JAKARTA, KOMPAS.TV - Paus Fransiskus juga dikenal sebagai pemimpin agama yang konsisten mengecam korupsi.
Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, melihat korupsi adalah sebuah kejahatan besar namun justru dilakukan oleh saudara-saudara kita yang semestinya ikut bertanggung jawab untuk membangun kebaikan bangsa.
"Yang paling menderita dari korupsi itu adalah saudara-saudara kita yang lemah. Padahal, di lubuk hati beliau yang paling dalam, keberpihakan pada saudara-saudara kita yang kurang beruntung, lemah terpinggirkan, itu dahsyatnya bukan main," katanya.
Pemikir Kebhinnekaan, Sukidi mengingat salah satu ajaran Paus Fransiskus, yakni tentang kepemimpinan yang melayani. Paus Fransiskus pernah mengatakan: "Jikalau Anda berada dalam posisi memegang kekuasaan, maka jadilah suci dengan bekerja untuk kebaikan dan bukan untuk kepentingan diri sendiri".
Menurut Sukidi, inilah yang hilang dalam konteks berbangsa dan bernegara karena kultur masyarakat yang feodal; ketika pemimpin lebih senang untuk dilayani sehingga lupa tentang kepemimpinan untuk melayani kaum papa dan lemah.
Budiman Tanuredjo membahasnya bersama:
- Sukidi Pemikir Kebhinnekaan
- Ignatius Kardinal Suharyo Uskup Keuskupan Agung Jakarta
- Josie Susilo Wartawan Harian Kompas
- Lukman Hakim Saifuddin Tokoh Gerakan Nurani Bangsa
- Michael Trias Kuncahyono Duta Besar RI untuk Tahta Suci Vatikan
Saksikan dalam Satu Meja the Forum episode Perginya Pembela Kaum Papa. Tayang Rabu, 23 April 2025 pukul 20.30 WIB LIVE di KompasTV.
#pausfransisus #pausfransiskusmeninggal #popefrancis
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/588948/paus-fransiskus-pemimpin-agama-yang-konsisten-mengecam-korupsi-satu-meja
Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, melihat korupsi adalah sebuah kejahatan besar namun justru dilakukan oleh saudara-saudara kita yang semestinya ikut bertanggung jawab untuk membangun kebaikan bangsa.
"Yang paling menderita dari korupsi itu adalah saudara-saudara kita yang lemah. Padahal, di lubuk hati beliau yang paling dalam, keberpihakan pada saudara-saudara kita yang kurang beruntung, lemah terpinggirkan, itu dahsyatnya bukan main," katanya.
Pemikir Kebhinnekaan, Sukidi mengingat salah satu ajaran Paus Fransiskus, yakni tentang kepemimpinan yang melayani. Paus Fransiskus pernah mengatakan: "Jikalau Anda berada dalam posisi memegang kekuasaan, maka jadilah suci dengan bekerja untuk kebaikan dan bukan untuk kepentingan diri sendiri".
Menurut Sukidi, inilah yang hilang dalam konteks berbangsa dan bernegara karena kultur masyarakat yang feodal; ketika pemimpin lebih senang untuk dilayani sehingga lupa tentang kepemimpinan untuk melayani kaum papa dan lemah.
Budiman Tanuredjo membahasnya bersama:
- Sukidi Pemikir Kebhinnekaan
- Ignatius Kardinal Suharyo Uskup Keuskupan Agung Jakarta
- Josie Susilo Wartawan Harian Kompas
- Lukman Hakim Saifuddin Tokoh Gerakan Nurani Bangsa
- Michael Trias Kuncahyono Duta Besar RI untuk Tahta Suci Vatikan
Saksikan dalam Satu Meja the Forum episode Perginya Pembela Kaum Papa. Tayang Rabu, 23 April 2025 pukul 20.30 WIB LIVE di KompasTV.
#pausfransisus #pausfransiskusmeninggal #popefrancis
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/588948/paus-fransiskus-pemimpin-agama-yang-konsisten-mengecam-korupsi-satu-meja
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Terima kasih.
00:30Nah ya, sejak saya pertemuan pertama dan kemudian sampai sekarang, kurang-kurangnya saya sudah 14 kali bertemu langsung.
00:37Langsung berjabat-jabat beberapa sedikit gitu.
00:40Baru saya, Paus Prasisi itu sangat perhatian.
00:44Bagi seorang pemimpin, kan seorang Paus, Papa, Bapak itu menjadi sangat perhatian.
00:49Dan kalau bicara, itu selalu menangkap wajah kita, mata kita, caraku tidak pernah mengarahkan pandangannya kepada orang lain.
00:57Pada waktu saya pertama kali bertemu, 11 Desember 2023, di sana di ruang perusakanya, saya bertemu 20 menit dan bicara dengan Paus.
01:08Ada penerjemah karena Paus menggunakan bahasa Italia atau bahasa Spanyol yang saya tidak bisa.
01:13Dan waktu itu, itu sama sekali tidak pernah menoleh pada penerjemah.
01:18Tapi selalu saya berpandangan langsung.
01:21Ya artinya itu sangat perhatian, artinya fokus pada yang diajak percaya.
01:26Kemudian yang kedua, saya katakan perhatian, karena setelah pertemuan saya yang ketiga ke keempat itu, langsung hafal dengan wajah saya ini.
01:34Saya ketemu langsung mengatakan,
01:35Sambil tertawa, ciri khas Paus kan dua, matanya selalu berbinar, dan kemudian ketulus hatian dan tertawa, senyum.
01:46Wimi tegikan, Mas Andor, Indonesia.
01:48Lalu dia Paus mengatakan Indonesia.
01:50Ya setiap kali bertemu, sampai yang terakhir bertemu, kira-kira bulan itu Maret, saya bertemuan terakhir, langsung begitu, juga langsung.
01:57Itu menurut saya yang paling menkesankan pertemuan terakhir itu.
02:01Karena saya, teman-teman itu ada di Santa Marta, saya menghadiri pertemuan bisnis internasional di sana.
02:09Kemudian saya duduk di depan, ketika Paus masuk ke ruangan, didorong, dalam kursi-kursi itu mengarah ke saya.
02:17Dan persis berhenti di depan saya, langsung dalaman, langsung mengatakan, kita ketemu lagi, ambasador, Indonesia.
02:23Oke, baik Pak Dubes, Bapak Kardinal, juga yang Bapak Kardinal pernah ungkapkan dalam Jumpa Pes ketika Paskah,
02:37itu soal masuk pada isu yang juga sangat kronis Indonesia, soal korupsi.
02:42Luka-luka bernanah adalah sebuah gregetanya Paus terhadap situasi itu.
02:48Gimana Bapak Kardinal mengatakan, apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Paus dengan luka-luka bernanah itu sendiri?
02:55Kita semua tahu yang namanya korupsi itu kan kejahatan besar ya, bukan sekedar kejahatan kecil.
03:03Apalagi kalau korupsinya itu dilakukan oleh saudara-saudara kita,
03:10yang semestinya ikut bertanggung jawab untuk membangun kebaikan bersama.
03:18Kalau korupsi itu dilakukan misalnya oleh saudara-saudara kita yang memang gajinya kurang dan sebagainya itu,
03:26memang secara moral tetap salah ya.
03:28Tetapi yang dikatakan luka-luka bernanah itu yang dilakukan oleh saudara-saudara kita,
03:33yang semestinya ada pada posisi tinggi, posisi yang bisa menentukan strategis,
03:40tapi justru menggunakan posisinya itu tidak untuk kepentingan bersama,
03:46tetapi untuk entah kepentingannya siapa.
03:49Kepentingan sendiri, kepentingan keluarga, kepentingan yang lain-lain.
03:54Itu yang sungguh-sungguh diberi tekanan yang sangat tegas.
04:02Karena apalandasanya, alasannya adalah yang paling menderita dari korupsi,
04:12itu adalah sekali lagi saudara-saudara kita yang lemah.
04:17Padahal dilubuk hati bilai yang paling dalam,
04:21keberpihakan kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung,
04:26yang lemah, yang terpinggirkan,
04:28itu dasyatnya bukan main.
04:31Dan kembali lagi,
04:33kalau ditanya kenapa paus begitu keras dalam hal-hal seperti ini,
04:38jawabannya menurut saya kembali kepada pengalaman dasar.
04:40Pengalaman pribadi.
04:42Pengalaman pribadi tentang Allah yang disebut tadi oleh Mas Sukiti,
04:47ketika dia berusia 17 tahun,
04:49jadi jangan dipikirkan itu baru tiba-tiba muncul pada waktu beliau menjadi paus.
04:54pengalaman dasar itu terjadi pada dirinya pada waktu beliau berusia 17 tahun.
05:03Kalau saya boleh bercerita sedikit apa yang terjadi.
05:06Jadi waktu itu,
05:08dia ingin ikut di dalam perjumpaan orang-orang muda.
05:14Dalam perjalanan menuju tempat pesta,
05:17ia lewat satu gereja,
05:19dan dia melihat seorang pastor di situ.
05:21Dia memutuskan berhenti,
05:24masuk di dalam gereja,
05:26dan minta dilayani sakramen rekonsiliasi.
05:30Nah pada waktu itu,
05:32dia mendengar kotbah.
05:34Kotbah dari seorang kudus abad ke-7 dan ke-8,
05:38sudah tua,
05:40mengenai panggilan Rasul Matius.
05:43Rasul Matius itu adalah seorang pemungut cukai.
05:47Itu sangat dibenci oleh masyarakat.
05:49Karena pemungut cukai itu berpihak kepada penjajah,
05:54satu.
05:55Dan biasanya menarik lebih daripada yang seharusnya.
05:58Maka sangat dibenci oleh masyarakat terpinggir.
06:03Nah, kotbah itu bunyinya begini.
06:07Ketika Yesus memandang dengan mata penuh kerahiman,
06:14ia memanggil dia.
06:16Kata rahim tadi belas kasih maharahim dan sebagainya.
06:21Maka gambaran Allah yang maharahim itu nancep di dalam batinya.
06:26Dan maharahim itu,
06:29di tujuh kerahiman itu ditujukan kepada Matius.
06:32Orang yang terpinggirkan,
06:34orang yang dibenci oleh masyarakat,
06:37tetapi kemudian dipanggil untuk menjadi Rasul.
06:41Itu akarnya di situ.
06:43Dari keberbihakan kepada saudari-saudara kita yang lemah terpinggir,
06:48itu akarnya di pengalaman ini.
06:50Pada waktu beliau berusia 17 tahun.
06:53Dan kalau melihat lambang kepausan beliau,
06:57itu tulisannya itu.
06:58Miserando atque eligendo.
07:01Itu kotbah yang dia dengar pada usia 17 tahun.
07:05Sekarang dibawa menjadi lambang kepausan.
07:08Mas Uki Di,
07:11kalau tadi dari Bapak Kardinal yang disetikkan,
07:13memang korupsi itu menjadi concern dari PAOS.
07:17Nah kalau kita domestifikasi ke Indonesia,
07:20apakah kemudian inspirasi bahwa korupsi adalah luka-luka yang bernanah,
07:27itu bisa betul-betul membantu negeri ini untuk bebas dari korupsi itu?
07:32Ajaran PAOS yang saya kenang dalam konteks pemberantasan korupsi adalah pesan PAOS.
07:42Jikalau Anda berada dalam posisi memegang kekuasaan,
07:49maka jadilah suci dengan bekerja untuk kebaikan dan kesejahteraan bersama,
07:57bukan untuk kepentingan diri sendiri.
08:00Ini saya kira falsafah kepemimpinan yang cukup dalam tentang pentingnya servant leadership.
08:09Kepemimpinan yang melayani.
08:11Kepemimpinan yang melayanilah yang hilang dalam konteks kita berbangsa dan bernegara.
08:17Karena kultur masyarakat yang feudal,
08:20di mana pemimpin lebih senang untuk dilayani sebagai endoro,
08:24sebagai raja besar maupun raja-raja kecil,
08:27sehingga lupa tentang kepemimpinan yang mestinya melayani kaum papa, kaum miskin, kaum lemah.
08:35Falsafah kepemimpinan ini mengingatkan saya pada salah satu santo yang begitu terkenal dalam tradisi awal Kristen,
08:45adalah Santo Paulus.
08:46Santo Paulus memberikan satu penekanan bahwa dalam melayani kepentingan bersama,
08:56maka selalu berpikirlah bahwa kepentingan orang lain itu selalu didaulukan daripada kepentingan diri sendiri.
09:05Selalu berpikirlah bahwa orang lain itu adalah lebih baik dan lebih perlu diperhatikan ketimbang kepentingan diri sendiri.
09:16Dan ini senafas dengan pesan Paulus Franciscus bahwa Anda hidup bahagia,
09:26tentu saja itu hal baik.
09:28Tetapi jauh lebih baik, kata Paulus Franciscus,
09:33untuk melihat orang lain bahagia karena kamu.
09:35Jadi semangat untuk melayani yang lain karena konsentrasi untuk mencederakan kepentingan bersama daripada kepentingan bersendiri,
09:47itulah sebenarnya falsafah kepemimpinan yang mestinya kita petik sebagai satu falsafah untuk memimpin Republik ini.
09:55Dan terakhir yang terpenting Mas Widiman adalah kenapa penghormatan kepada Paulus ini begitu luas.
10:03Dan ingin mengingatkan kita kepada penghormatan pada tokoh seperti Nelson Mandela,
10:09pada tokoh seperti Martin Luther, pada Bunda Teresa,
10:13karena kerinduan dunia dan Indonesia pada kepemimpinan yang penuh welas asih.
10:18Penuh bersikap empati, bersikap membersamai kaum papa.
10:23Bukan memuja dan menjilat mereka yang berkuasa,
10:26tapi justru selalu membersamai dan membela kaum papa.
10:29Dan itulah keteladanan Paulus yang kita rindukan untuk Republik Indonesia.
10:34Oke baik Mas Yudhi, kembali ke Mas Lukman.
10:36Gerakan nurani bangsa juga punya concern yang sama dengan Paulus yang mengatakan soal problem korupsi yang mengakar.
10:42Tapi kenapa? Kelihatnya agak susah ya untuk mengatasi korupsi di Indonesia yang sudah sangat mengakar itu sebenarnya.
10:50Iya, jadi saya ingin akan melihat Paulus ini dalam relevansinya atau dalam konteks keindonesiaan kita ya.
11:04Jadi saya ingin menggaris bawahi tadi Bapak Kardinal melihat dengan mata kerahiman.
11:09Saya teringat ungkapan ulama atau ahli agama itu umumnya adalah
11:19Jadi mereka yang melihat umatnya dengan mata kasih sayang, rahmah gitu.
11:30Compassion tadi istilahnya, welas asih tadi itu.
11:33Nah, jadi ini sebenarnya akar dari inti ajaran agama itu sendiri.
11:41Karena inti ajaran agama itu kan memanusiakan manusia.
11:44Nah, Bapak Seri Paus ini adalah sosok yang memang sudah sampai pada titik ini.
11:52Jadi makna agama itu adalah memanusiakan manusia.
11:58Sehingga lalu kemudian yang mewujud, yang mengejawantah, yang manifest dari dirinya adalah tadi itu.
12:04Compassion, welas asih, rahmah.
12:07Lalu menolak ketidakadilan, menolak korupsi, bentuk kekerasan.
12:12Pokoknya yang terkait dengan kemanusiaan itu selalu terkait dengan dirinya.
12:17Karena itu yang beliau, berdasarkan pengalaman-pengalaman beliau.
12:21Nah, oleh karenanya relevansinya bagi Indonesia menurut saya,
12:25karena kita dikenal bangsa yang religius, katanya begitu ya.
12:28Agama adalah sesuatu yang begitu penting, begitu vital.
12:32Maka bagaimana mengikuti contoh teladan dari Paus ini,
12:40bagaimana setiap kita, umat beragama, apapun agama yang dianutnya,
12:44itu sampai kepada titik inti dari ajaran agama itu sendiri.
12:48Yang memanusiakan manusia.
12:50Karena kalau sudah sampai itu, maka yang tercermin dari,
12:55yang terekspresikan dari perkataannya, perilakunya, sikapnya adalah ya,
13:00yang memanusiakan sesamanya.
13:02Sehingga termasuk korupsi itu pasti dengan sendirinya akan,
13:06dengan sendirinya itu akan terbentuk perilaku atau sikap anti korupsi,
13:11kalau sudah sampai pada itu.
13:13Jadi poin yang ingin saya garisbawahi adalah,
13:17meneladani Paus antara lain adalah,
13:21dan yang utama menurut hemat saya adalah,
13:23bagaimana kita termotivasi, terinspirasi,
13:27untuk sampai kepada inti ajaran agama yang memanusiakan manusia itu.
13:31Oke.
13:32Sehingga itu mengeja wantah pada sikap dan tindakan kita.
13:37Yes, kalau banyak orang yang menggambarkan Paus sebagai suska,
13:43tersenyum, sangat ramah.
13:45Tapi ketika beliau bercerita soal korupsi,
13:48akan-akan ada kegeraman ya.
13:50Kegeraman soal praktek korupsi yang sungguh merajalin,
13:53Bapak Kardinal mengatakan itu melemahkan orang-orang yang sudah lemah.
13:58Refleksi Anda sebagai seorang wartawan,
14:00bagaimana ini sebenarnya ajaran agama yang sangat anti korupsi,
14:03tapi kok korupsinya masih tetap merajalin lah juga.
14:07Saya akan menceritakan satu hal yang saya tanyakan
14:10kepada salah satu wartawan senior dari Vatikan.
14:14Waktu itu kami sedikit banyak bicara soal korupsi juga.
14:19Dan teman itu mengatakan bahwa
14:22salah satu yang dilawan oleh Paus di lingkungan terdekatnya adalah favoritisme.
14:29Favoritisme?
14:30Favoritisme.
14:30Lalu saya tanyakan apa bentuknya?
14:33Menurut dia, saya belum mengeceknya sih,
14:36tapi menurut dia,
14:38Paus tidak pernah,
14:40apa namanya,
14:42atau setiap dua tahun sekali,
14:43atau sedikit kurang lebih,
14:45mengganti staff-staff terdekatnya.
14:47Supaya tidak terjadi, apa namanya,
14:50nepotisme,
14:51dan kemudian itu menjadi jalur untuk,
14:53apa namanya,
14:54korupsi segala macam.
14:56Karena kan proyek dengan Vatikan itu kan juga banyak.
14:59Makanya di tahun 2021 kan Paus juga membuat,
15:03apa namanya,
15:04satu aturan baru tentang bagaimana menjalin kerjasama dengan pihak luar tender dan segala macam itu.
15:11Untuk menghindari korupsi-korupsi itu.
15:13Oke.
15:14Karena korupsi terjadi di mana-mana.
15:15Di mana-mana, termasuk di gereja saya kira.
15:17Skandal keuangan dalam gereja kan juga besar.
15:20Oke, baik.
15:21Pak Dubes,
15:23salah satu reform di gereja,
15:25yang juga dilakukan oleh Paus adalah juga,
15:26menata ulang keuangan ya,
15:29yang juga terjadi korupsi.
15:31Mungkin bisa dijelaskan,
15:32apa yang dikerjakan oleh Paus di lingkungan gereja setelah jeda berikut ini?
15:35Ja.
15:37Ya.
15:38Terima kasih.