Konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah yang sebelumnya melibatkan Palestina dan Israel, kini semakin meluas. Israel memperluas basis serangan udara ke Lebanon dengan alasan memburu basis pejuang hisbullah di negara tersebut. Namun Israel tidak hanya menggempur wilayah Lebanon, tapi juga menyasar wilayah Suriah dan Yaman, dengan target lokasi para pemimpin Hisbullah, Houthi dan Hamas.
Bahkan, Iran yang selama ini berusaha menahan diri pun akhirnya memutuskan untuk melakukan serangan besar dan masif, dengan mengirimkan ratusan peluru kendali atau rudal ke wilayah Israel. Serangan dilakukan beberapa waktu setelah pemerintah Amerika Serikat memperingatkan, Iran akan segera melancarkan serangan ke Israel. Serangan ini semakin menambah kekhawatiran, bahwa kekerasan yang meningkat di wilayah tersebut bisa memicu perang antara Israel dan Iran.
Bahkan, Iran yang selama ini berusaha menahan diri pun akhirnya memutuskan untuk melakukan serangan besar dan masif, dengan mengirimkan ratusan peluru kendali atau rudal ke wilayah Israel. Serangan dilakukan beberapa waktu setelah pemerintah Amerika Serikat memperingatkan, Iran akan segera melancarkan serangan ke Israel. Serangan ini semakin menambah kekhawatiran, bahwa kekerasan yang meningkat di wilayah tersebut bisa memicu perang antara Israel dan Iran.
Category
📺
TVTranscript
00:00Musik
00:15Halo pemirsa, apa kabar anda hari ini?
00:17Langsung dari studio ID External Jakarta saya Prasetya Wibowo
00:20kembali hadir dalam Market Review
00:22yang akan mengupas isu-isu penggerak ekonomi Indonesia.
00:25Dan kali ini kita akan mencermati terkait dengan ketegangan
00:28yang semakin meningkat dan meluas di kawasan Timur Tengah
00:31setelah Iran kemarin juga melakukan serangan kepada pihak Israel.
00:35Apakah juga Israel akan melakukan balas dendam?
00:37Lantas sejauh mana dampaknya terhadap perekonomian global,
00:41jalur logistik internasional dan juga ekonomi Indonesia?
00:44Langsung saja kita mulai Market Review selengkapnya.
00:48Musik
00:56Ya pemirsa, kekhawatiran masyarakat dunia terhadap konflik geopolitik
01:00Palestina dan Israel di wilayah Timur Tengah
01:02akan semakin meluas menjadi kenyataan.
01:05Hal ini sering dengan agresi militer Israel
01:07yang semakin masif ke sejumlah negara
01:09seperti Lebanon, Syria dan Yemen
01:11serta serangan balasan yang sudah dilancarkan Iran.
01:14Musik
01:18Konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah
01:20yang sebelumnya melibatkan Palestina dan Israel
01:23kini semakin berluas.
01:25Israel memperluas basis serangan udara ke Lebanon
01:28dengan alasan memburuk basis pejuang Hisbullah di negara tersebut.
01:32Namun Israel tidak hanya menggempur wilayah Lebanon
01:34tetapi juga menyasar wilayah Syria dan Yemen
01:37dengan target lokasi para pemimpin Hisbullah, Putih dan Hamas.
01:41Bahkan Iran yang selama ini berusaha menahan diri pun
01:44akhirnya memutuskan untuk melakukan serangan besar dan masif
01:47dengan mengirimkan ratusan peluru kendali atau rudal ke wilayah Israel.
01:52Serangan dilakukan beberapa waktu setelah pemerintah Amerika Serikat
01:55memperingatkan Iran akan segera melancarkan serangan ke Israel.
01:59Serangan ini semakin menambah kekhawatiran
02:01bahwa kekerasan yang meningkat di wilayah tersebut
02:03bisa memicu perang antara Israel dan Iran.
02:07Meluasnya perang antara Israel dengan sejumlah negara di kawasan Timur Tengah ini
02:10dikhawatirkan akan semakin membedakan kondisi perekonomian dunia
02:14yang sebelumnya juga sudah mengalami demam
02:16akibat konflik berkepanjangan antara Palestina-Israel dan Rusia-Ukraina.
02:21Sementara itu pemerintah Indonesia sudah cukup lama memberikan sinyal kekhawatiran
02:25tensi geopolitik di Timur Tengah antara Israel-Palestina dan beberapa negara Arab lainnya
02:29akan menimbulkan disrupsi terhadap perekonomian dan rantai pasok logistik global
02:34termasuk di Indonesia.
02:36Hal ini terutama untuk harga minyak dan gas dunia
02:39di mana peningkatan harga minyak dan gas di pasaran dunia
02:42bisa berdampak terhadap ekonomi Indonesia
02:44dan anggaran pendapatan dan belanja negara
02:46serta memunculkan ancaman inflasi tinggi.
02:50Jakarta Tim Liputan IDX Channel
02:55Ya Pemirsa untuk membahas tema kita kali ini
02:58Tensi Tinggi Konflik Timur Tengah dan Ekonomi Indonesia
03:01kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Bapak Peter Abdullah
03:04Direktur Eksekutif Segara Research Institute.
03:06Selamat pagi Pak Peter.
03:08Selamat pagi.
03:09Ya, salam sehat Pak.
03:11Alhamdulillah sehat.
03:12Terima kasih Pak Peter teras waktunya
03:14dan sudah bergabung juga ini Bapak Akbar Johan
03:16Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia Alfi.
03:19Selamat pagi Pak Akbar.
03:20Pagi Mas Pras, pagi Pak Peter.
03:23Selamat pagi Mas Akbar.
03:25Baik, terima kasih juga atas waktu yang disempatkan.
03:27Langsung saja Pak Peter kita akan mencermati
03:29terkait dengan konflik Timur Tengah yang kian membara
03:32seiring dengan agresi Israel yang semakin meluas
03:34dengan menyerang negara lain seperti Lebanon, Syria, dan Yemen
03:37dengan target pejuang Isbullah
03:39dan Anda melihat bagaimana analisis Anda sejauh ini Pak Peter.
03:43Ya, kondisi di Timur Tengah ini
03:45sebenarnya sudah cukup lama ya.
03:47Dan dampaknya terhadap rekonomen global
03:50sebenarnya sudah kita alami, sudah kita rasakan.
03:53Konflik yang ada di Timur Tengah
03:56yang awalnya sudah kita rasakan juga ketika terjadi konflik
04:00Rusia dan Ukraina.
04:01Kemudian diperkuat dengan adanya konflik di Timur Tengah
04:06dan sudah cukup lama.
04:10Dan melibatkan cukup banyak negara ya.
04:12Karena konflik Israel ini kemudian dengan Houthi,
04:16dengan Afghanistan, Lebanon, dan terakhir ini
04:20kemudian dengan Iran.
04:23Jadi, bukannya meredah
04:25konflik ini justru semakin tajam.
04:28Dan kalau kita bicara tentang dampak
04:30sudah pasti kita tahu
04:33kondisi ini akan mengganggu
04:35supply chain-nya global,
04:37akan mengganggu lalu lintas perdagangan antar negara
04:42khususnya yang melalui kawasan Timur Tengah
04:45itu pasti akan terdampak.
04:47Tetapi seperti dulu juga seperti sering saya sampaikan
04:51kita tidak boleh terpaku pada kondisi ini.
04:56Rekonomen Indonesia sebenarnya lebih banyak ditentukan oleh
05:00kondisi domestiknya, permintaan domestiknya.
05:03Jadi, walaupun memang kondisi di Timur Tengah ini
05:08mencekam dan mengkhawatirkan
05:10tetapi kita tidak perlu terlalu pesimis
05:15tidak menjadi membuat kita patah semangat
05:18karena kita masih bisa menjaga perekonomian kita
05:21dengan melalui kebijakan bicara
05:25yang lebih bisa mendorong permintaan domestik kita.
05:28Yang lebih kita khawatirkan sebenarnya adalah
05:30permintaan domestik kita.
05:32Sekarang ini deflasi sudah 5 bulan berturut-turut.
05:35Itu yang sebenarnya lebih
05:38yang kalau saya lebih mengkhawatirkan
05:40kalau kita lihat dari dampak ekonominya.
05:43Kalau empati terhadap apa yang terjadi di Palestina
05:46pasti, sudah pasti kita empati
05:48sudah pasti kita support ke Palestina
05:50tetapi kalau kita mau bicara tentang
05:53mengkhawatirkan kondisi perekonomian
05:55saya lebih khawatir dengan kondisi domestik
05:57yang sekarang ini sudah mengalami deflasi
06:00selama 5 bulan berturut-turut.
06:02Daya beli rendah.
06:04Semua indikator-indikator ekonomi kita
06:06menunjukkan tren yang tidak mengembirakan.
06:09Baik, itu dia analisis dari Pak Peter Abdullah.
06:11Nah, dari pelaku usaha sendiri,
06:13Alfie melihat bagaimana konflik berkepanjangan
06:15yang tadi sudah disampaikan oleh Pak Peter
06:17sebenarnya sudah terjadi beberapa waktu lalu
06:19tapi ini tensinya semakin meningkat
06:22dan semakin meluas begitu Pak Bar.
06:24Bagaimana kaitannya dengan tadi supply chain global
06:26kemudian harus keluar masuk
06:28kebutuhan barang-barang impor Indonesia
06:30dan juga ekspor nantinya?
06:32Ya, Mas Pras, terima kasih.
06:35Ada pepata latin yang mengatakan bahwa
06:39kalau kita mendambakan perdamaian
06:42maka bersiap-siaplah untuk perang.
06:45Mungkin pepata ini masih terus terjadi
06:49dan menjadi prinsip daripada beberapa negara.
06:55Mas Pras, kalau peperangan itu biasanya
07:02eskalasi untuk mulainya bisa diprediksi
07:07tetapi yang kita tidak bisa prediksi
07:09kapan berakhirnya suatu peperangan itu.
07:12Bukan begitu Pak Peter ya?
07:14Nah, kita tahu bahwa Israel, Hamas,
07:18terus Rusia, Ukraine sampai hari ini pun
07:22tidak ada yang bisa mengetahui kapan berakhirnya.
07:25Dan perang apapun skalanya,
07:28apapun besar-kecilnya dan melibatkan
07:33sedikit atau besar negara
07:36tentu membawa eskalasi yang sangat luar biasa.
07:40Terutama pada tren saat ini
07:44kita bicara global supply chain.
07:47Dan juga di dalamnya tren bisnis
07:51ada yang kita kenal biasa global purchasing.
07:55Nah, ini tentu sangat memberikan dampak
07:59yang luar biasa secara ekonomi
08:03dan tentunya akan direct impact kepada
08:07naiknya biaya logistik itu Mas Pras.
08:10Karena konektivitas daripada international trade
08:16atau perdagangan internasional
08:18selama itu menjadi konektivitas strategi
08:22daripada Timur Tengah,
08:25ini tentu akan memberikan dampak langsung
08:28yang sangat masif kepada global supply chain itu sendiri Mas Pras.
08:35Baik, nanti bagaimana Anda melihat begitu?
08:37Apakah tekanan sudah mulai terjadi dalam artian
08:39kebutuhan-kebutuhan yang biasanya kita menggunakan
08:41jalur-jalur yang singkat,
08:43kemudian harus memutari wilayah-wilayah lain,
08:45ini kan yang menjadi salah satu concern
08:47dari para pelaku industri logistik global dan juga Indonesia.
08:51Iya, saya setuju dengan Pak Peter.
08:55Memang ini tidak lepas daripada geopolitik
08:59dan juga geostrategi di kancah global, ya Mas.
09:03Tetapi justru fokus kita,
09:06momentum ini seharusnya kita gunakan
09:10untuk memperkuat ketahanan domestik kita.
09:14Apapun itu, ya.
09:16Dengan visi daripada presiden terpilih,
09:20juga di dalamnya adalah mewujudkan ketahanan-pertahanan.
09:25Lalu ada ketahanan energi,
09:28ketahanan pangan,
09:30dan juga ketahanan air bersih.
09:33Momentum inilah bagaimana kemandirian kita
09:37ini bisa kita wujudkan dalam waktu secepat-cepatnya, Mas Pras.
09:42Karena tanpa itu ketergantungan kita
09:45akan global supply chain study, importasi tentunya,
09:50ini akan sangat memberi ketidakpastian
09:53kestabilan ekonomi domestik, Mas Pras.
09:57Baik, lantas kita akan lihat seperti apa?
09:59Bahwa konflik ini juga bisa menjadi salah satu tantangan.
10:01Mengingat Indonesia pun dengan kondisi global,
10:03akhirnya kebanjiran juga nih produk-produk import.
10:06Kita akan bahas nanti di second berikutnya ya Pak Peter dan juga Pak Akbar.
10:08Kita akan jadi dulu sebutan pemirsa.
10:10Pastikan Anda masih bersama kami.
10:22Baik pemirsa, kita akan lanjutkan kembali perbicaraan menarik ini
10:24bersama dengan Bapak Peter Abdullah,
10:26beliau adalah Direktur Eksekutif Segera Research Institute
10:28dan juga Bapak Akbar Johan, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia.
10:32Nah Pak Peter, bicara mengenai kondisi domestik nih,
10:35akhirnya nampaknya juga menjadi concern bersama.
10:37Tadi Pak Akbar pun demikian juga.
10:38Kita justru hal ini menjadi momentum bagi pemerintah
10:41untuk menguatkan ekonomi dalam negeri.
10:43Nah bicara mengenai kondisi domestik sendiri Pak Peter.
10:46Lantas bagaimana dengan serbuan produk-produk asing
10:49dimana kan negara-negara producen kesulitan sekarang nih
10:52memasakkan produk mereka dan melihat potensi dan peluang Indonesia
10:55yang masih terus bertahan begitu dengan laju preekonomian di atas 5 persen ini
10:59akhirnya menjadi pasar dari produk-produk mereka ini Pak Peter?
11:04Ya yang pertama kita harus pahami bahwasnya
11:07di tengah kondisi yang global seperti sekarang ini
11:10setiap negara pasti akan berupaya
11:12terutama negara-negara yang eksportir ya
11:14negara-negara yang sangat bertumpu
11:17preekonomiannya sangat bertumpu pada sisi eksternal
11:20dalam artian dari sisi ekspornya.
11:22Nah misalnya Jepang, Korea, Cina
11:24itu kan mereka sangat bertumpu pada ekspornya.
11:27Nah mereka pasti akan cari pasar
11:29di tengah kondisi global yang seperti sekarang ini
11:32yang dihantui oleh ketegangan geopolitik atau bahkan perang.
11:37Jadi mereka, pasar mereka tidak cukup banyak.
11:40Pasar mereka, mereka harus fokus pada beberapa negara
11:43yang dianggap potensial untuk menjadi market mereka.
11:46Dan Indonesia alhamdulillah itu kalau kita dianggap potensial
11:50berarti itu kan menunjukkan satu hal yang baik.
11:52Tetapi kita harus meresponnya sama dengan mereka.
11:56Kita juga harus dengan dalam kondisi global yang seperti sekarang ini
12:00kita harus konsen kepada preekonomian domestik kita
12:04bagaimana dengan pasar kita
12:06dan kita tidak boleh menjadikan negara kita ini
12:08hanya menjadi tujuan ekspornya mereka.
12:11Menjadi marketnya mereka.
12:13Kita harus melindungi industri dalam negeri kita
12:16dan kemudian kalau bisa membantu industri dalam negeri kita
12:20untuk memperluas pasar kita
12:22sebagaimana mereka juga menjadikan kita menjadi market.
12:25Kita harus mencari pasar di luar.
12:27Jadi ini adalah saya kira menjadi sebuah laziman
12:31di semua negara mereka akan mencari pasar.
12:33Indonesia harus merespon itu dengan kebijakan-kebijakan yang tepat
12:38agar supaya kita tidak hanya menjadi target pasar
12:42tetapi kita juga bisa melakukan penetrasi ke negara-negara luar
12:47menjadikan mereka juga pasar kita.
12:49Dan oleh karena itu saya kira
12:51upaya-upaya membangun industri di dalam negeri itu menjadi sangat penting.
12:56Hilirisasi harus benar-benar dilaksanakan secara sungguh-sungguh
13:00dan maksud hilirisasi sebenarnya adalah dari hulu ke hilir.
13:06Membangun hulu, membangun hilir.
13:09Tidak hanya membangun industri hilir kita melupakan industri hulu, tidak.
13:14Karena kalau kita hanya membangun hilir
13:16kita akan nanti akan seperti sekarang ini
13:19sangat bergantung kepada bahan baku dari luar negeri.
13:23Yang itu juga rentan untuk perekonomian kita.
13:27Jadi kita harus membangun industri hulu
13:30agar supaya kita tidak bergantung bahan baku dan bahan penolong dari luar.
13:35Kita bisa memenuhi kebutuhan bahan baku dan bahan penolong kita dari kita sendiri.
13:40Dan kemudian kita melakukan hilirisasi.
13:43Dan buahnya adalah kita mendapatkan nilai tambah yang cukup
13:47untuk kita menjadikan bahan pertumbuhan ekonomi kita yang cukup,
13:52yang tinggi, yang bisa mesejahterakan masyarakat kita.
13:55Baik Pak Peter. Hilirisasi begitu untuk bisa memenuhi kebutuhan
13:58dari produk-produk apapun lah begitu ya.
14:01Dari semua sektor di dalam negeri.
14:02Tapi Pak Bar, Anda melihat bagaimana dengan kebutuhan sendiri
14:05terkait dengan bahan baku yang masih banyak diimpor begitu.
14:08Sementara rantai pasok global pun saat ini juga tengah terguncang
14:12dengan biaya tinggi tadi yang seperti Anda sampaikan di awal.
14:15Apakah ini akhirnya menjadi tantangan tersendiri
14:17buat industri kita untuk bisa bergerak lebih leluasa?
14:21Ini tantangan yang sudah lama sebenarnya.
14:24Saya kira Pak Akbar tahu persis ini.
14:26Ini tantangan lama yang saya sering menyebutnya sebagai PR
14:30yang tidak pernah kita kerjakan.
14:32Dan inilah bagian dari deindustrialisasi dini di Indonesia.
14:38Karena kita tidak membangun hulu, kita tidak membangun hilir.
14:43Sehingga kita menjadi lebih mengarah kepada industri kita.
14:46Kita tinggalkan, kita menjadi negara perdagang.
14:49Kita hanya impor.
14:50Ini saya kira menjadi PR.
14:56Ini momentumnya pas nih.
14:58Kita ada pemerintahan baru yang dimulai tanggal 20 nanti.
15:01Saya kira ini harusnya menjadi fokus dari pemerintahan baru Pak Prabowo nanti.
15:06Pak Akbar, Anda melihat bagaimana dengan kondisi tadi
15:08untuk bisa menjamin bahwa kebutuhan-kebutuhan terkait dengan
15:12bahan baku kita yang masih banyak diimpor,
15:14kemudian energi pun juga kita sekarang sudah menjadi net importer begitu Pak Bar?
15:18Iya. Saatnya kita bicara ekosistem industri.
15:23Yang paling terkena dampaknya adalah industri nasional kita.
15:28Bagaimana manufaktur kita bisa mandiri.
15:31Manufaktur tahun 1998 itu jauh lebih positif dibanding saat ini.
15:38Di situ terjadi pertumbuhan yang melebihi bahkan negara Korea Selatan.
15:43Tetapi ternyata setiap tahun terjadi decline itu 1-2% setiap tahun.
15:49Pada saat kita mau membangun ekosistem industri, bahkan ketahanan industri.
15:56Jadi dalam beberapa kesempatan,
15:58saya juga sering mengusulkan kepada pemerintah
16:01bukan hanya ketahanan energi, pangan, dan air,
16:05tetapi ketahanan industri yang tidak kalah pentingnya.
16:08Karena industri atau manufaktur nasional
16:12itu memberikan dampak berpuluh-puluh kali lipat kepada perekonomian nasional.
16:18Karena di situ secara tenaga kerja itu sangat masif
16:24dan juga ada potensi pendapatan pajak yang dibayarkan
16:28daripada proses bisnis industri-industri yang ingin kita bangun.
16:33Mas Pras, tadi sudah disampaikan Pak Peter,
16:37kalau saya melihat bahwa selain perang fisik,
16:40ekonomi ini juga tidak kalah memberikan dampak yang luar biasa.
16:44Dan ini sudah dilakukan oleh negara-negara maju, negara-negara eksportir
16:49seperti tadi Korsel, Jepang, terutama China.
16:53Nah China saat ini Mas Pras,
16:56itu melakukan pemerintahnya memberikan kebijakan
16:59untuk menahan laju pembangunan infrastruktur.
17:03Sehingga industrinya berada pada titik stagnan.
17:09Kalau di industri baja, setiap pabrik yang melakukan produksi itu bukan untung,
17:16tetapi dia bahkan menjual di bawah daripada harga pokok, harga produksi.
17:21Nah, solusinya adalah mereka harus mengekspor produknya ke negara luar
17:28dan pada saat ini Southeast Asia menjadi new epicentrum ekonomi baru.
17:34Nah sayangnya di negara Asia Tenggara ini,
17:38hanya Indonesia, ini ada data yang sangat valid,
17:44bahwa Indonesia tidak terlalu masif memberikan kebijakan-kebijakan
17:52perlindungan atau proteksi produksi dalam negerinya
17:57dibanding daripada negara-negara Asia lainnya.
18:01Termasuk Vietnam, termasuk Filipina.
18:04Sehingga apa?
18:06Produk dalam negeri Cina itu sasaran utamanya adalah masuk ke Indonesia.
18:12Mulai daripada politik anti-dumping, safeguard, trade remuneris.
18:18Ini sangat lemah dan tidak kuat dari pemerintah kita untuk mengusurkan ke WTO.
18:26Nah inilah sasaran-sasaran empuk
18:29kenapa importasi produk atau bahan finis produk,
18:34kalau bahan baku bukan menjadi ancaman,
18:37tetapi yang menjadi ancaman adalah barang jadi nih,
18:40yang masuk ke negara kita Mas Pras.
18:43Ini tantangan yang paling harus kita selesaikan sesegera mungkin.
18:48Baik. Nah langkah-langkah antisipasi apa nih yang harus dilakukan oleh pemerintah
18:53dan juga pelaku usaha?
18:54Kita akan bahas lagi nanti di segmen berikutnya.
18:56Kita akan jelas sebentar ya Pak Badan juga, Pak Pitar, Pak Mirsa.
18:58Kami akan segera kembali bersama Pak Dewa Rahang berikut ini.
19:10Masih membahas terkait dengan tensi tinggi konflik Timur Tengah dan ekonomi Indonesia
19:14bersama dengan Bapak Pitar Abdullah, Direktur Resekretif Sekarang Research Institute
19:18dan juga Bapak Akbar Johan, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia atau ALFI.
19:23Pak Pitar lantas bagaimana langkah-langkah antisipasi
19:25ataupun mitigasi yang perlu disiapkan, dilakukan oleh pemerintah?
19:28Mengingat ini tinggal menunggu eksennya, berarti pemerintah baru.
19:32Begitu ya Pak Pitar, silakan.
19:36Saya kira yang jelas pemerintahan baru sudah memiliki program-program.
19:41Dan mereka timnya Pak Prabowo sudah mengantisipasi.
19:46Kan kondisi di Timur Tengah ini kan bukan sesuatu yang baru.
19:50Dan ini sudah di dalam prediksi mereka.
19:53Eskalasi ketegangan yang ada di Timur Tengah tentunya sudah masuk dalam kalkulasi mereka.
20:00Sehingga program-program yang sudah disiapkan,
20:03saya yakin oleh tim pemerintahnya Pak Prabowo yang baru nanti sudah menyiapkan hal itu.
20:11Mereka sudah mempersiapkan khususnya terkait dengan bagaimana membangun kembali industri.
20:17Kan tema yang diusung oleh Pak Prabowo sebenarnya kan adalah keberlanjutan.
20:22Artinya program hilirisasi yang sudah saya sampaikan tadi,
20:26itu sudah ada di dalam programnya Pak Prabowo.
20:29Cuman memang perlu kita ingatkan kembali,
20:33bahwasannya program hilirisasi itu tidak hanya bicara tentang hilir,
20:37tetapi juga bicara tentang hulu.
20:39Saya sependapat dengan Pak Akbar tadi,
20:42bahwasannya impor bahan baku, impor barang modal itu bukan masalah.
20:49Bukan musuh, bukan tantangan.
20:52Tetapi akan jauh lebih baik apabila kita itu tidak memiliki ketergantungan
20:58terhadap barang-barang modal bahan baku, barang penolong.
21:03Karena kalau seandainya kita memiliki ekosistem yang lengkap,
21:11itulah makna dari apa yang disebutkan oleh Pak Akbar tadi,
21:15sebagai ketahanan industri.
21:18Bagaimana kita bicara tentang ketahanan industri,
21:21kalau kita bergantung barang modal, barang penolong,
21:26bahan baku bergantung pada negara lain.
21:28Kita tidak memiliki ketahanan industri artinya.
21:31Jadi, dan itulah yang saya kira,
21:35saya sepakat sekali membangun ketahanan industri ini
21:40harus digaungkan kembali.
21:43Dan kita benar-benar mengerjakan PR kita,
21:47membangun kembali industri kita,
21:49yang dengan ketahanan yang tinggi.
21:52Sehingga kita tidak perlu terlalu khawatir
21:56dengan permasalahan-permasalahan gejolak-gejolak yang terjadi di global.
22:01Karena global ini memang karakteristiknya pasti akan penuh ketidakpastian.
22:06Konflik masih akan terus terjadi.
22:09Saya sependapat dengan Pak Agbar tadi,
22:12kita tidak bisa memperkirakan kapan perang berakhir.
22:16Saya, Pak Agbar, saya jadi ingat tulisan pertama saya di media,
22:21itu saya tulis ketika saya masih mahasiswa di Gajah Mada.
22:24Saya menulis di KR, di Kedaulatan Rakyat.
22:27Saya menulis judulnya adalah, Menanti Perang Usai.
22:30Itu saya tulis ketika Irak menginfansi Kuwait.
22:37Dan saya mengatakan pada waktu itu,
22:39bahwasannya kita akan selalu menunggu sebuah perang usai.
22:43Karena satu perang akan berganti dengan perang lainnya.
22:46Nah inilah yang terjadi yang sejak saya menulis itu masih berlangsung.
22:51Kita selalu menunggu.
22:53Artinya global itu memang akan dinamis.
22:56Akan terjadi naik turun, akan perang selilih berganti,
23:01konflik selilih berganti.
23:02Jadi yang harus kita fokuskan bagaimana kita menjaga pasar domestik kita.
23:06Domestik timan kita.
23:08Yang saya kira cukup besar untuk mensupport perekonomian kita.
23:12Itu dia. Yang paling utama memang menjaga kekuatan
23:14ataupun daya tahan ekonomi domestik.
23:16Pak Agbar, lantas bagaimana Anda melihat dari sisi pelaku usaha,
23:19khususnya logistik dan forwarder Indonesia,
23:22menyikapi kondisi tadi?
23:23Penguatan domestik juga apakah perlu didukung juga
23:26dengan penguatan satu ekosistem,
23:28kemudian satu lembaga yang lebih kuat kah atau bagaimana?
23:32Ya. Kalau ekosistem daripada logistik itu memang rasanya
23:39sudah perlu ada satu institusi yang independen
23:44atau lembaga yang independen
23:46yang bisa mengatur tata kelola logistik nasional kita.
23:50Ini yang harus kita dorong.
23:52Karena tanpa ada institusi yang independen, permanen,
23:56dan langsung melapor kepada Presiden,
23:58ini logistik nasional kita tidak akan bisa naik kelas.
24:02Lalu yang kedua, tadi sudah disampaikan Pak Peter,
24:07rasanya ini momentum yang harus digunakan
24:12dan dipakai oleh pemerintahan kita,
24:14baik hari ini maupun pemerintahan terpilih nanti,
24:18yaitu melakukan transformasi budaya
24:23bahwa rakyat itu harus mencintai produk-produk dalam negeri.
24:29Tanpa itu, sekarang rakyat kita punya budaya yang penting murah,
24:36padahal ekosistem daripada manufaktur
24:39atau industri kita tidak akan bisa melawan daya saing
24:45yang dilakukan oleh negara-negara China.
24:48Lalu yang kedua, Mas Pras, sudah waktunya pemerintahan kita
24:53ini melakukan kerjasama yang sangat erat, sangat kuat
24:58dengan negara-negara regional lainnya.
25:02Karena kelebihan banyak yang dimiliki oleh Indonesia di negara ASEAN
25:09seperti apa? Jumlah penduduk kita mayoritas, 55 persen.
25:14Populasi kita dan juga potensi ekonomi kita
25:18di antara negara-negara ASEAN, kita yang terbesar.
25:21Namun kita juga tidak bisa melupakan bagaimana peranan
25:25dan engagement dengan negara-negara ASEAN di regional kita.
25:30Ini menjadi kekuatan ekonomi baru seharusnya.
25:33Sehingga dari sisi geografis dan juga dari sisi budaya,
25:38ini akan jauh lebih mudah untuk melakukan peningkatan-peningkatan
25:43kerjasama ekonomi regional, politik regional, dan bahkan sosial budaya regional.
25:49Dibanding kita mengharapkan jalur-jalur ekspor
25:53ataupun perdagangan internasional yang konvensional.
25:56Yaitu Eropa, Yaitu US, bahkan juga negara-negara yang rawan
26:02dengan peperangan seperti di Middle East ini, Mas Pras.
26:05Jadi langkah-langkah ini rasanya sangat strategis.
26:08Di satu sisi internal domestik kita dan penguatan,
26:11tadi ketahanan produksi atau industri yang sangat kuat fundamennya
26:16dan juga secara eksternal melakukan kerjasama-kerjasama regional
26:20yang sangat positif dan memberikan nilai tambah, Mas Pras.
26:24Itu dia, berarti memang intinya adalah kita memanfaatkan momentum
26:28peristiwa global dan dinamikan yang terjadi
26:31yang seperti disampaikan Pak Pitar juga tadi,
26:33bahwa ini adalah kita bisa menguatkan lagi bagaimana ekosistem, industri,
26:37penguatan lagi ketahanan ataupun daya saing industri di dalam negeri.
26:41Pak Pitar, terima kasih banyak atas waktu sharing
26:44dan informasi yang sudah Anda sampaikan.
26:46Pak Akbar juga terima kasih atas update dan juga informasi
26:48yang sudah Anda berikan kepada pemirsa pada hari ini.
26:51Semoga ini benar-benar menjadi satu bahan pertimbangan juga
26:55bagi pemerintahan berikut yang lebih fokus lagi
26:57meningkatkan ketahanan ekonomi domestik.
27:00Selamat melanjutkan aktivitas Anda kembali.
27:02Pak Pitar, Pak Akbar, terima kasih.
27:04Selamat sejahtera.