Pada tahun 2013, Dokter Tirta membuat keputusan hidup dengan memilih untuk mengikuti agama Islam, mengubah jalan hidupnya. Meskipun pada awalnya dibesarkan dalam keluarga Katolik dengan kedua orangtuanya memiliki keyakinan yang berbeda, Tirta memilih untuk mengikuti jejak ayahnya dan memeluk agama Islam ketika usianya baru 23 tahun.
Setelah memasuki usia 23 tahun pada tahun 2013, Tirta Mandira Hudhi, yang sebelumnya bernama Tirta, mengambil langkah berani dalam perjalanan kehidupannya dengan memeluk agama Islam.
Transisi dari Katolik menjadi seorang mualaf adalah langkah besar bagi dokter muda ini, menunjukkan keteguhan hati dan dedikasi pada keyakinannya. Meskipun tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang agama yang berbeda antara ayah yang Islam dan ibu yang Katolik, keputusannya untuk mengikuti Islam, membentuk identitasnya yang baru dan mendalam.
Sebelum memutuskan untuk memeluk Islam, Tirta Mandira Hudhi, seorang pria asli Solo, Jawa Tengah, telah terbiasa dengan kehidupan dan nilai-nilai yang dianut oleh umat Islam di sekitarnya. Dipengaruhi oleh ayahnya yang seorang Muslim dan lingkungan sosialnya yang mayoritas beragama Islam, Tirta merasa akrab dengan kehidupan sehari-hari umat Islam.
Dia sering berinteraksi dengan teman-teman Muslimnya di sekitar masjid Al-Fajru, sambil menjalankan kegiatan agamanya di gereja Santo Antonius Purbayan. Perpaduan harmonis antara lingkungan beragama yang beragam membentuk dasar bagi toleransi di antara mereka, sehingga memperkuat kedekatan spiritualnya dengan Islam.
Setelah memasuki usia 23 tahun pada tahun 2013, Tirta Mandira Hudhi, yang sebelumnya bernama Tirta, mengambil langkah berani dalam perjalanan kehidupannya dengan memeluk agama Islam.
Transisi dari Katolik menjadi seorang mualaf adalah langkah besar bagi dokter muda ini, menunjukkan keteguhan hati dan dedikasi pada keyakinannya. Meskipun tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang agama yang berbeda antara ayah yang Islam dan ibu yang Katolik, keputusannya untuk mengikuti Islam, membentuk identitasnya yang baru dan mendalam.
Sebelum memutuskan untuk memeluk Islam, Tirta Mandira Hudhi, seorang pria asli Solo, Jawa Tengah, telah terbiasa dengan kehidupan dan nilai-nilai yang dianut oleh umat Islam di sekitarnya. Dipengaruhi oleh ayahnya yang seorang Muslim dan lingkungan sosialnya yang mayoritas beragama Islam, Tirta merasa akrab dengan kehidupan sehari-hari umat Islam.
Dia sering berinteraksi dengan teman-teman Muslimnya di sekitar masjid Al-Fajru, sambil menjalankan kegiatan agamanya di gereja Santo Antonius Purbayan. Perpaduan harmonis antara lingkungan beragama yang beragam membentuk dasar bagi toleransi di antara mereka, sehingga memperkuat kedekatan spiritualnya dengan Islam.
Category
✨
Manusia