Pada episode Chief Talk kali ini akan membahas terkait pertumbuhan bisnis furniture rumah tangga yang kini sudah merambah ke dunia digital.
Selain menyediakan perabotan, bintang tamu Chief Talk di episode ini, yaitu Dekoruma, juga merambah ke bidang dekorasi rumah atau interior.
Seberapa menjanjikankah bisnis furniture dan interior rumah di Indonesia pada masa sekarang?
Jangan lupa saksikan Chief Talk, setiap Rabu, pukul 20.00 WIB, hanya di streaming portal Okezone.com dan Youtube Okezone!
Host: Herjuno Syaputra
Category
🗞
NewsTranscript
00:00Halo Pemirsa, apa kabar? Kita kembali di program Chieftalk bersama saya Herjuno Syaputra dan pada episode kali ini kita akan membahas terkait peluang bisnis di bidang furniture khususnya yang terkait dengan renovasi rumah.
00:29Di sebelah saya sudah ada tabunya tapi sebelumnya kalau kita bicara mengenai furniture dan renovasi rumah
00:35tentunya kita akan bicara bagaimana sebenarnya cara pelaku bisnis ini bisa bertahan di tengah persaingan pasar yang cukup ketat.
00:42Nah untuk mengetahui lebih lanjut terkait hal itu langsung saja kita membahasnya dengan CEO sekaligus Co-Founder dari Deko Rumah
00:50ada Chief Dimas Hari Priawan yang sudah ada di samping saya sejak opening, sudah kita bocorin.
00:58Saya panggilnya, gak panggil nama tapi saya panggilnya Chief karena izin programnya Chieftalk.
01:05Thank you for coming, senang sekali kita ketemu dengan Deko Rumah.
01:11Kalau saya pribadi salut sama startup ini karena ini luar biasa dari 2015 kalau gak salah.
01:19Berarti hampir satu dekade, congrats ya.
01:21Terima kasih.
01:22Karena itu bukan perjalanan yang gampang dan apalagi melewati pandemi.
01:26Oke, sebelum kita bicara mengenai Deko Rumah dan perjalanannya mungkin satu kata dulu atau satu kalimat.
01:36Chief sendiri menggambarkan perjalanan bersama Deko Rumah ini seperti apa kalau ada bisa dirangkum dalam satu kalimat.
01:44Mungkin continuous learning terus-terusan belajar.
01:50Kayak setiap hari ada aja yang salah, ada aja yang harus diperbaiki, ada aja yang harus kita belajar lebih baru.
01:57Jadi ya gak kerasa juga ya udah 9 tahun sebenarnya.
02:00Seberarti belajar tiap hari, continuous learning dan ini mindset yang kadang memang harus dimiliki semua orang sih.
02:07Kita gak bicara leader doang ya, tapi even as a worker, as a personal bahwa belajar itu memang.
02:13Itu setuju, kalau enggak ya gak maju sih.
02:15Exactly.
02:16Dan salah it's okay right?
02:17Gak apa-apa.
02:18Beberapa kali.
02:19Masa gak diulang.
02:20Oke, good.
02:22Nice, itu wisdom yang pertama.
02:24Tapi kalau bicara mengenai Deko Rumah ini kan startup tadinya online terus bisa offline juga sekarang.
02:31Dan 2015 tadi 9 tahun.
02:35Dulu kan gini, banyak yang saya tahu Cief ya, bahwa ketika startup itu muncul ketika awal-awal sebelum pandemi dan juga pas siap pandemi juga banyak.
02:46Tapi kan kita ada yang namanya winter is coming ya dari dunia startup sendiri.
02:52Tapi ketika kita kembali misalnya ke point 2015, dulu triggernya apa sih Cief?
02:57Karena kalau aku tahu dulu kan ketika kita punya furniture, pengen punya furniture, punya property, ya selalu offline ya.
03:05Cari sendiri segala macem. Apakah itu salah satu trigger yang membuat saya bikin ini gitu?
03:11Iya jadi ada dua ya secara bisnis dan personal.
03:14Mungkin aku bahas bisnis dulu.
03:16Paling gampang 2012-2013 mungkin kalau Mas Juna ingat itu harga property dalam 1-2 tahun itu bisa 2 kali lipat.
03:24Gila-gilaan.
03:26Hopefully gak terjadi lagi ya, karena udah mahal sekarang.
03:29Jadi disitu yang terjadi kita ngelihat dunia property itu ada evolusi.
03:34Jadi dari dulu developer ngebangun rumah tapak, tiba-tiba kondominium, apartemen, jamur.
03:40Dan disitu kebetulan mungkin background keluarga saya dan partner itu dari dunia property kita ngelihat,
03:46ini kayaknya bentar lagi rumah bakalan mengecil, rumah bakalan mahal.
03:51Jadi kemungkinan besar demand terhadap furniture yang lebih mungil, kitchen set.
03:57Yang compact gitu ya.
03:59Itu bakalan membludak karena tiba-tiba orang ya pengen meskipun rumahnya kecil cuman pengennya nyaman gitu.
04:05Dan dulu kita ngelihat di market zaman dulu tuh bahkan cuma ada satu player yang besar ya gitu.
04:11Dan masih bolong nih kayaknya.
04:13Jadi kayak dari opportunity kita ngelihat dalam 1-2-3 tahun lagi waktu apartemen sudah selesai.
04:21Pasti bakalan ada demand baru dan anak-anak yang lebih muda.
04:24Dan kebetulan zaman itu tuh e-commerce baru.
04:28Baru lonceng.
04:30Di 2015an ya e-commerce.
04:32Dulu sama ditanyain, aduh saya jualan baju aja susah apalagi jualan furniture.
04:38Karena kan ketika kita bicara furniture kan vendor-vendornya lumayan.
04:42Mereka pun kalau kita bicara konsep ini, konsep online juga what's this gitu ya dulu ya.
04:48Susah juga dong approach-nya.
04:50Cuman mungkin sama ya kayak 2015 e-commerce di negara lain misalnya di US, China.
04:56Orang beli furniture juga udah kaman.
04:58Jadi menurut saya sih kalau itu berjalan di negara lain most likely di Indonesia juga bisa.
05:02Jadi memang awalnya memang sesuatu yang baru di tanah air tapi by the time ya kita makin kesini ya.
05:07Malah sukanya beli online.
05:09Betul, malas gerak lah katanya.
05:12Jadi itu kalau kita bicara secara bisnis ya.
05:16Tapi kalau personal, ada pengalaman tertentu yang membuat akhirnya aduh gue capek nih.
05:21Sama, karena dulu, kebetulan saya dulu lama di luar negeri ya.
05:24Dari kecil balik, nikah, habis itu ngontrak, mau beli.
05:28Itu ya simple, sendok, pering, garpu.
05:30Lo kok belinya cuma dari satu toko aja gitu.
05:32Gak ada opsi gitu.
05:34Tapi kebetulan e-commerce itu memberikan bisnis model baru ya.
05:38Jadi secara kapital dulu gak butuh sebesar kayak harus bangun toko,
05:42orang bisa menjangkau lebih luas.
05:44Jadi disitu sih opportunity pertama yang kita lihat.
05:47Oke, dan akhirnya tadi dekor rumah sembilan tahun.
05:50Dan namanya juga luar biasa.
05:53Terima kasih.
05:54Besar.
05:55Even kalau kita scroll-scroll, ya social media yaudah lah ya.
05:58Dekor rumah sering banget keluar for your page or something.
06:02Makanya saya apresiasi sekali.
06:04Dan somehow ini gak instant ya, Cief.
06:06Banyak orang ngelihatnya bahwa ya mungkin baru ngeboom beberapa tahun,
06:11tapi ternyata dimulai tadi dari 2015 dengan ya sangat simple,
06:16sederhana, lalu sampai sekarang.
06:18Sekarang sudah ekspansinya seperti apa?
06:22Karyawan atau seperti apa?
06:24Mungkin kita sekarang kalau dulu di awal di online,
06:26sekarang kita juga udah punya experience center ya.
06:30Oh jadi ada offline ya?
06:31Ada offline. Kita punya 30 experience center dan udah ada di 18 kota.
06:37Dan it keeps growing lah.
06:39Jadi kita udah mulai merambah daerah-daerah yang mungkin secara online penetration-nya
06:43masih belum sekuat Jakarta.
06:44Ya, opportunity baru lah yang kita lihat.
06:4618 kota. Beautiful.
06:49Terima kasih.
06:50Selamat.
06:51Cief, kalau kita bicara,
06:53ini kan bisnisnya berkembang dalam waktu yang ya ada yang bilang singkat,
06:59tapi dibilang saya juga ngelihat 9 tahun nggak singkat sih.
07:02It pulls up. I believe ada tears and rejections, right?
07:08Tapi kalau bicara mengenai dalam waktu 9 tahun ini,
07:12ada tips nggak sih?
07:14Atau rahasia yang memang dokor rumah punya akhirnya bisa berkembang sebagus seperti sekarang?
07:22Mungkin karena kita itu masuk kategori startup ya, teknologi startup.
07:27Dimana ya 10 tahun terakhir ini berkembang pesat.
07:30Cuman mungkin, biasanya kalau startup itu kan mentalitasnya,
07:34oh karena digital kita bisa berkembang dengan pesat.
07:37Cuman menurut saya kok hampir semua bisnis ya,
07:41mau digital, mau furniture, apapun.
07:44Nggak ada yang instant, nomor satu.
07:46Jadi ya kalau bikin bisnis yang,
07:49maksudnya bisnis yang baik itu kan bukan cuman yang baik dikalah semuanya baik.
07:53Ada kalahnya misalnya ekonominya lagi turun,
07:55kayak misalnya pas covid.
07:57Pas pandemi, ini yang experience kita apakah malah growing atau memang agak terbatas?
08:04Kita malah growing.
08:05Di pandemi?
08:06Betul. Jadi mungkin uniknya adalah waktu masuk 2020,
08:10kita itu online-nya kan growing.
08:12Karena WFH.
08:13Dan dimana pemain lain yang offline, ya nggak bisa jualan karena harus tutup.
08:17Dan orang butuh kursi kantor.
08:19Karena bekerja 8 jam di kursi, kan pegel juga.
08:24Cuman disitu kita kesempatan lagi,
08:26kayak ujung-ujungnya pasti covid selesai.
08:28Dan orang-orang bakalan butuh balik lagi ke offline.
08:31Karena ini barang yang ada.
08:33Jadi ya disitu kita decide another big milestone,
08:36yang decision yaudah kita mulai ekspansi nih offline.
08:38Mungkin lebih agresif gitu.
08:40Kayak 3-4 tahun, 30 cabang gitu.
08:43Nah kalau kita bicara kompetisi,
08:46ini kan sekarang di 2024 ini luar biasa kompetitornya banyak.
08:51Bagaimana Chief Dimas ngelihat bahwa kompetisi di 2024 dan bagaimana survive?
08:57Karena kita tahu banyak startup yang awalnya bagus, segala macem.
09:00Terus ketika banyak yang sudah berebut kue yang sama,
09:04akhirnya mereka beberapa tumbang.
09:06Dekor rumah salah satu yang bisa survive.
09:08Bagaimana Chief melihat kompetisi? Seperti apa?
09:11Kalau kompetisi mungkin akan selalu ada ya.
09:14Kita malah sebenarnya senang dengan ada kompetisi.
09:16Karena mengedukasi market itu kalau sendirian juga actually mahal gitu.
09:20Jadi mendingan dibagi-bagi lah.
09:22Lumayan juga ya, pasti draining ya.
09:24Jadi sebenarnya of course gak pengen terlalu yang banyak,
09:28cuman kita butuh kompetisi.
09:29Supaya kita juga pertama makin maju.
09:31Tapi kalau misalnya dilihat,
09:32gimana sih kita bisa survive and thriving.
09:35Mungkin fundamentalnya selalu di,
09:37mungkin bahasa Inggrisnya value creation ya.
09:39Jadi kalau ya pertanyaannya,
09:41orang kan beli sofa, beli meja itu sesuatu hal biasa.
09:45Sandang, papan.
09:47Tapi apa yang kita bisa provide lebih ke customer?
09:49Yang mungkin pemain lain belum ada saat itu.
09:54Berarti ini kalau kita bicara pembeda.
09:56Pembedanya apa?
09:58Yang mungkin dimiliki dekor rumah, tidak dimiliki yang lain?
10:01Sampai sekarang ini kita fokus ke keluarga muda.
10:05Jadi kita tahu market pertama kita yang kita enter dan attack itu adalah tadi.
10:10Keluarga muda yang baru beli rumah,
10:12itu susah payah beli rumahnya.
10:14Pasti tabungannya habis bayar KPR gitu.
10:17Tapi ujung-ujungnya kan setelah beli rumah,
10:19harus beli tadi, kasur dan sebagainya.
10:21Dan itu ukurannya makin kecil,
10:23tapi orang pengen Instagramable.
10:25Jadi kita gak cuma jualan sofa nih.
10:27Kita jualan inspirasi.
10:29Jadi kayak ini loh dengan misalnya 20 juta,
10:32kamu bisa punya rumah yang bentuknya kayak,
10:35dan kita mengedukasi gitu.
10:36Jadi kalau lihat Instagram kita, website kita,
10:38bahkan di toko, kita gak cuma ngedisplay aja.
10:41Itu sekilas simple,
10:43tapi itu yang dibutuhkan sama customer.
10:45Berarti dengan Getalain kalau kita lihat marketnya sekarang,
10:48banyak user kita ya,
10:51customer kita memang ketika bicara furniture gitu ya,
10:55properti atau desain,
10:56mereka tidak hanya sekedar bicara manfaat,
10:58tapi juga ada sisi estetik, pertimbangan.
11:01Memang gayanya udah seperti itu sekarang?
11:03Itu kan personal ya, sama kayak baju, fashion.
11:06Cuman mungkin kalau furniture itu agak lebih sulit.
11:09Jadi kebanyakan tuh customer datang ke kami kayak,
11:11saya mau dong yang kayak gini gitu.
11:13Kayak di Instagram atau di Pinterest.
11:15Ini bisa gak dikeluarga bikin kayak gini?
11:17Atau gak datang yang model kedua.
11:19Eh saya budgetnya ada cuma 20 juta.
11:21Opsinya bisa apa aja sih?
11:22Nah itu sebenarnya kan mereka mau, mereka pengen,
11:25tapi harus ada kayak sesuatu yang ngebantu mereka kan.
11:30Ini yang kalau budget ibu segini,
11:32ya mungkin ibu bisa dapet ini, ini.
11:34Cuman bentuknya visualnya seperti ini.
11:35Itu yang mereka butuhkan gitu.
11:39Karena kalau kita lihat sekarang,
11:40tadi ketika Chef bilang bahwa anak muda,
11:44ini millennial, zillennial,
11:46mereka memang kalau lihat pasarnya sekarang,
11:50ya mostly memang kaum ini ya,
11:53maksudnya levelnya ada di level-level anak-anak muda ini.
11:56Nah ketika kita tahu levelnya mereka,
11:58Chef ada treatment khusus gak sih?
12:00Dekor rumah, melihat konsep.
12:02Karena gini, anak muda kan ya tadi,
12:04mereka kadang pengen yang tidak terlalu mahal,
12:06tapi bagus.
12:07Dan juga ya mungkin instan, pengen cepat, segala macam.
12:10Dekor rumah menangkap gak sih bahwa market kita memang sekarang
12:13sudah berubah dan growing,
12:15tapi tadi agak unik juga kalau kita lihat.
12:18Iya jadi benar.
12:19Kayak maunya affordable lah, gak mau murah ya.
12:22Jadi murah pasti juga kualitasnya sulit.
12:25Jadi maunya affordable,
12:27pengen instan, pengen cepat gitu.
12:32Jadi dengan itulah sebenarnya mungkin untuk affordability,
12:36secara pricing kita tuh sebenarnya masuk.
12:38Jadi gak murah, tapi affordable.
12:41Dan kita banyak banget cicilan.
12:43Mau segala jenis bentuk rupa, kartu kredit,
12:46bank, non-bank, kita ada.
12:48Kita juga kerjasama dengan mereka.
12:50Jadi of course,
12:51sama tadi imagine misalnya gaji sekian,
12:54bayar KPR sekian, sisanya sekian.
12:56Kan gak bisa beli sofa nya ngincil kan,
12:58yang sisi kiri dulu kan harus satu.
13:00Jadi itu dulu ya,
13:02payment itu dulu penting.
13:04Lalu berikutnya mau instan,
13:06sama dia juga.
13:08Orang pasti kalau millenial,
13:10dsb. pasti mulai dengan handphone.
13:12Tapi kalau namanya beli sofa, beli kursi,
13:16susah gitu.
13:17Kayak pengen lihat.
13:18Dan itulah kenapa kita buka experience center.
13:21Berarti dengan seiring waktu memang,
13:24ketika kita bicara model bisnis,
13:26apapun itu memang harus keep up with the,
13:29everything that we got around.
13:33Itu juga yang dekor rumah terapkan.
13:35Dan itu bisa membuat, bisa survive sampai sekarang.
13:38Chief, kita break dulu.
13:39Nanti kita setelah break,
13:41saya mau ngobrol soal personal,
13:43hobi, tips dan triknya lain-lain.
13:46Karena Chief masih muda,
13:48jadi CEO di satu perusahaan ini,
13:51anak-anak muda harus belajar.
13:53Karena tadi gak ada yang instan sebenarnya.
13:55Kita jeda dulu,
13:56tetap bersama kami di Chief Talk.
14:03Mungkin pertama,
14:04keluarga saya itu bukan keluarga pebisnis.
14:06Jadi saya agak sedikit anomali.
14:08Ini keluarga besar,
14:09jadi semuanya kerja.
14:10Saya agak sedikit anomali.
14:33Kembali bersama kami di Chief Talk.
14:34Dan kita masih bersama CEO dekor rumah.
14:37Jadi ada Chief Dimas.
14:39Dan Chief, welcome back.
14:41Thank you.
14:42Terima kasih.
14:43Tadi kita udah ngobrolin di segmen satu ya,
14:45segmen awal soal bisnis.
14:47Kita agak chill sedikit nih.
14:49Ini lebih ke personal soal Dimas nih.
14:52Chief, kalau kita ngelihat bahwa,
14:55usia muda gitu ya,
14:58kerjaannya bagus, punya bisnis seperti ini.
15:02Tapi sebenarnya ketika,
15:04Chief dulu masih kuliah, masih di luar,
15:06terus balik ke Indo.
15:08Memang sudah punya cita-cita untuk punya bisnis?
15:11Atau memang,
15:13it happens naturally, unexpected gitu?
15:16Atau seperti apa sebenarnya,
15:18kalau dari personal?
15:20Mungkin pertama,
15:21keluarga saya itu bukan keluarga pebisnis.
15:23Jadi saya agak sedikit anomali.
15:25Ini keluarga besar sebenarnya.
15:26Jadi ya semuanya kerja.
15:27Saya agak sedikit anomali lah.
15:29Tapi kalau ditanya dulu,
15:31apakah punya impian bikin bisnis?
15:33Jawabannya, iya dan enggak ya.
15:35Tapi mungkin dari,
15:37Mas Juno nanya,
15:38pertama kali saya mikirin bisnis itu,
15:40mungkin saya kelas 4-5 SD.
15:42Jadi dulu ada majalah,
15:44saya tuh hobinya dulu menyara ikan.
15:46Ikan Jepang.
15:47Ada majalah depannya T,
15:48saya nggak bisa sebut.
15:49Yang tanaman.
15:51Itu kedua-dua ada tuh bisnis case.
15:53Misalnya ngajarin bundidaya ikan Jepang.
15:55Terus ada PNL.
15:56Nah itu saya baru ingat kayak,
15:58pertama kali saya actually tau nih.
16:00PNL lah.
16:02Dan ya itu saya ngitungin.
16:04Saya minta ke mama saya kayak,
16:06mau dong minta duit,
16:07mau bikin peternakan.
16:09Mungkin dari situ,
16:10saya juga baru sadar kayak,
16:11oh ternyata ada interest ya.
16:13Melihat ini tuh sesuatu yang menarik.
16:15Berarti jiwa bisnis dari Dini sudah ada bergejolak.
16:17Udah.
16:18Lalu pas kuliah,
16:19sama kan luar negeri ya,
16:21kayak nggak cukup juga duitnya.
16:23Dulu kayak sempat jadi fotografer,
16:25juga beli kamera.
16:26Jadi memang natural ya.
16:28Cuman,
16:29kalau ditanya apakah pengen punya bisnis?
16:31Nggak.
16:32Tapi mungkin balik lagi,
16:33kenapa dekor rumah?
16:34Mungkin ini salah satu bisnis yang saya personally suka.
16:36Tapi kalau cita-cita sebenarnya?
16:38Cita-cita?
16:39Iya.
16:40Atau memang?
16:42Dulu sebenarnya saya,
16:44cita-cita yang sebelum bikin dekor rumah ya,
16:47itu malah mau masuk ke dunia energi ya.
16:50Energi terbarukan.
16:51Karena background saya dulu elektro,
16:53kerja di perusahaan sumit produkter.
16:54Background tuh nothing to do with dekor rumah?
16:56Ya, mungkin ada.
16:57Excel-nya masih ada lah.
16:59Belajar Excel.
17:00Not personally gitu ya.
17:01Barely ya.
17:02Oke, jadi memang ada jiwa bisnis,
17:04cuman ya tadi,
17:05tapi ketika bikin dekor rumah ini kan,
17:08Chief ngerasa nggak sih,
17:09bahwa gini,
17:10ketika kita punya satu model bisnis,
17:12dan menjalankannya,
17:14I don't think so,
17:15it's only about money, capital.
17:18There's something like more like leadership,
17:20or experience, link.
17:22Kalau dari Chief sendiri,
17:23apa yang bisa kita mulai ketika kita pengen punya usaha?
17:28Beside memang kita harus punya modal sebenarnya.
17:31Mungkin yang pertama,
17:35harus jujur ya,
17:36mau bikin bisnis itu tujuannya untuk apa?
17:38Kan bisa mau coba-coba, belajar,
17:40bahkan kalau mau jadi orang kaya pun sebenarnya nggak salah gitu.
17:43Jadi nothing wrong.
17:44Tapi mungkin yang sulit itu pertama kali,
17:46waktu mau bikin bisnis,
17:47kayak ini tujuannya untuk apa?
17:49Itu kayak,
17:50saya sering ketemu,
17:51saya sering mentoring,
17:52pengen bikin ini begitu.
17:53Cuma aku ditanya,
17:54jadi kamu bikin bisnis ini untuk apa?
17:55Nah, dia kayak diem gitu kebanyakan.
17:57Jadi mungkin itu dulu sih.
17:59Dan mau besar, mau kecil,
18:01itu cuma masalah menurut saya,
18:03seberapa besar ambisi dan market.
18:06Jadi kalau misalnya pengen bisnisnya besar,
18:08ya cari sebuah produk atau bisnis yang memang pada dasarnya marketnya besar.
18:14Tapi kalau misalnya nggak,
18:15maunya yang kecil,
18:17nggak mau happy dengan yang dia kerjain,
18:19nggak apa-apa.
18:20Yang paling penting,
18:21jujur.
18:22Dan itu susah.
18:23Ada ya yang cuma pengen happy menjadi kesibukannya?
18:25Ada.
18:26Yaudah lah.
18:27Maksudnya satu toko aja,
18:28udah happy.
18:29Mungkin cari kesibukan tadi ya,
18:31biar agak keringetan dikit.
18:33Ada.
18:34Bukan saya yang kayak gitu.
18:36Kalau dari perjalanan sejauh ini,
18:38apa yang mungkin susah dilupakan
18:41atau tidak bisa,
18:45sulit untuk dilupakan dan selalu terkenang?
18:48Ada momen tertentu ketika ngebangun?
18:52Banyak ya.
18:53Tapi mungkin salah satu itu,
18:55yang saya selalu bilang ke anak-anak kantor itu kayak,
18:58ya kamu kerja,
18:59kita kerja bareng-bareng,
19:00suatu saat pasti kamu juga akan keluar.
19:02Cuman,
19:03waktu kamu keluar,
19:04ya saya pengen kamu lebih baik lagi dari waktu kamu datang.
19:07Jadi ada yang keluar,
19:09habis kerja 4-5 tahun,
19:11dia dapet BASISWA MBA di Ivy League.
19:14Full scholarship.
19:15Oh itu saya happy sekali.
19:18Berarti kita bicara ketika kita bekerja,
19:22whether kita single fighter atau satu grup,
19:25ketika memang ada sesuatu yang kita hasilkan,
19:28ada orang yang terdampak,
19:30itu buat shift luar biasa ya?
19:32Iya.
19:33Dan ini tadi contohnya,
19:34salah satu ya?
19:35Salah satu itu,
19:36macam-macam ya.
19:37Jadi,
19:38ada lagi yang dulu,
19:40kita di awal banget tuh,
19:42kita cuma berlima,
19:43salah satunya tuh kayak semi OB, semi tukang,
19:45gitu.
19:47Sekarang jadi leader di gudang.
19:49I could relate sih sebenarnya.
19:51Jadi sekarang,
19:52dia jadi leader di gudang kami.
19:54Jadi ini kayak,
19:55imagine kalau misalnya dia dulu gak ketemu,
19:57gak kerja.
19:58Nah ini gini,
19:59karena gini,
20:00ini yang sering banyak banget anak muda di luar sana,
20:02ketika kita bicara,
20:03ya,
20:04mimpi gitu ya.
20:05Mereka mikir,
20:06ya,
20:07semuanya tuh overnight, right?
20:08But,
20:09it's not,
20:10it's not even overnight gitu ya.
20:12Saya nggak percaya sih.
20:13Bahwa,
20:14ada yang tadi memang harus dari tukang gitu kan.
20:16Iya.
20:17Akhirnya jadi leader,
20:18segala macam.
20:19Kalau,
20:20saya melihat bahwa,
20:21kalau kita bisa mengkritisin ya,
20:22apa sih yang kurang dari anak muda sekarang?
20:24Karena kalau kita bicara,
20:25ilmu luar biasa,
20:26adaptasi terhadap teknologi luar biasa,
20:28modal juga mereka,
20:30somehow juga kadang punya.
20:31Apa yang kurang,
20:32yang menurut Chief,
20:33yang kadang membuat,
20:34anak-anak muda tuh,
20:35gagal di awal gitu?
20:37Mungkin,
20:38dua ya.
20:39Pertama,
20:40gak jujur dengan diri sendiri.
20:41Gitu.
20:42Nice.
20:43Jujur,
20:44akhirnya gak bisa mendengarkan dan belajar.
20:46Itu menurut saya,
20:48yang paling,
20:50ya gak sering lah.
20:51Cuman,
20:52Benar-benar,
20:53gak berdengar dan gak belajar.
20:54Yes.
20:55Tapi balik lagi kayak,
20:56gak jujur aja.
20:57Maksudnya kan,
20:58bikin bisnis gak semuanya indah.
20:59Jadi kadang-kadang,
21:00kalau misalnya gak indah ya,
21:01terbuka aja.
21:02Kita butuh bantuan.
21:03Dan itu gak mudah kan.
21:04Kita ngelawan ego gitu.
21:05Jadi,
21:07ya tadi,
21:08jujur,
21:09habis itu,
21:10mendengarkan dan belajar.
21:11Nah itu hal yang,
21:12ya despite kayak misalnya,
21:13oh ada teknologi ini itu,
21:15apa informasi itu dimana-mana.
21:17Cuman ujung-ujungnya ya,
21:18tiga hal ini sih,
21:19yang,
21:20ya kalau,
21:21saya juga nge-reflect,
21:22ya beberapa kali saya juga,
21:24gak jujur dan gak mendengarkan.
21:25Cuman,
21:26ya makin kesini sih,
21:27harus bisa belajar lebih,
21:29dengerin gitu,
21:30daripada kita yang ngomong.
21:31Gitu sih.
21:32Ya, ya.
21:33Kadang-kadang gini,
21:34ada yang namanya experience ya,
21:35yang we cannot buy,
21:37you know, money can't buy, right?
21:38Betul.
21:39Jadi kalau kita bicara pengalaman,
21:40ya mungkin kita punya,
21:41semuanya,
21:42tapi pengalamannya dikit.
21:43Akhirnya gak,
21:44ya gak jadi.
21:45Ya.
21:46Karena tadi,
21:47gak mendengarkan,
21:48gak belajar dari pengalaman orang,
21:49misalnya.
21:50Benar.
21:51Jadi kalau misalnya pinter sih,
21:52saya yakin makin kesini,
21:53ya makin pinter ya.
21:54Cuman,
21:56kalau misalnya kita bikin bisnis kan,
21:57berurusan dengan orang.
21:59Orang juga itu,
22:00Yes.
22:01Gak bisa gitu,
22:02gak ada textbook ya gak sih,
22:03menurut saya.
22:04Itu yang kadang memang,
22:06perlu kita punya,
22:07bahwa mendengarkan tadi ya,
22:08pengalaman orang-orang yang sebelum kita,
22:10juga ya.
22:11Dan ini,
22:12ini relate sekali dengan,
22:13obrolan kita.
22:14Najib, mungkin gini,
22:15kita bicara dekor rumah sekarang,
22:16berarti satu,
22:17hampir satu dekade.
22:19Mimpi apa sih yang,
22:20Chief dan teman-teman dari dekor rumah,
22:22ingin lakukan di,
22:24ke depannya,
22:25masa depan.
22:26Ada sesuatu yang,
22:27kalau tadi kan 18 kota,
22:29maunya,
22:30seluruh provinsi,
22:31seluruh kota,
22:32atau seperti apa?
22:33Ya, kita,
22:34visinya dari awal itu,
22:35kita pengen bikin rumah impian,
22:36jadi kenyataan ya.
22:37Rumah impian jadi kenyataan.
22:38Dan,
22:39wah,
22:40kalau misalnya dilihat sekarang,
22:41itu,
22:42masih belum ada apa-apanya.
22:43Jadi ya,
22:44of course,
22:45pengen di kota yang lebih banyak lagi.
22:47Kita juga,
22:48kayak mungkin recently,
22:49kita baru mulai masuk nih,
22:50ke segmen yang,
22:51meet-meet up.
22:52Jadi,
22:53kita udah 10 tahun,
22:54jadi mungkin,
22:55customer yang 8 tahun,
22:569 tahun lalu belanja,
22:57sofa,
22:58kecil.
22:59Sekarang,
23:00udah plus 10,
23:01mungkin udah rumahnya udah ganti,
23:02dia butuh sofa yang lebar.
23:03Jadi kita pengen,
23:05pengen berkembang dengan mereka juga lah.
23:07Jadi kita juga melihat,
23:09customer-nya makin banyak.
23:10Jadi sebenarnya,
23:11tadi sih,
23:12masih banyak yang pengen kita kerjakan.
23:13Ya.
23:14Karena kalau kita bicara mimpi,
23:16rumah ini salah satu mimpi banyak orang.
23:18Betul.
23:19Salah satu.
23:20Dan problemnya lagi,
23:21ketika kita bicara generasi sandwich,
23:23saat ini ya,
23:24ini nggak semuanya,
23:25bisa nabung dan punya rumah.
23:27Jadi,
23:28it's very...
23:29Sebenarnya bisa nabung, Mas.
23:31Nggak mau aja.
23:33Ini yang aku bilangin.
23:35Sebenarnya bisa nabung,
23:36tapi nggak mau.
23:37Atau mungkin memang,
23:38karena tadi terlalu banyak,
23:42ikut yang kiri-kanan,
23:43akhirnya nabungnya...
23:44Tapi ya nggak salah lah.
23:45Jadi ujung-ujungnya,
23:46saya kan umur tiga.
23:48Agak sedikit tradisional ya.
23:50Jadi kan dulu orang tua saya ngajarin,
23:51harus beli rumah,
23:52harus beli rumah.
23:53Sekarang tuh kenyataannya,
23:54mungkin sofa rumah lebih murah daripada rumah.
23:56Untuk beberapa.
23:57Cuman,
23:58itu lifestyle.
23:59Cuman kita merasa sih,
24:01prinsipnya,
24:02menurut kami rumah itu,
24:03tempat dimana keluarga itu berkembang.
24:07Dan itu penting.
24:08Dan itu yang ngebuat,
24:10kita terus-terusan sih,
24:11gimana caranya bikin rumah impiannya,
24:13jadi kenyataan.
24:14Karena kita pun,
24:16sekolah pertama kan di rumah.
24:18Betul.
24:20Jadi memang,
24:21rumah impian,
24:22rumah yang sehat,
24:25hangat,
24:26itu kan juga membantu,
24:27membuat generasi yang luar biasa.
24:30Ciep Dimas,
24:31thank you so much.
24:32Terima kasih.
24:33Ini kita obrolnya singkat,
24:34tapi senang sekali,
24:36ngobrol-ngobrol soal dekor rumah,
24:37mimpinya,
24:38dan juga secara personal.
24:39And it's an honor for us.
24:41Sekali lagi,
24:42semoga kita punya kesempatan yang lain.
24:43Dan semoga makin banyak,
24:46anak-anak muda di luar sana,
24:47yang bisa tadi,
24:49gali mimpinya,
24:50berkarya,
24:51dan juga makin banyak anak muda
24:53yang bisa punya rumah.
24:55Dan pakai dekor rumah.
24:57Oke, baik.
24:58Ciep, thank you.
24:59Terima kasih.
25:00Demikianlah Chief Talk saya,
25:01hari ini.
25:02Dan tentunya,
25:03semoga banyak inspirasi
25:04yang kita bisa dapat hari ini.
25:05Dan tentunya,
25:06bersama Cie,
25:07sekaligus co-founder dekor rumah,
25:08Dimas Hari Priawan,
25:10dan saya Arjuno Syabutra Undur Diri.
25:11Terima kasih.
25:12Sampai jumpa.
25:33Terima kasih.