Profil Ki Hajar Dewantara - Bapak Pendidikan Nasional

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Setelah tidak menuntaskan pendidikan dokternya karena sakit, Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan. Ki Hajar Dewantara pernah bekerja di beberapa surat kabar yaitu Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Pada 1908, Ki Hajar Dewantara bergabung dalam Boedi Oetomo. Ki Hajar Dewantara menyadarkan masyarakat akan pentingnya semangat persatuan bangsa Indonesia.

Kemudian bersama dengan Douwes Dekker dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo mereka membentuk organisasi Indische Partij. Mereka bertiga dikenal dengan 'Tiga Serangkai'.

Dalam dunia jurnalistik, Ki Hajar Dewantara dikenal mempunyai gaya menulis yang khas, yaitu cenderung tajam dan menyinggung kolonial.

Salah satu tulisannya yang berjudul Als Ik Eens Nederlander was (andaikan aku seorang Belanda) dianggap menyinggung kolonial. Tulisan tersebut adalah sebuah reaksi terhadap rencana pemerintah Belanda yang akan mengadakan perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Perancis. Perayaan itu akan dilaksanakan pada November 1913 dengan memungut biaya kepada rakyat secara paksa.

Tulisan tersebut membuat Ki Hajar Dewantara diasingkan oleh kolonial. Awalnya Ki Hajar Dewantara akan diasingkan di Pulau Bangka. Kabar pengasingan ini menuai protes dari anggota 'Tiga Serangkai' lainnya yaitu Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo. Kemudian mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada 1913.

Saat masa pengasingan di Belanda Ki Hajar Dewantara berhasil mendapatkan ijazah Europeesche Akte, ijazah pendidikan bergengsi di Belanda. Dengan bekal inilah nantinya Ki Hajar Dewantara membangun lembaga pendidikan di Indonesia.