Keluhkan Kelangkaan dan Tingginya Harga Pupuk: Dugaan Ulah Pengecer Nakal

  • bulan lalu
Sejumlah petani yang tergabung dalam kelompok tani "Elliya Tani" di Bunga Mayang, OKU Timur, mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi dan tingginya harga pupuk yang mereka terima.

Kondisi ini membuat mereka kesulitan untuk menanam jagung, yang seharusnya menjadi komoditas utama mereka.

Dalam upaya memahami situasi ini, beberapa media dan LSM melakukan penelusuran di lapangan untuk mengidentifikasi penyebab kelangkaan pupuk tersebut.

Sebagaimana diketahui, pemerintah tahun ini telah meningkatkan kuota pupuk bersubsidi secara nasional, dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton, dengan tujuan untuk meringankan beban para petani kecil selama musim tanam.

Namun, meskipun kuota telah ditingkatkan, kenyataannya pupuk bersubsidi tetap langka dan harganya melonjak di pasaran.

Berdasarkan investigasi yang dilakukan selama beberapa minggu, diduga kelangkaan ini disebabkan oleh ulah kios pengecer yang nakal.

Mereka diduga sengaja mengurangi jatah pupuk bersubsidi untuk dijual kepada pengusaha perkebunan dengan harga lebih tinggi.

Dugaan ini diperkuat dengan pengakuan dari sejumlah petani yang menyatakan bahwa pupuk yang mereka terima tidak sesuai dengan kuota yang tertera di kartu tani mereka.

Para petani dari kelompok tani Elliya Tani melaporkan bahwa mereka hanya menerima jatah pupuk sebanyak 5 kwintal (500 kg) per anggota, yang terdiri dari 3 zak pupuk Urea dan 2 zak pupuk Ponska.

Padahal, kuota di kartu tani mereka menunjukkan bahwa seharusnya setiap anggota berhak mendapatkan hampir 2 ton (2.000 kg) pupuk.

Para petani juga menyebutkan bahwa mereka membeli pupuk di kios Sudefi dengan harga Rp150.000 per zak, jauh di atas harga resmi pupuk bersubsidi.

Reporter : Musfiran

Dianjurkan