Siapa pun bisa mengalami disleksia, namun riwayat keluarga dengan disleksia merupakan faktor risiko terpenting. Pasalnya 23 hingga 65 persen orangtua disleksia akan memiliki anak yang disleksia juga.
Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Masalah ini menjadi pembahasan menarik dalam mini symposium di RS Melinda 2 Bandung, belum lama ini. Sedikitnya 180 peserta dari kalangan ibu rumah tangga dan pemerhati anak, mengikuti mini symposium di lantai 6 RS Melinda 2 Bandung.
Mereka mendapat banyak ilmu mengenai disleksia. Simposium menghadirkan pembicara handal dari Inggris, Angela Fawcett, yang juga Vice President of British Dyslexia Association. Doktor Purboyo Solek dari kedokteran Unpad sebagai pembicara pertama mengulas dasar-dasar pemikiran tentang disleksia.
Pembicara kedua Ketua Umum Asosiasi Disleksia Indonesia doktor Kristiantini Dewi. Sedangkan inti dari symposium itu adalah dialog mendalam dengan Profesor Angela Fawcett. Bagi Angela, disleksia bukan penyakit fisik, dan penderitanya pun tidak kelihatan sedang menderita.
SB: Angela Fawcett | Vice President of British Dyslexia Association
Orangtua harus mendukung jika mengetahui anaknya disleksia. Itu bukan penyakit akut. Karena banyak penderita disleksia menjadi orang sukses. Lihat saja Abraham Lincoln, Albert Instein dan tokoh dunia lainnya.
SB: Dr. Kristiantini Dewi | Ketua Umum Asosiasi Disleksia Indonesia
Dua tokoh disleksia itu menyarankan agar sebaiknya kita mesti cepat mengetahui disleksia sejak dini, baik diri sendiri maupun anak-anak. Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan kondisi biokimia otak yang tidak stabil. Dan dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orangtua.
isur suryana melaporkan ...
Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Masalah ini menjadi pembahasan menarik dalam mini symposium di RS Melinda 2 Bandung, belum lama ini. Sedikitnya 180 peserta dari kalangan ibu rumah tangga dan pemerhati anak, mengikuti mini symposium di lantai 6 RS Melinda 2 Bandung.
Mereka mendapat banyak ilmu mengenai disleksia. Simposium menghadirkan pembicara handal dari Inggris, Angela Fawcett, yang juga Vice President of British Dyslexia Association. Doktor Purboyo Solek dari kedokteran Unpad sebagai pembicara pertama mengulas dasar-dasar pemikiran tentang disleksia.
Pembicara kedua Ketua Umum Asosiasi Disleksia Indonesia doktor Kristiantini Dewi. Sedangkan inti dari symposium itu adalah dialog mendalam dengan Profesor Angela Fawcett. Bagi Angela, disleksia bukan penyakit fisik, dan penderitanya pun tidak kelihatan sedang menderita.
SB: Angela Fawcett | Vice President of British Dyslexia Association
Orangtua harus mendukung jika mengetahui anaknya disleksia. Itu bukan penyakit akut. Karena banyak penderita disleksia menjadi orang sukses. Lihat saja Abraham Lincoln, Albert Instein dan tokoh dunia lainnya.
SB: Dr. Kristiantini Dewi | Ketua Umum Asosiasi Disleksia Indonesia
Dua tokoh disleksia itu menyarankan agar sebaiknya kita mesti cepat mengetahui disleksia sejak dini, baik diri sendiri maupun anak-anak. Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan kondisi biokimia otak yang tidak stabil. Dan dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orangtua.
isur suryana melaporkan ...
Category
✨
People