Properti Lesu, Permintaan Pelangkiran di Kapal Badung Menurun

  • 2 tahun yang lalu
Pertumbuhan industri properti yang melesu berimbas pada daya beli masyarakat terhadap pelangkiran sejak Pandemi menerpa. Permintaan akan pelangkiran menurun sebesar 30 persen.

Hal ini diungkapkan perajin pelangkiran di Banjar Jero Kapal, Kapal, Mengwi, Badung, I Made Martana. Sebelumnya, lebih lanjut, ia menuturkan pada musim ramai 80 pelangkiran mampu terjual hingga ke Lombok di luar pesanan pelanggan di daerah Badung dan sekitarnya.

Namun, kondisi saat ini permintaan tidak menentu per bulannya. Jika dirata-ratakan kurang lebih hanya 40 biji pelangkiran mampu terjual dalam dua bulan.

Menurunnya permintaan selain disebabkan karena kondisi ekonomi, juga karena lesunya pembangunan properti khususnya untuk perumahan. Sebelumnya sebagian pelanggan berasal dari masyarakat yang memiliki rumah baru di kompleks perumahan.

"Penjualan pelangkiran menurun sejak pandemi. Sampai saat ini, kondisinya juga masih sepi pesanan," katanya, belum lama ini di Kapal, Badung.

Sebelumnya pesanan datang dari daerah Lombok yang mencapai puluhan biji pelangkiran setiap bulannya.

"Sebelumnya produk saya ini sampai terkirim ke Lombok sebanyak, 80 biji pelangkiran untuk sekali kirimnya hanya melayani satu pelanggan saja. Tetapi, saat ini paling banyak dipesan hanya 40 biji pelangkiran selama dua bulan," katanya.

Sebelum pandemi dalam sehari, ia mampu menjual 10 biji pelangkiran langsung di tempat usahanya. Sedangkan saat ini, 10 biji pelangkiran baru mampu terjual dalam kurun waktu satu bulan. Untuk harga pelangkiran berbahan baku kayu cempaka rata-rata dijual mulai dari Rp60.000 sampai Rp800.000 per biji.

Martana berharap kepada Pemerintah terkait untuk dapat membantu sisi permodalan untuk biaya produksi yang terkendala naiknya beberapa bahan dasar pembuatan pelangkiran.

Dianjurkan