Special Dialogue Okezone Edisi HUT Kemerdekaan RI dengan tema "Perjalanan Panjang Pengembalian Barang Bersejarah dari Belanda ke Tanah Air".
Dalam kesempatan ini Dr. Sri Margana, M.Phil, Sejarawan UGM sekaligus Anggota Komite Repatriasi Benda Sejarah dan Budaya Indonesia, menjelaskan bagaimana milenial menyikapi permohonan maaf Belanda.
Category
🗞
NewsTranscript
00:00 [Musik]
00:18 Mungkin bagi orang-orang terdahulu yang ini,
00:24 sakit hati terhadap Belanda itu masih tersisa.
00:27 Tapi beda cerita dengan Millennial atau Gen Z sekarang,
00:33 yang mungkin nggak terlalu mengalami perubahan-perubahan itu.
00:36 Nah, menanggapi permohonan maha Belanda itu,
00:41 apa sih yang harus kita lakukan dari Millennial dan Gen Z itu,
00:47 apa sebenarnya yang harus dilakukan menyikapi permohonan maha Belanda itu?
00:51 Ya, berarti itu mereka harus paham sejarah dulu,
00:58 tanpa memahami sejarah mereka nggak bisa memahami dengan baik.
01:01 Ceritanya seperti apa, perbudakan seperti apa yang pernah dipraktekan di Indonesia,
01:06 kekerasan seperti apa saja yang pernah dilakukan Belanda di Indonesia,
01:10 semua itu peristiwa sejarah, semua itu sudah tercatat dalam sejarah.
01:13 Sehingga perlu kita, Millennial itu harus sadar sejarah,
01:19 dengan membaca banyak sekali referensi sejarah yang ada,
01:22 yang bisa memberikan pemahaman mereka bagi memahami peristiwa ini,
01:28 atau fenomena politik ini permintaan maha.
01:32 Karena ini masih akan tetap berkaitan erat dengan generasi sekarang,
01:37 karena misalnya praktek kekerasan, praktek perbudakan,
01:41 itu masih terjadi sampai sekarang dalam bentuk yang lain,
01:44 dalam bentuk yang berbeda.
01:47 Tapi intinya, unsur kekerasan, unsur perbudakan itu masih berulang,
01:56 seperti sejarah berulang, cuma bermanifestasi dalam bentuk yang berbeda,
02:01 menyesuaikan perkembangannya.
02:03 Nah dari situ, Millennial akan sadar mengenai itu,
02:08 bagaimana jarumat perbudakan itu bentuk,
02:11 sentimen apa saja yang membentuk perbudakan kekerasan itu sendiri.
02:15 Terus bagaimana kemudian kita bisa melihat sekitar
02:19 lingkungan kita yang sekarang ini, apakah fenomena femina serupa
02:23 atau unsur-unsur yang sama itu ditemukan dalam praktek kekerasan sekarang ini,
02:28 perbudakan sekarang ini.
02:30 Dengan itu bisa membangun kesadaran yang baru
02:33 mengenai bentuk kekerasan dan perbudakan yang terjadi sekarang ini.
02:38 - Intinya bahwa pernyataan dari pemerintahan Belanda itu
02:42 harusnya men-trigger generasi muda-muda sekarang
02:46 untuk mempelajari sejarah lebih dalam.
02:48 Karena memang sekarang juga ada perbudakan tapi formatnya beda saja.
02:57 Jadi harus tahu dasar-dasarnya seperti itu ya Mas Yoro.
03:00 - Saya kira kesadaran sejarah anak sekarang sudah lumayan tinggi,
03:05 masalahnya adalah bahwa sekarang ini banyak informasi tentang sejarah
03:10 yang seperti Anda sebutkan tadi harus diverifikasi.
03:14 Sehingga generasi milenial itu harus menjadi bagian dari ikut menyaring itu,
03:22 informasi itu, jangan hanya sekedar mengkonsumsi dan mempercaya,
03:27 tapi mereka juga harus ikut aktif di dalam bertanggung jawab
03:31 terhadap informasi yang tidak benar,
03:33 untuk bisa mengetahunya dengan cara membaca bacaan-bacaannya yang tepat.
03:39 - Kita balik lagi ke penghembalian benda-benda bersejarah.
03:44 Bagi sejarawan mungkin ini adalah momen yang sangat penting,
03:51 tapi bagi orang awam sebenarnya pentingnya apa ini?
03:56 Penghembalian benda sejarah ini.
03:58 Apakah bisa digunakan sebagai refleksi atau pembelajaran
04:03 atau mungkin seperti apa Mas bisa dijelaskan?
04:05 - Itu salah satu concern kita,
04:09 apa bedanya setelah itu dikembalikan atau tidak dikembalikan,
04:13 atau kalau dikembalikan disimpan di museum saja,
04:16 yang datang ke museum coba apa sih,
04:18 siapa yang tertarik ke museum, dan membawa perbedaan apa di situ.
04:24 Ini ada dua perspektif yang berbeda tentang penghembalian itu.
04:29 Bagi orang Belanda sendiri penghembalian itu sangat penting.
04:33 Itu kayak bersih cuci tangan, bersih-bersih diri dari...
04:37 - Bersih-bersih diri dari kika.
04:39 - Iya, karena di sana itu kan orang dengan logika sederhana saja,
04:45 kalau mereka masuk museum, museum-museum di Belanda itu
04:49 semua ikoniknya itu berasal dari Indonesia.
04:52 Pokoknya benda-benda yang ikonik itu justru yang jadikan
04:57 kekayaan dari museum atau daya tarik museum itu benda-benda
05:01 dari Indonesia yang memang unik nilai sederhananya sangat kuat.
05:05 Sehingga orang akan, "Ini kan patung dari Singosari,
05:10 Singosari itu kan Jawa, bagaimana kok patung Singosari Jawa
05:13 kok bisa sampai di sini?"
05:15 Oh dulu, karena Indonesia dulu jajahan Belanda,
05:21 jajahan penjajah, logika sederhananya kan gitu.
05:25 Ini otomatis mempertontonkan benda-benda Indonesia di museum mereka,
05:31 seperti mempertontonkan keburukan masa lalu dia,
05:33 dulu ketika menjajah sebagai negara penjajah di Indonesia.
05:37 Mengembalikan benda-benda itu ke Indonesia,
05:41 itu akan mengurangi image itu, bahwa yang tidak dibuat publik
05:46 secara kasap mata itu akan mengurangi pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
05:50 Hanya dari sejarah kemudian kita akan tahu apa yang terjadi
05:54 di masa lalunya bangsa Belanda itu.
05:56 Alasan lain juga karena Belanda itu 20 tahun terakhir
06:03 setelah bergabung dengan Uni Eropa itu kan banyak mengalami
06:07 persoalan ekonomi dan krisis ekonomi,
06:10 ditambah dengan persoalan-persoalan tentang migrasi,
06:14 banyaknya kaum migran di daerah-daerah konflik seperti di Afrika,
06:19 Timur Tengah, dan sekarang terakhir di Ukraine.
06:22 Itu banyak orang bermigrasi ke Belanda.
06:24 Dan itu membuat semakin sulit persoalan ekonomi di Belanda.
06:28 Sehingga 10 tahun terakhir ini Belanda melakukan kebijakan efisiensi.
06:34 Efisiensi itu dengan cara menggabungkan banyak lembaga-lembaga jadi satu.
06:39 Agar pengurusannya lebih gampang, sumber daya manusianya lebih gampang,
06:45 apalagi mengurus artefak-artefak kuno yang ribuan tahun usianya itu
06:50 diperlukan biaya yang ga mudah, dan security yang kuat,
06:54 dan juga sumber daya manusia yang mumpuni dan mahal untuk konservasinya.
07:00 Sehingga ini menambah beban negara dalam mengurus ini.
07:06 Jadi kalau ini dikembalikan, otomatis akan mengurangi
07:09 biaya yang diperlukan untuk bisa uangnya,
07:13 dananya bisa dipakai untuk mengatasi persoalan-persoalan krisis ekonomi itu sendiri.
07:19 Jadi itu alasan Belanda seperti itu.
07:21 Kalau di Indonesia, cenderung memang itu kita menganggap itu
07:25 lebih mengupahkan soalannya orang Belanda, soal benda-benda itu di sana,
07:29 daripada persoalannya orang Indonesia.
07:31 Karena kadang-kadang orang Indonesia udah ga ngerti atau bahkan lupa
07:35 kalau kita punya benda-benda yang dijarah ke sana.
07:38 Hanya orang-orang tertentu yang menyadari.
07:40 Dan oleh karena itu, kalau benda-benda itu tadi dikembalikan ke Indonesia,
07:46 tanpa disertai dengan apa yang disebut knowledge production,
07:52 atau memproduksi pengetahuan baru, ya ga ada gunanya.
07:57 Nanti sama aja, nanti hanya diletakkan di gudang-gudang museum itu
08:02 yang tidak punya manfaat apapun, sama sekali ga akan bermanfaat
08:06 kalau hanya disimpan.
08:07 Oleh karena itu, provenance-provenance riset tadi itu menjadi penting,
08:11 yang riset-riset terhadap artefakt itu menjadi penting,
08:15 agar kita mengetahui apa sih nilai historis dari benda-benda itu.
08:20 Mengapa kita memerlukan pengetahuan itu.
08:23 Inspirasi apa yang bisa kita bangun dari pengetahuan itu.
08:27 Misalnya, benda-benda itu di produksi, terutama benda-benda pada masa Hindu-Buddha
08:33 itu yang paling banyak dijarah dari Indonesia, di Belanda itu.
08:37 Itu menyimpan baik itu dari perunggu, dari emas, dari perak,
08:41 dari besi, dari tembaga, maupun dari batu, arca, dan sebagainya.
08:46 Itu menyimpan misteri pengetahuan yang sangat luar biasa.
08:50 Dari cara pembuatannya, dari ide-ide gagasan filosofi yang ada di sana,
08:56 dari tempat asal-usul dari benda-benda itu, ditempatkan di mana.
09:01 Itu menyimpan misteri yang masih banyak dan belum diungkap
09:07 untuk mengetahui kejayaan Indonesia di masa lalu.
09:11 Di suatu masa kita sudah mencapai suatu teknologi yang sangat tinggi,
09:16 kebudayaan yang sangat tinggi, dan tiba-tiba hilang.
09:21 Nah, hilangnya karena apa? Dan kebudayaan yang hilang itu seperti apa?
09:25 Teknologi yang hilang itu seperti apa?
09:27 Misalnya, kalau kita dalam pemahaman awam buku-buku sejarah Indonesia itu,
09:35 dulu kalau Indonesia Indonesia itu disebut masa kuno.
09:39 Orang menyebutnya Indonesia masa kuno.
09:43 Nah, benarkah itu masa kuno?
09:49 Kita sudah mengenal candi, sudah ada candi di masa, peninggalannya jelas-jelas candi.
09:54 Bagaimana orang mengangkat batu beratnya itu mungkin puluhan ratusan ton ke atas, puncak.
10:04 Itu dengan cara apa?
10:07 Teknologi living up di objek itu dengan cara apa?
10:12 Teknologi apa yang dipakai? Kita nggak pernah bisa mengetahui.
10:16 Kemudian kalau Anda melihat versi ilmu tentang persisi,
10:20 persisi itu adalah sesuatu yang pas,
10:26 misalnya antara sudut candi dengan sudut candi yang lain,
10:29 antara di bangunan-bangunan itu, bukan sangat persisi sekali.
10:33 Persisi itu hanya bisa diketahui dari pengetahuan ilmu fisika atau matematika.
10:38 Hitungan-hitungan yang rumit seperti itu.
10:41 Nah, bisa membuat bahannya canggih, batu lagi.
10:45 Membuat potongan-potongan kepingan-kepingan batu yang itu dengan persisi,
10:53 itu tanpa pengetahuan asetoker yang baik, matematika yang baik, fisika yang baik,
10:59 kemudian menatanya, tidak bisa.
11:02 - Bisa sekaligus gitu ya? - Iya.
11:05 Bisa simetrik, bisa pas sekali, saya sebut persisi itu.
11:09 Itu nggak akan terjadi kalau manusia di masa itu belum menguasai teknologi yang sangat tinggi.
11:15 Nah itulah yang perlu diungkap.
11:18 Orang zaman sekarang saja kalau mau membuat candi belum tentu bisa,
11:22 dengan teknologi yang sudah canggih.
11:25 Mengangkat benda-benda yang begitu besar itu pun harus menggunakan alat-alat yang sangat canggih.
11:34 Pada masa itu dicebut zaman batu.
11:37 Dalam deskripsi sejarah zaman batu adalah cara hidupnya, berburu, meramung, dan gini.
11:43 Seperti yang digambarkan di patung-patung museum sanggiran, manusianya masih,
11:49 volume otaknya masih kecil, dan sebagainya.
11:51 Nah seperti itu kan, An, itu misleading kita.
11:56 Itu misteri yang harus kita jawab mengenai masa lalu kita itu masih banyak sekali.
12:03 - Oke. - Dari mana? Bagaimana itu hilang?
12:07 Iya. Menarik banget selalu kalau ngomongin sejarah.
12:12 Jadi kata-kata Jawa kuno itu kurang tepat.
12:16 Mungkin di sana lebih modern daripada sekarang kalau melihat
12:20 Karena kata itu dibuat setelah ada muncul Jawa baru.
12:25 Makanya kemudian sebelum yang baru, berarti yang lama, kuno.
12:31 Jadi itu karena penamaan post-faktum.
12:36 Tapi kalau kita melihat unsur-unsur, fenomena, atau fakta-fakta sejarah
12:44 yang kita ketahui dari artifakat-fakta yang masih tertinggal itu,
12:49 sepertinya susah untuk kita juga menamakan itu sebagai periode kuno.
12:54 Artinya dengan sifat-sifat kekunoan zaman batu,
12:59 dengan sifat-sifat kehidupan masyarakat peradaban zaman batu,
13:04 sebenarnya sulit membayangkan kalau itu, banyak candi-candi,
13:07 dan arca-arca yang terbuat dari perunggung emas yang begitu sophisticated,
13:12 halus, persisinya tepat sekali itu sebagai produk teknologi kuno.
13:18 Sekarang kita ngomongin yang lebih spesifik, Mas,
13:23 soal keris Dipenogoro yang 2001-2002, dikembalikan ke BPH Belanda.
13:33 Dan setelah saya searching, Anda menjadi salah satu tim verifikasi
13:39 terhadap keris pangeran Dipenogoro itu sebenarnya gimana sih kita awalnya?
13:45 Karena kan seperti yang saya baca, sebelumnya ada empat klaim,
13:50 ada empat penelitian yang menyatakan keris itu,
13:54 tapi hanya satu atau beberapa yang dinyatakan asli.
13:58 Dan itu akhirnya dikembalikan ke Indonesia.
14:00 Mungkin bisa ceritakan gimana rumitnya itu?
14:03 Iya, jadi keris itu dulu disimpan di Belanda, kemudian dipindahkan ke Leiden,
14:10 tapi saat pemindahan itu dokumen-dokumen mengenai keris itu hilang.
14:15 Itu harus dilakukan provenance research kembali
14:19 untuk menentukan di mana keris Dipenogoro yang asli.
14:23 Ada beberapa alternatif yang dicurigai,
14:26 soalnya adalah kerisnya Dipenogoro.
14:30 Namun kan karena datanya hilang, jadi harus dipastikan yang mana yang paling.
14:35 Jadi dibentuklah tim riset itu yang terdiri dari beberapa ahli kurator
14:41 dan sejarah arkeologi di Belanda sana.
14:44 Juga melibatkan verifikator dari Austria, segala.
14:48 Itu yang saya bilang tadi, sampai 12 tahun, 3 tim yang berbeda.
14:56 Jadi prosesnya sangat panjang.
15:00 Nah, saya dulu diminta untuk memverifikasi.
15:05 Memverifikasi itu bukan apakah ini kerisnya Dipenogoro asli atau bukan.
15:10 Bukan begitu maksudnya.
15:12 Verifikasi itu adalah apakah metode atau yang diterapkan oleh para peneliti tadi itu
15:22 untuk menyimpulkan keris Dipenogoro itu sudah sesuai dengan metode sejarah yang benar.
15:28 Metode dan metodologi sejarah yang benar sudah belum.
15:31 Jadi tugas saya kan saya sejarawan, bukan ahli keris.
15:34 Saya sejarawan yang ditugasi menguji, memverifikasi apa kerja-kerja tim tadi
15:42 dan kesimpulannya itu sudah sesuai dengan fakta-fakta istori yang ada
15:46 dan metode sejarah yang sesuai.
15:48 Nah, dari semua prosedur pengifian, fakta yang diadirkan, kesimpulan yang ditarik itu,
15:55 saya sebagai sejarawan itu sudah melalui suatu riset yang sangat akurat,
16:00 sangat bagus, dan data-datanya cukup meyakinkan.
16:04 Relevan dengan objek atau benda yang dimaksud itu sesuai dengan deskripsi
16:10 dari fakta-fakta primer yang ditampilkan di sana.
16:13 Nah, tugas saya itu.
16:16 Jadi yang tahu persis itu kerisnya Dipenogoro, hanya Dipenogoro sendiri ya, pastinya.
16:23 Tapi berdasarkan metode risetnya, itu sudah sangat sesuai.
16:30 Nah, waktu itu kontroversinya itu kan lebih mengarah kepada,
16:36 karena bentuknya itu, pakem apa ya, silahnya.
16:42 Itu bukan keris yang berupa Nogo Siluman,
16:46 tapi lebih kepada Nogo Sosro atau Nogo Rojo seperti itu ya.
16:50 Tapi kok namanya Nogo Siluman.
16:54 Antara nama keris dengan pakem keris ini mungkin berbeda.
16:58 Padahal dulu sebelum saya datang ke Belanda untuk meverifikasi itu,
17:06 dua empu keris terkenal di Indonesia sudah didatangkan.
17:09 Dan dua empu keris itu memang tidak diberitahu, memang untuk mengetes kan,
17:16 tapi yang diberitahu adalah Christopher Nogoro yang bercerita itu.
17:20 Ditanya mengenai keris itu, segala sesuatu tentang keris itu, termasuk usia keris itu.
17:26 Nah, dari dua empu itu pun pendapatnya beda.
17:30 Ada yang mengatakan itu abad 19, ada yang mengatakan sebelum abad 19.
17:35 Artinya di antara ahli keris pun tidak bisa memastikan
17:42 kerisnya itu secara pasti, karena mereka memiliki ukuran yang berbeda-beda
17:47 dalam melihat keris itu.
17:49 Nah, kalau sejarah, wanita sejarah, yang diukur ya fakta-fakta yang dihadirkan.
17:55 Tapi yang diupakan.
17:57 Nah, bagi saya metodenya sudah dilalui dengan sangat baik,
18:04 dan kesimpulannya itu sesuai dengan objek yang ada di sana.
18:08 Tapi deskripsi dari naskah yang Mas verifikasi itu,
18:12 keris Pangeran di Penogoro itu untuk apa Mas?
18:16 Kenapa bisa sampai ke Belanda?
18:18 Ada yang memang bahwa itu untuk kebiah kan kasarnya?
18:22 Ya, dulu kan itu keris yang setelah Pangeran di Penogoro ditangkap,
18:28 itu kan keris itu diberikan kepada sahabatnya yang obsir Belanda itu,
18:34 yang kemudian pada saat pemberian keris itu,
18:42 kalau nggak salah, kolonel clergy.
18:46 Nah, itu dilihat secara dengan mata kepala sendiri oleh Suntok Prawirodido.
18:53 Salah seorang panglima, dia melihat dengan kepala sendiri penyerahan itu,
18:59 ketika Penogoro menyerahkan pada dia.
19:02 Lalu keris itu dibawa ke Belanda, diserahkan kepada Raja Belanda.
19:06 Kenapa diserahkan?
19:09 Karena anggap ini keris dari seorang tokoh yang luar biasa
19:12 yang disegani oleh orang Belanda sendiri,
19:14 sehingga mampu menggedorkan India Belanda sampai bertahun-tahun,
19:19 itu ditaklukkan.
19:21 Ini adalah tokoh yang luar biasa.
19:23 Nah, kemudian pengiriman benda ini, keris ini ke Belanda juga dicatat.
19:31 Suatu departemen lembaga dari India Belanda yang mencatat pengiriman itu.
19:39 Lalu sampai di sana, kemudian disimpan oleh Raja Belanda.
19:45 Lalu karena tempatnya ada kebijakan untuk melindahkan semua artefak sejarah itu
19:52 ke musim-musim di beberapa musim di Belanda, maka benda itu kemudian di...
19:58 Nah, tapi sebelum itu, pada saat Pradensalah itu ada di Belanda,
20:07 kan pernah menjadi pelukis Istana Belanda.
20:11 Dan itu dimintai pendapat mengenai keris itu, ditunjukkan keris itu,
20:18 dan minta supaya keris itu dijelaskan maknanya apa.
20:26 Nah, kemudian dia menuliskan makna dari keris itu,
20:32 termasuk mendeskripsikan karakter fisik dari keris itu.
20:37 Nah, itulah yang kemudian dokumen-dokumen itu yang ditemukan oleh tim peneliti
20:43 untuk membuktikan bahwa keris yang dimaksud adalah keris pangeran.
20:47 Jadi kesaksian sentot tadi tertulis tangan, ditulis tangan.
20:53 Saya menyaksikan dengan kepala sendiri pangeran Tupuan Nugro menyerahkan keris ini
21:00 kepada Nyingi dan sebagainya.
21:03 Nah, lalu ketika Radensalah memberi kesaksian menjelaskan keris itu,
21:07 dituliskan dalam kertas yang sama dari kesaksiannya sentot itu.
21:12 Cuman yang tulisannya sentot biasa melintang, mendatar.
21:17 Tulisannya Radensalah melintang ke bawah.
21:21 Vertikal ya?
21:23 Vertikal, tulisannya melujur dan melintang.
21:27 Sehingga dua kesaksian orang yang berbeda berada dalam satu dokumen asli itu,
21:32 tulisan tangan masih, tulisannya Radensalah sendiri.
21:36 Nah, itu menjadikan bukti pertama.
21:38 Bukti yang kedua tentang tadi itu, berita tentang pengiriman keris itu.
21:42 Nah, ada satu lagi, sebuah kartolog dan foto-foto pameran keris
21:47 yang diadakan di Amerika pada adera persembahan.
21:50 Jadi keris itu pernah dibawa dalam pameran internasional di Amerika.
21:57 Sehingga setiap pameran ada kartolog pameran, ada dokumentasi.
22:03 Jadi itu menjadi dokumen penting untuk membuktikan bahwa itulah kerisnya.
22:09 Nah, itu dipakai oleh tim peneliti untuk membuktikan inilah kerisnya.
22:14 Nah, saya sebagai sejarah sudah terbiasa mengidentifikasi sumber-sumber primers.
22:21 Mana yang primer, mana yang nggak primer, mana yang dibuat-buat.
22:25 Itu saya tahu.
22:26 Itu ya intinya?
22:28 Ya, itulah saya ikut verifikasi dan menyatakan ya inilah sudah sesuai dengan.
22:35 Dan saya kan diminta ngecek secara fisik langsung kerisnya seperti apa,
22:40 dan sesuai dengan karakteristik fisik yang digambarkan oleh Raden Saleh dan Sentot,
22:47 serta tim peneliti.
22:49 Antara deskripsi itu dengan udut kerisnya sendiri.
22:55 Cocok.
22:56 [Musik]