respek.
17:50Kemudian yang kedua juga,
17:51mari kita
17:51mengambil keteladanan
17:53daripada
17:54poin-poin positif
17:55yang ada pada
17:56diri
17:57Paus ya,
18:00orang susu sekalipun
18:01agama kita berbeda,
18:02tetapi kan kebenaran itu
18:03universal.
18:05Ambillah kebenaran itu
18:06dari manapun ketemukan,
18:07itu hadis nabi kan.
18:09Ya.
18:10Ada hadisnya tegas ya,
18:12bahwa
18:12kita bisa belajar
18:15kepada sebuah juga.
18:17Untuk melalui
18:18sampai ke Tanah Cina pun
18:19disuruh kita belajar ya.
18:23Dan hikmah itu
18:25ada di mana-mana,
18:26ambillah karena itu,
18:26milik Tuhan,
18:27milik Islam yang tercecer.
18:30Ya,
18:30itu banyak hadisnya.
18:31Jadi,
18:32yang positif dari Paus
18:33tentu kita
18:34tidak ada masalah
18:35kalau kita
18:36teladani.
18:37Siapapun toko kemanusiaan
18:39yang lain,
18:39segala sesuatu yang positif
18:41itu adalah
18:41milik bersama,
18:42universal values.
18:44Oke,
18:44makasih.
18:45Dan,
18:46luar biasa,
18:47sosok Sri Paus
18:48meninggalkan kesan
18:48di berbagai tokoh,
18:50termasuk juga
18:51terhadap Menteri Agama,
18:52Prof. Nasaruddin Umar,
18:53kita sama-sama teladani
18:54apa nilai baik yang bisa diambil
18:56terutama dalam hal kemanusiaan
18:57dan kesederhanaan.
18:59Terima kasih sekali lagi
19:00atas waktunya,
19:01Prof. Nasaruddin Umar,
19:02Menteri Agama,
19:03sekaligus Imam Besar,
19:04Masjid Istriqal.
19:05Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
19:06Selamat malam.

Dianjurkan