Tantangan Bauran Energi Baru Terbarukan di Indonesia

  • last month
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif, mengakui bahwa target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 sebagaimana dinyatakan dalam PP Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional tidak akan tercapai. Hal ini lantaran masih minimnya investasi di sektor energi bersih.

Arifin menyebut, bauran EBT pada 2025 diprediksi hanya sekitar 13%-14%. Kementerian ESDM menilai, saat ini demand pada EBT memang belum meningkat pesat.

Category

📺
TV
Transcript
00:00Musik
00:20Halo pemirsa, apa kabar anda hari ini langsung dari studio IEDX channel Jakarta
00:24Saya Prasetya Wibowo kembali hadir dalam market review program yang mengupas isu-isu penggerak ekonomi Indonesia
00:30Live streaming kami bisa anda saksikan juga di iedxchannel.com
00:34Dan pemirsa langsung saja kita mulai market review selengkapnya
00:38Musik
00:47Kementerian SDM menargetkan bauran energi baru terbarukan di tahun 2025 sebesar 17 hingga 19 persen
00:54Atau lebih rendah dari target dalam PP nomer 79 tahun 2014 yang tercatat 23 persen
01:00Penyesuaian target bauran EBT tersebut masih dalam pembahasan bersama dengan DPR
01:05Dan akan mempertimbangkan situasi yang ada
01:08Musik
01:12Kementerian Energi dan Sumber Demineral merevisi target bauran energi baru terbarukan atau EBT pada 2025
01:18Dari sebelumnya 23 persen seperti tercantum dalam PP nomer 79 tahun 2014 menjadi 17 hingga 19 persen
01:27Koordinator Investasi dan Kerjasama Bioenergi Direkturat Jeneral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian SDM
01:34Trois Dili Susendi mengatakan revisi tersebut dilakukan karena melihat rata-rata pertumbuhan dan posisi bauran EBT saat ini
01:43Trois menjelaskan pada 2023 bauran EBT baru mencapai 13,1 persen atau membutuhkan setidaknya 12 persen untuk mencapai target 2025
01:54Kondisi tersebut dinilai sangat sulit dengan rata-rata pertumbuhan kapasitas energi terbarukan yang hanya 1 hingga 2 persen per tahun
02:01Meski demikian penyesuaian target bauran EBT tersebut masih dalam pembahasan bersama dengan DPR dan akan mempertimbangkan situasi yang ada
02:09Proyeksi sebesar 17 hingga 19 persen di 2025 tersebut lebih optimistis dari target sebelumnya yang dinyatakan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif
02:18yakni sebesar 13 hingga 14 persen di tahun 2025 mendatang
02:23Arifin mengatakan pemerintah terus menggalakkan sejumlah program untuk meningkatkan angka bauran energi bersih di dalam negeri
02:30Salah satunya melalui program insentif kendaraan listrik dan penggunaan pembangkit listrik tenaga surya untuk sektor industri
02:37Berbagi sumber IDX Channel
02:43Ya Pemirsa untuk membahas tema menarik kita kali ini tantangan bauran energi baru terbarukan di Indonesia
02:48Kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Bapak Yayan Satyakti pengamat ekonomi energi dari Universitas Pajajaran
02:55Selamat pagi Pak Yayan
02:56Selamat pagi
02:58Ya salam sehat Pak
03:00Alhamdulillah
03:02Baik dan langsung saja kita sampai juga ini Pak Satya Widya Yuda anggota Dewan Energi Nasional 2020-2024
03:08Selamat pagi Pak Satya
03:10Selamat pagi
03:12Salam sehat Bapak
03:13Alhamdulillah sehat Mas
03:15Baik terima kasih juga tersebut waktu yang disempatkan ini langsung saja kita review
03:18Pak Satya tadi sudah disampaikan kementerian SDM merevisi ya target untuk bauran EBT tahun 2025
03:25Dari sekitar 23% turun jadi 17% sampai dengan 19%
03:29Nah apa sebenarnya kalau kita lihat begitu yang menjadi bottleneck atau mungkin suatu hal yang cukup fundamental kah
03:37Sehingga ada revisi sampai dengan di bawah 20% silahkan
03:41Jadi begini Mas kita harus sepakati dulu cara menghitungnya
03:47Menghitungnya prosentase daripada EBT kita itu otomatis dengan menggabungkannya dengan bauran minyak bumi, batu bara dan juga gas bumi
03:58Dan di dalam kenyataannya jadi kalau kita melihat prognosa itu di tahun 2023 saja di semester 1 itu campean EBT nya 12,54%
04:11Sementara ditargetkan kita berbicara yang sudah pas tahun yang lalu
04:16Di tahun 2023 targetnya itu 17,87%
04:21Itu yang menjadi target yang diharapkan
04:26Tetapi realisasinya atau capekannya ternyata di 12,54% tadi
04:31Nah kenapa capekannya makin turun gitu ya nampaknya
04:36Walaupun sebetulnya sudah ada effort yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal untuk meningkatkan daripada bauran EBT tersebut
04:45Namun masih diketahui bahwa kita itu pernah mencanangkan program 35 ribu megawatt
04:56Beberapa waktu yang lalu, mungkin sudah 5-6 tahun yang lalu
05:01Jadi banyak proyek yang PLTU yang sudah dibangun begitu
05:07Mereka COD nya ada beberapa tahun dari tahun 2024, 2025, dan tahun 2026
05:14Otomatis prosentase batu bara itulah yang menekan daripada capean EBT
05:21Jadi kalau kita melihat misalkan di tahun 2024 saja
05:27Itu diharapkan PLTU meulapuh dia on stream, yaitu 212 megawatt
05:34PLTU Jawa 1 itu sekitar 880 megawatt on stream
05:39Ini semua sudah dibangun 5-6 tahun yang lalu
05:42Beberapa waktu yang lalu maksudnya programnya 5-6 tahun yang lalu, dibangunnya beberapa tahun yang lalu
05:47Dan mesti diingat bahwa pemerintah sudah membatasi untuk tidak membangun PLTU sejak 2021
05:53Namun demikian, karena delay daripada COD atau completion of date daripada PLTU yang sudah dikomit 6-5 tahun lalu
06:03Itulah yang menekan dari prosentase capean daripada EBT
06:08Karena batu baranya naik mas, batu baranya meningkat
06:11Walaupun sudah dibatasi di tahun 2021 onward sampai ke depan
06:16Itu tidak boleh pembangunan PLTU apapun
06:20Sehingga kita sudah stop di tahun 2021
06:22Namun keterlambatan dari beberapa proyek yang sebelumnya itu akan menekan capean daripada Renewables
06:30Walaupun kalau kita melihat dari capean EBT nya sendiri itu meningkat
06:35Ada peningkatan walaupun skalanya tidak besar
06:38Tapi effort untuk peningkatan itu ada
06:40Tapi kalah dengan prosentase peningkatan PLTU yang terlambat COD
06:45Seperti yang saya sampaikan tadi, PLTU Jawa hanya 926 Megawatt
06:51Itu tahun 2024 ini
06:55Belum lagi PLTU Timor, itu walaupun kecil 2x55 Megawatt
07:00PLTU Castle Tenggara, PLTU Castle Tenggara 2 itu 100 Megawatt
07:06Tambak Loro itu 845 Megawatt
07:09Dengan capean-capean daripada PLTU yang terlambat Commissioning tadi
07:14Tidak bisa mengimbangi daripada naiknya Renewables atau EBT
07:21Itu faktor yang pertama
07:22Tetapi mesti diingat pada waktu saya di Dewan Energi Nasional
07:26Kita membuat senario sampai tahun 2060 sebagai senario Net Zero Emission
07:34Di dalam senario Net Zero Emission itu
07:36Apabila kita menggunakan penegakan pertumbuhan ekonomi 6%
07:40Jadi itu senario yang cukup tinggi waktu itu
07:42EBT kita 72% di tahun 2060
07:46Dan 28% adalah yang non-EBT
07:52Itu dalam senario NZE 2060
07:55Pada waktu dilakukan sinkronisasi di netback ke belakang
07:59Maka tahun 2023, 2024, 2025
08:04Itu kira-kira kisarannya menjadi 17-19%
08:09Padahal di dalam ruan kita yang belum direvisi
08:15Sudah banyak yang tahu bahwa tahun 2025 23% EBT
08:21Ini kenapa menjadi sulit dicapai karena itu tadi
08:25Karena laju daripada pembangunan PLD
08:27Yang berlambat masuk di dalam sistem
08:29Sehingga menekan prosentase daripada EBT
08:32Di samping itu kita juga membuat senario 2060
08:35Di mana dalam senario itu muncul angka 72% EBT di tahun 2060
08:41Dan 28% yang non-EBT
08:44Itu akhirnya membuat prosentase sampai tahun 2025 pun tidak akan tercapai
08:49Ini yang menarik kalau kita cermati begitu tadi
08:52Ada proses COD yang agak mundur
08:54Sehingga masuk ke dalam sistemnya juga terlambat
08:57Sehingga mempengaruhi mungkin dari sisi demand kebutuhan
09:00Untuk energi sendiri di Indonesia
09:02Anda melihat bagaimana dengan kondisi seperti sana
09:05Apakah memang benar begitu
09:07Bahwa energi bersih di Indonesia juga masih sangat mahal
09:10Kemudian bagaimana kesiapan kita untuk melakukan transisi energi terbarukannya
09:14Pun juga ini masih belum bisa paralel
09:17Maksudnya mengejar antara kebutuhan dengan ketersediaan
09:23Ini memang sesuatu hal yang sangat dilematis
09:28Jadi di sisi lain bahwa kita membutuhkan
09:31Ini mungkin ada masalah khususnya dari manajemen demand
09:37Jadi manajemen demand yang kita lakukan itu selama sekian tahun
09:41Itu memang berhubungan dengan konsumsi ya
09:45Konsumsi energi kita
09:47Nah kalau kita lihat di beberapa negara
09:50Untuk pengembangan energi ini itu harus diikuti dengan
09:54Transformasi industri yang menggunakan energi domestik
09:58Nah kalau kita lihat ya
10:01Beberapa karena waktu dulu itu kita
10:04Mungkin ya 10-15 tahun yang lalu
10:07Kita tidak memiliki pendanaan
10:09Itu banyak industri-industri yang
10:11Ataupun pemerintah itu memberikan regulasi khususnya IPP ya
10:15Independent power producer
10:17Nah sehingga industri membuat PLTU dan lain-lain
10:22Dan itu kalau kita lihat bahwa
10:25Masa periode ekonomis khususnya untuk PLTU
10:28Itu kan sekitar 20 tahun ya
10:31Atau misalkan 15 tahun ya
10:33Sekarang mereka masih commissioning
10:35Nah ketika terjadi passing out
10:38Katakan ya kita ingin melakukan passing out of coal
10:41Kemudian menumbuhkan energi dan lain-lain
10:44Maka supply yang sekarang diberikan oleh PLN
10:47Ataupun pemerintah ya
10:49Yang bisa menjamin bahwa energi itu bisa dijual oleh
10:54Kepada industri
10:56Dimana seharusnya industri ini
10:59Karena kita ini energi itu adalah barang publik ya
11:02Itu demandnya mungkin harus lebih banyak ke industri
11:05Nah sementara kalau kita lihat
11:07Sekitar 40% demand itu dari rumah tangga
11:10Bukan dari industri
11:12Nah artinya ketika supply itu tersedia
11:15Ini demandnya gak match
11:17Karena disana ada bottleneck
11:21Bahwa industri tidak mau shifting
11:23Untuk mengkonsumsi energi
11:26Yang memang seharusnya
11:28Menjadi konsumsi utama PLN
11:30Karena apa? Karena masalah dari sisi
11:32Misalkan keandalan distribusi
11:34Kemudian juga mungkin pada waktu itu
11:37Ketika harga
11:39Kalau industri saya kira dari sisi harga gak masalah ya
11:41Cuma masalahnya itu
11:43Dari sisi keandalan misalkan
11:45Mengenai SAIFI, SAIDI
11:48Dan lain-lain yang mengganggu industri
11:50Nah ketika sekarang itu
11:52PLN sudah relatif
11:54Supply-nya bagus dan lain-lain
11:56Ini momentumnya jadi hilang
11:57Kemudian ditambah kemarin ketika terjadi pandemi
12:00Dan lain-lain
12:02Nah sehingga pemerintah dengan
12:04Dengan katakan ingin menumbuhkan demand
12:07Dengan menggunakan
12:09Harga yang murah ya
12:11Karena kalau kita lihat bahwa
12:13Harga khususnya energi yang relatif
12:15Paling murah ya tetap coal
12:17Kalau misalkan kita bandingkan dengan Amerika Serikat pun
12:20Itu Amerika Serikat itu commissioningnya
12:22Di 2017 dan 2019
12:24Bahkan sekarang itu ada khusus
12:26Dokumentasi untuk
12:28Passing out of coal
12:30Jadi itu ada proses decommissioningnya
12:32Nah kalau misalkan kita berbicara
12:34Apalagi antara ketahanan energi
12:37Kemudian juga dengan
12:39Mitigasi perubahan iklim
12:41Ini sudah agak
12:43Tidak konsisten ya
12:44Karena apa?
12:45Karena kita lihat bahwa komposisi energi kita
12:47Yang masih cenderung ke
12:49Carbon increasing
12:51Kemudian juga investasi
12:53Renewablesnya
12:54Itu memang kita nggak begitu kuat
12:56Karena kita investasinya nggak ada
12:58Jadi kalau misalkan kita
13:00Injust pun ya
13:02Pembiayaan oleh pemerintah
13:05Kita dananya juga sedikit
13:07Nah sehingga apa?
13:08Sehingga ya pemerintah
13:10Untuk meningkatkan demand
13:12Demand itu ya dari
13:14Dari PLTU
13:16Baik ini menarik ya Pak Yayan
13:18Bahwa dari suatu sisi memang
13:20Kebutuhan energi terbarukan
13:22Kita cukup menggebu-gebu
13:23Tapi realisasinya juga masih
13:25Ada beberapa dinamikanya di lapangan
13:27Apa yang membuat daya tarikkah
13:29Dari sektor energi EBT kita
13:31Yang masih belum
13:33Dari primadona
13:35Begitu bagi investor
13:37Baik domestik maupun dari luar negeri
13:39Kita akan bahas nanti di segmen berikutnya ya
13:41Kita akan jadikan sebentar
13:43Dan pemirsa pastikan Anda masih bersama kami
13:53Terima kasih Anda masih bergabung bersama kami
13:55Dalam market review pemirsa berikut ini kami sampaikan data
13:57Untuk Anda terkait dengan nilai investasi
13:59Untuk beberapa sektor di tanah air
14:01Untuk MIGAS, Minerba dan juga EBT
14:03Baik kita akan cerimati
14:05Dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2023
14:07Data selengkapnya seperti yang bisa Anda saksikan
14:09Untuk MIGAS ini memang ada sedikit
14:11Kecenderungan mengalami kenaikan
14:13Dari 12,9 miliar dolar Amerika
14:15Kemudian di tahun 2023
14:17Menjadi 15,6 miliar dolar Amerika
14:19Sementara
14:21Untuk Minerba juga ada kenaikan
14:23Dari 3,9 miliar
14:25Di tahun 2019
14:27Kemudian merangkak naik sampai dengan
14:297,46 miliar dolar Amerika
14:31Di tahun 2023
14:33Nah untuk EBT di cenderung stagnan
14:35Dari 1,7 di tahun 2019
14:37Justru ini ada sedikit
14:39Kecenderungan melambat begitu
14:41Dari 1,4, 1,6
14:431,6 di tahun 2022
14:45Dan 2023
14:471,5 miliar dolar Amerika
14:49Sementara untuk target dan realisasi
14:51Bauran EBT di Indonesia
14:53Ini juga kita lihat dari
14:55Tahun 2019 sampai dengan
14:57Tahun 2023
14:59Untuk data berikutnya
15:03Ini dia seperti yang bisa anda saksikan
15:05Pergerakan dari target
15:07Kemudian realisasinya
15:09Rata-rata memang
15:11Di bawah target
15:13Untuk bauran EBT di Indonesia
15:15Tahun 2023
15:17Dari targetnya 17,9%
15:19Kurun lagi menjadi 13,1%
15:21Tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya
15:23Dan bagaimana dengan
15:25Serapan kerja sektor EBT di Indonesia
15:27Kita akan lihat
15:29Di tahun 2023
15:31Ada 630 ribu serapan tenaga kerjanya
15:33Kemudian di tahun 2030
15:35Target ataupun freksinya
15:37Sampai dengan 740 ribuan
15:39Dan 1 juta
15:41Tenaga kerja di tahun 2050
15:43Mendatang
15:45Baik kita akan lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan
15:47Bapak Satya Widayuda
15:49Anggota Dewan Energi Nasional 2020-2024
15:51Dan juga Bapak Ian Satyakti
15:53Pengamat
15:55Ekonomi Energi dari
15:57Universitas Pajajaran
15:59Baik Pak Satya
16:01Ini kalau kita lihat dengan beberapa data
16:03Yang tadi sudah kita tampilkan
16:05Tadi memang sudah Anda singgung ya
16:07Faktor-faktor yang membuat tadi
16:09Penyebab begitu bauran kebijakan ini
16:11Ya cenderung
16:13Stagnan begitu di posisi seperti saat ini
16:15Nah bagaimana dengan
16:17Satu strategi
16:19Yang mungkin perlu bisa
16:21Di implementasikan
16:23Misalnya oleh pemerintah sendiri
16:25Untuk bisa menyeimbangkan lagi
16:27Paling tidak mengejar antara kebutuhan tadi
16:29EBT sendiri
16:31Dan kebutuhan energi nasional kita
16:33Jadi begini mas
16:35Kita itu juga harus
16:37Realistis melihat
16:39Install capacity yang kita miliki
16:41Kalau kita berbicara power
16:43Karena yang namanya
16:45EBT itu bisa dalam bentuk
16:47Energi itu bisa transportasi
16:49Listrik
16:51Dan juga industri
16:53Kalau kita melihat dari listrik aja
16:55Bahwa kita
16:57Kapasitas yang dimiliki oleh PLN hari ini
16:59Yang mayoritas di dominasi
17:01Oleh PLTU
17:03Itu masih mempunyai kontrak
17:05Itu masih 20 tahun dari sekarang
17:07Jadi masih cukup lama
17:09Maka kenapa pemerintah
17:11Dalam hal ini menginisiasi berbagai macam
17:13Skema untuk
17:15Melakukan early retirement
17:17Kita mencoba untuk
17:19Membuat mereka bisa kita pensiunkan
17:21Secara dini
17:23Misalkan dengan inisiatif dengan just energy transition partnership
17:25Yang melibatkan IBG group
17:27Jadi kumpulan dari beberapa negara
17:29Maju termasuk disitu ada Jepang
17:31Ada Amerika dan Eropa
17:33Beberapa negara Eropa
17:35Itu dimaksud adalah apabila mereka bisa
17:37Membantu Indonesia mengakselerasi
17:39Pemensiunan dini daripada PLTU
17:41Itu yang pertama
17:43Lantas yang kedua
17:45Mereka tidak mampu
17:47Mendapatkan loan yang
17:49Secara komersial cukup viable
17:51Strateginya
17:53Melakukan pemensiunan secara natural
17:55Dimana dalam senario PLN
17:57Kan mengatakan bahwa di tahun 2040
17:59Itu kira-kira PLTU itu udah pensiun
18:01Semua secara natural
18:03Nah otomatis kalau kita lihat
18:05Kapasitas yang dibutuhkan
18:07Itu kan harus tergantikan
18:09Cara mengganti
18:11PLTU itu juga tidak
18:13Tidak bisa begitu saja
18:15Karena kita mesti nyari
18:17Satu energi yang
18:19Sifatnya stabil
18:21Untuk base load
18:23Karena kalau kita langsung mengganti
18:25Kepada PLTS
18:27Itu kan berarti kita masih tergantung
18:29Daripada intermitensi
18:31Jadi ketidakpastian daripada
18:33Pasokan karena
18:35Matahari tergantung daripada matahari terbit
18:37Kalau tenggelam tidak ada berarti
18:39Teknologi baterai harus ada di dalamnya
18:41Lantas yang kedua kita lihat lagi
18:43Energi apa yang kira-kira bisa menggantikan
18:45Geotermal misalkan
18:47Geotermal kita pompas
18:49Dan relatif stabil
18:51Geotermal itu bisa sebagai base load
18:53Lantas yang tidak lupa
18:55Sering kali kita lupakan adalah
18:57Nuklir. Nuklir itu juga bisa
18:59Menjadi base load. Maka kenapa di dalam
19:01Strategi yang akan
19:03Masuk di dalam revisi
19:05Kebijakan energi nasional
19:07Yang dulu saya pernah terlibat
19:09Itu kan kita melihat bahwa
19:11Di tahun 2060
19:13Di tahun 2060
19:15Kira-kira
19:17Fosilnya itu masih 13%
19:19Fosilnya masih
19:2113%
19:23Sisanya baru terbagi menjadi
19:25Beberapa dan disitu ada nuklir
19:27Sekitar 11%. 11% itu bisa
19:29Sekitar sampai dengan 5 GW
19:31Nuklir
19:33Power Station. Itu dari sisi
19:35Perlistrikan
19:37Jadi kalau kita melihat
19:39Kedepan tentunya
19:41Memang Indonesia tidak berstrategi
19:43Memfacing out fosil
19:45Karena kita harus hati-hati betul
19:47Kita tidak ingin
19:49Ada chaos gitu yang akhirnya energi security
19:51Kita menjadi terganggu
19:53Dan mesti diingat komponen daripada energi security
19:55Itu ada affordability
19:57Jadi kalau tidak affordable bagaimana masyarakat
19:59Membeli energi yang murah
20:01Yang akhirnya harus disubstitusi oleh
20:03Pemerintah melalui subsidi. Nah ini kan
20:05Juga merupakan faktor-faktor
20:07Yang kita harus sikapi
20:09Dengan Arief dan Bijaksana
20:11Maka pengembangan
20:13Dari Renewable itu tergantung daripada teknologi
20:15Dan pengurangan
20:17Emisi karbon itu juga menggunakan
20:19Teknologi seperti
20:21Carbon Capture dan Utilization Storage
20:23Atau Carbon Capture Utilization itu
20:25Juga memerlukan teknologi
20:27Baterai memerlukan teknologi
20:29Sehingga kita harapkan
20:31Karena kita senario itu
20:33Sampai 2060
20:35Jadi masih berapa puluh tahun ke depan
20:37Sehingga kita berharap
20:39Teknologi baterai akan murah
20:41CCS juga akan murah
20:43Sehingga fosil yang ada
20:45Sekitar 13%an gitu
20:47Di tahun 2060
20:49Itu nanti digunakan
20:51Teknologi yang bisa
20:53Menurunkan emisi karbon
20:55Jadi pointnya sekarang mas
20:57Itu masih kita ubah
20:59Bukan face out fosil
21:01Totally Renewable
21:03Karena intermittent dan teknologi tadi
21:05Tapi kita decarbonize fosil
21:07Jadi ini cara-cara
21:09Kita memitigasi supaya
21:11Energi security kita tidak terkorbankan
21:13Baik-baik menarik nih
21:15Bagaimana dari pada face of fosil
21:17Kita decarbonize fosil
21:19Sementara Anda melihat bagaimana dengan
21:21Posisi energi terbarukan
21:23Di Indonesia bagitakah apakah memang masih
21:25Menjadi daya tarik
21:27Begitu primadona bagi para investor
21:29Untuk membantu Indonesia untuk melakukan
21:31Transisi energi bersih
21:35Kalau misalkan kita berbicara
21:37Mengenai transisi energi bersih
21:39Yang sangat krusial itu
21:41Di pembiayaan
21:43Kenapa? Karena
21:45Sektor energi kita itu sebagai
21:47Publik
21:49Sebagai barang publik berarti
21:51Dari sisi supply dan demand
21:53Itu memang dibiaya oleh negara
21:55Kalau kita berbicara mengenai
21:57Sisi supply berarti supply itu ada
21:59Investasi, nah investasinya itu kan harus
22:01Dibiaya oleh negara
22:03Dan itu harus murah
22:05Karena apa? Karena ada hubungannya
22:07Masalah affordability
22:09Masalah accessibility dan lain-lain
22:11Tetapi kalau kita lihat
22:13Misalkan dari sisi supply
22:15Dari sisi demand
22:17Ini demandnya kan harusnya kan
22:19Ketika misalkan supply nya itu naik demandnya kan sama
22:21Sehingga tidak seperti kondisi seperti sekarang
22:23PLN dalam kondisi oversupply
22:25Artinya apa? Artinya ekosistem industri
22:27Diperbaiki, kemudian ada shifting
22:29Dan conversion
22:31Demand itu, industri itu
22:33PLN itu menggunakan
22:35Industri menggunakan listrik dari PLN
22:37Dan lain-lain
22:39Nah kemudian
22:41Yang penting lagi itu dari sisi
22:43Negative externality dari penggunaan
22:45Fosil
22:47Nah kita lihat bahwa fosil ini
22:49Itu akan menghasilkan emisi yang lebih
22:51Tinggi
22:53Katakan kita sudah ada net zero emission
22:55Dan lain-lain
22:57Contohnya
22:59Saya melakukan beberapa kajian
23:01Terutama dari sisi biofuels
23:03Kebijakan biofuels
23:05Katakan dengan
23:07Mitigasi perubahan iklim
23:09Misalkan dengan penggunaan land use
23:11Dan lain-lain, itu sudah ada
23:13Konflik, karena apa?
23:15Ketika misalkan ingin meningkatkan biofuels
23:17Nah rupanya apa?
23:19Kemungkinan kebutuhan lahan nya tidak cukup
23:21Sementara kalau kita lihat
23:23Katakan net zero emission skenario
23:25Itu sudah diterapkan
23:27Ada sekian juta hektare
23:29Tetapi kondisinya, kalau misalkan kita langsung
23:31Mem-boost bahwa
23:33Renewables itu dari biofuels
23:35Maka land use nya ini tidak cukup
23:37Dan itu akan meningkatkan
23:39Hutang karbon kita
23:41Nah kalau misalkan kita berbicara hutang karbon, berapa sih hutang karbon
23:43Indonesia yang sekarang
23:45Akibat kita penggunaan
23:47Apa?
23:49Ataupun misalkan land use conversion
23:51Ataupun energi dan lain-lain
23:53Itu berdasarkan
23:55Beberapa hasil riset itu
23:57Minimal kita itu di sekitar 100 tahun
23:59Dan bahkan ada kalau misalkan itu
24:01Mengkonversi lahan gambut, itu bisa dikisaran
24:03Sekitar 486 tahun
24:05Artinya apa? Artinya
24:07Kalau misalkan bahwa
24:09Kebijakan
24:11Energi kita itu masih berorientasi
24:13Fosil fuels
24:17Walaupun memang itu sulit
24:19Kalau misalkan kita
24:21Memaksakan pun untuk mengatakan
24:23Renewables, kita uangnya gak ada
24:25Kemudian ketika
24:27Misalkan kita fosil fuels
24:29Itu adalah yang paling murah
24:31Kemudian ketika misalkan kita turunkan
24:33Secara drastis itu akan
24:35Menurunkan pertumbuhan
24:37Ekonomi itu dengan drastis
24:39Katakan itu bisa ada
24:41Tapi kalau misalkan dari skenario yang hasil saya
24:43Lakukan itu bisa turun sampai dengan 1%
24:45Pertumbuhan ekonomi, artinya itu gawat lah ya
24:47Seperti tadi dikatakan oleh
24:49Pak Satya bahwa itu akan chaos
24:51Ya betul, karena apa? Karena pertumbuhan ekonomi
24:53Itu bisa langsung decline
24:55Nah tetapi diantara hal tersebut
24:57Pembiayaan ini
24:59Kita masih
25:01Dengan pembiayaan yang kita pakai misalkan
25:03Dari public goods itu kita gak cukup
25:05Kenapa? Karena kita juga harus membiayai
25:07Misalkan nanti ada peningkatan
25:09Emisi, kemudian juga ada peningkatan
25:11Polusi
25:13Nah tetapi, yang paling penting
25:15Apa? Yang paling penting itu adalah
25:17Penyediaan sejumlah
25:19Suply energi yang paling banyak
25:21Jadi ketika misalkan fosil itu
25:23Hanya 1 atau 2, tapi renewables
25:25Kita itu harusnya banyak, karena kan
25:27Kalau kita lihat di konsep ekonomi ketika
25:29Misalkan demandnya banyak, ya suplynya harus banyak dong
25:31Artinya suplynya harus banyak
25:33Itu bahwa dia harus ada portfolio
25:35Beragam jenis misalkan marginal
25:37Ataupun jenis-jenis teknologi
25:39Yang bisa menurunkan emisi
25:41Baik itu energi baru dan terbarukan
25:43Yang lain-lain, dan pemerintah
25:45Itu harus bisa secara akurat
25:47Mampu membiayai hal tersebut
25:49Dan kita sekarang masih belum punya
25:51Nah itu dia, yang menarik lantas seperti apa?
25:53Untuk menjaga konsistensinya, kita akan bahas nanti
25:55Di segmen berikutnya, kita masih ada 1 segmen terakhir
25:57Pak Yayan dan juga Pak Satya
25:59Kami akan segera kembali
26:08Ya semakin menarik perbincangan kita
26:10Terkait dengan energi terbarukan
26:12Begitu bersama dengan Pak Satya Widayudan
26:14Buat Dewan Energi Nasional 2020-2024
26:16Dan Pak Yayan Satyakti
26:18Pangmat Ekonomi Energi Universitas Pajajaran
26:20Pak Satya, singkat saja Pak
26:22Ini terkait dengan durasi juga nih
26:24Seperti apa sih nanti supaya menjaga konsistensi
26:26Dan mengejar target dari EBT kita nih ke depan?
26:28Ya jadi nanti mas
26:30Ini akan ada teman-teman di Dewan Energi Nasional
26:32Lagi membahas untuk
26:34Perubahan daripada kebijakan energi nasional
26:36Tentunya merasionalisasikan
26:38Semua apa yang menjadi
26:40Forecast ke depan
26:42Jadi tidak heran kalau Menteri SDM
26:44Mengatakan bahwa di tahun 2025
26:46Tidak lagi 23%
26:48Tapi kira-kira bauranya sekitar
26:5017 hingga 19%
26:52Dan tadi saya juga sepakat bahwa
26:54Kita itu sekarang adalah
26:56Memanage daripada emisi
26:58Jadi kalau kita lihat
27:00Persiapan daripada
27:02Net Zero di tahun
27:042060
27:06Itu bahwa tingkat emisi
27:08Yang diharapkan di tahun
27:102060 itu sekitar
27:12129 juta ton CO2
27:14Sehingga apa?
27:16Sehingga lahan yang disiapkan harus bisa menyerap
27:18129 juta ton
27:20Saya ambil contoh di tahun 2025
27:22Tingkat emisinya kita manage
27:24Sekitar 914 sampai 984 juta ton
27:26Itu akan turun-turun
27:28Sampai dengan 129 juta ton
27:30129 juta ton
27:32Apabila ternyata nanti
27:34Tingkat emisi karbon kita di tahun 2060
27:36Itu ternyata masih lebih besar daripada
27:38129 juta ton
27:40Itu tentunya penyiapan lahannya juga harus
27:42Lebih luas
27:44Maka tantangannya adalah
27:46Kalau kita tidak bisa menyediakan lahannya
27:48Maka Net Zero emisi 2060 bisa tidak tercapai
27:50Maka perlu ada konsistensi
27:52Konsistensi penurunan emisi
27:54Menjaga emisi
27:56Dan konsistensi kita menatap masa depan
27:58Itu adalah teknologi
28:00Dan juga affordability dari teknologi itu
28:02Kita harapkan teknologi baterai akan
28:04Murah ke depannya
28:06CCS, CCUS yang dipakai untuk menurunkan
28:08Emisi karbon daripada
28:10Fosil, itu juga makin
28:12Murah. Lantas yang tidak kalah penting adalah
28:14Ekosistem hijau
28:16Karena dengan ekosistem hijau ini
28:18Ada carbon trading, ada reward
28:20And punishment. Jadi kalau tadi
28:22Dibilang externalities ya
28:24Supaya faktor-faktor externalities itu difaktorkan
28:26Jadi bagi yang mengkotori
28:28Ya dia harus bayar pajak lebih mahal
28:30Bagi mereka yang bisa menggunakan
28:32Teknologi bersih, dia akan turun
28:34Maka sasaran kita itu adalah
28:36Pada pengurangan daripada emisi karbon
28:38Langsung saja Pak Ian bagaimana
28:40Review Anda dan proyeksi Anda nih? Singkat saja silahkan
28:42Ya saya kira
28:44Kalau misalkan
28:46Dewan Energi Nasional
28:48Ingin seperti itu ya saya kira
28:50Bagus dan juga itu harus jadi komitmen bagi
28:52Pemerintah ya, jangan
28:54Ini kadang-kadang ini kebijakan
28:56Politik ya, kebijakan pemerintah
28:58Dan kebijakan teknokratis
29:00Itu gak nyambung, itu aja sih
29:02Jadi harus ada konsistensi, gak akan
29:04Harmful subsidies ya, kemudian juga
29:08Kalau kita lihat bahwa
29:10Pemerintah harus memikirkan juga
29:12Yaitu demand
29:14Energy management. Ini industri juga
29:16Harus diajak dong, agar dia bisa
29:18Mengkonsumsi dan menurunkan emisi
29:20Nah sementara kebijakan itu masih gak ada
29:22Kalau industri itu dibiarkan ya
29:24Sehingga bagaimana dengan
29:26Kapasitas pembiayaannya
29:28Itu di Just Energy Transition Partnership juga
29:30Itu tidak, saya lihat itu hanya dari
29:32Sisi public goods, tetapi tidak
29:34Melibatkan industri
29:36Karena apa? Karena kan yang membutuhkan energi itu industri
29:38Bukan rumah tanggal loh
29:40Sehingga disini demand management
29:42For energy, nah itu menjadi
29:44Hal yang sangat krusial
29:46Baik itu dia
29:48Berarti demand untuk manajemennya
29:50Kemudian ada lagi tadi supaya
29:52Emisinya juga kita manage dengan baik
29:54Itu menjadi salah satu solusi untuk memujudkan
29:56EBT Indonesia bisa tepat
29:58Sasaran dan sesuai target ini
30:00Pak Satya, terima kasih banyak atas
30:02Waktu dan sharing yang sudah Anda sampaikan
30:04Pak Ian juga terima kasih atas analisis yang sudah Anda
30:06Berikan kepada pemirsa pada hari ini
30:08Selamat melanjutkan aktivitas Anda kembali
30:10Salam sehat Pak Satya, Pak Ian
30:12Terima kasih

Recommended