Ganjar-Mahfud Pastikan Arah Politiknya usai Kalah di Pilpres 2024

  • 2 bulan yang lalu
Mantan Calon Presiden (Capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menegaskan bahwa dirinya tak akan bergabung dalam pemerintahan Prabowo-Gibran.

Hal ini diungkapkan Ganjar saat acara halal bihalal Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, di Jakarta Pusat, Senin (6/5/2024).

Ganjar mengatakan, keputusannya berada di luar pemerintahan bukan berarti dirinya tidak mencintai Indonesia, mencintai negara bisa dilakukan meski berada di luar pemerintahan.

"Kita tidak akan pernah berhenti untuk mencintai republik ini, kita akan mengawal dengan benar, dan saya declare pertama, saya tidak akan bergabung di pemerintahan ini," kata Ganjar.

Meski memilih tak bergabung, Ganjar menyatakan sangat menghormati pemerintahan Prabowo Gibran untuk periode 2024-2029.

"Saya sangat menghormati pemerintahan ini, dan kami akan melakukan kontrol dengan cara yang benar," ujarnya.

Mantan Gubernur Jawa tengah itu yakin, langkah yang dia tempuh ini untuk menunjukkan moralitas politik sebab cara berpolitik bangsa Indonesia harus naik kelas dan terhormat.

"Sehingga moralitas politiknya ada, cara berpolitik yang benar musti naik kelas, dan semua sama-sama terhormat, tidak perlu saling mencibir. Karena mencibir kita yang paling benar adalah di jalur yang pas, apa itu? Jalur parlemen. Itulah cara yang paling bagus. Kita bisa melakukan tindakan-tindakan yang pas untuk melakukan suatu kontrol," tandas dia.

Sementara itu, Mantan Calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud Md, menyatakan akan melakukan perjuangan lewat gerakan politik.

Dia mencontohkan, akan mengkonsolidasikan gerakan masyarakat sipil pejuang demokrasi.

"Saya itu sedang berkonsolidasi untuk mengkonsolidasi civil society yang pernah berjalan dalam satu barisan untuk membangun demokrasi," kata dia.

Selain itu Mahfud juga mengaku bakal Kembali mengajar di Perguruan tingg setelah kalah dalam kontestasi Pemilu 2024.

Mahfud mengatakan, menjadi pengajar merupakan cara yang ia tempuh untuk memperbaiki praktik hukum di Indonesia yang menurutnya sedang rusak.

"Saya kembali ke kampus dan terutama meluruskan cara kita berhukum. Cara berhukum saat ini sedang agak rusak. Ketika membuat undang-undang, lalu diselerakan dengan selera elite-elite yang punya kepentingan jangka pendek dan kepentingan kelompok kecil," ujar dia.