Pengamat: Kekuatan PDI-P di Jateng Melemah
SEMARANG, KOMPAS.TV - Nama-nama tokoh politik yang bermunculan dibursa kepala daerah kini turun tenggelam, apalagi setelah KPK turun tangan mengobrak-abrik ruang kerja kepala daerah di Kota Semarang. Nama Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau yang dikenal dengan sapaan Mbak Ita pun terseret dalam kasus dugaan korupsi.
Menanggapi polemik ini, pengamat politik Undip, Nur Hidayat Sardini, memberikan tanggapan yang kritis. Beberapa tokoh politik yang diusung oleh partai terkait pun kian carut marut. Dalam hal ini PDI-P yang juga mengusung nama Mbak Ita.
Menurutnya, Jawa Tengah sebagai kandang banteng, dimana posisi partai PDI-P mendominasi dan memiliki kekuatan di wilayah Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang, dalam kontestasi Pilkada 2024 ini kian melemah.
PDI-P yang sebelumnya biasa mengusung calon tunggal, dalam hal ini mengusung Mbak Ita dalam kontestasi pemilihan Wali Kota Semarang 2024, tiba-tiba hari ini terjadi defisit calon.
"Ironis, bagaimana mungkin partai politik pemenang pemilu, yang punya tradisi seperempat abad sebagai pemenang pemilu, sampai hari ini tidak hanya di level Jawa Tengah, tetapi di level Kota Semarang. Lima tahun yang lalu dominasi PDI-P sangat kuat bahkan calon tunggal, dengan hasil 80 persen elektabilitas pilihan rakyat," jelas Nur Hidayat Sardini
"Satu dari enam partai PDI-P calon tunggal, calon tunggal artinya absolutisme pada pencalonan, dan tiba-tiba hari ini kekurangan defisit calon, itu karena insituasionalisasi tidak kuat. Buat saya PDI-P sebagai pemenang pemilu seharusnya punya mental sebagai pemenang, dalam permainan bulu tangkis mental pemenang adalah mental yang mampu mengarahkan permainan," imbuhnya.
Tak hanya di Kota Semarang, di wilayah Jawa Tengah sendiri, untuk pemilihan calon gubernur dan calon wakil gubernur, PDI-P masih belum mengusung nama calonnya. Justru saat ini yang mencuat dipermukaan adalah tokoh yang berasal di luar partai, seperti Ahmad Luthfi, Joko Suranto, dan Kaesang Pangarep.
#pdip #semarang #pilkada
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/528989/pengamat-kekuatan-pdi-p-di-jateng-melemah
Menanggapi polemik ini, pengamat politik Undip, Nur Hidayat Sardini, memberikan tanggapan yang kritis. Beberapa tokoh politik yang diusung oleh partai terkait pun kian carut marut. Dalam hal ini PDI-P yang juga mengusung nama Mbak Ita.
Menurutnya, Jawa Tengah sebagai kandang banteng, dimana posisi partai PDI-P mendominasi dan memiliki kekuatan di wilayah Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang, dalam kontestasi Pilkada 2024 ini kian melemah.
PDI-P yang sebelumnya biasa mengusung calon tunggal, dalam hal ini mengusung Mbak Ita dalam kontestasi pemilihan Wali Kota Semarang 2024, tiba-tiba hari ini terjadi defisit calon.
"Ironis, bagaimana mungkin partai politik pemenang pemilu, yang punya tradisi seperempat abad sebagai pemenang pemilu, sampai hari ini tidak hanya di level Jawa Tengah, tetapi di level Kota Semarang. Lima tahun yang lalu dominasi PDI-P sangat kuat bahkan calon tunggal, dengan hasil 80 persen elektabilitas pilihan rakyat," jelas Nur Hidayat Sardini
"Satu dari enam partai PDI-P calon tunggal, calon tunggal artinya absolutisme pada pencalonan, dan tiba-tiba hari ini kekurangan defisit calon, itu karena insituasionalisasi tidak kuat. Buat saya PDI-P sebagai pemenang pemilu seharusnya punya mental sebagai pemenang, dalam permainan bulu tangkis mental pemenang adalah mental yang mampu mengarahkan permainan," imbuhnya.
Tak hanya di Kota Semarang, di wilayah Jawa Tengah sendiri, untuk pemilihan calon gubernur dan calon wakil gubernur, PDI-P masih belum mengusung nama calonnya. Justru saat ini yang mencuat dipermukaan adalah tokoh yang berasal di luar partai, seperti Ahmad Luthfi, Joko Suranto, dan Kaesang Pangarep.
#pdip #semarang #pilkada
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/528989/pengamat-kekuatan-pdi-p-di-jateng-melemah