Keluarga Singgung Hukuman Mati, Siswa SD di Sukabumi Ternyata Dibacok Depan Adiknya

  • tahun lalu
Tewasnya siswa kelas VI sekolah dasar (SD) berinisial R (16 tahun sebelumnya disebut 12 tahun) di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Polisi bergerak cepat dan sudah menetapkan tiga anak berhadapan dengan hukum (ABH) atas kasus ini.

Kakak korban, Angga Saputra, menceritakan secara singkat kepribadian adiknya yang menjadi korban dugaan pembacokan di depan SMPN 3 Palabuhanratu, tepatnya di Jalan KH Anwari, Taman Tenjoresmi/Taman Bunga, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Sabtu, 4 Maret 2023.

Menurut Angga, korban dikenal sebagai orang pendiam. Angga terakhir bertemu dengan korban pada Jumat, 3 Maret 2023. Angga sudah menikah sehingga tidak tinggal serumah dengan adiknya, namun masih tinggal di kampung yang sama yakni di Kampung Citepus Pam, Desa Citepus.

Ketika itu waktu sudah Magrib dan Angga bertemu dengan korban di masjid serta sempat mengobrol. Setelah itu, waktu mulai malam dan Angga kembali bertemu dengan adiknya. Kali ini, Angga bertemu dengan korban yang sedang tiduran di rumah temannya yang juga masih di kampung tersebut.

Angga lalu bertanya kepada korban mengapa belum pulang ke rumah. Korban tidak menjawab pertanyaan kakaknya dan hanya diam.

"Sempat diingatkan pulang dan saya tanya kenapa tidak pakai selimut (saat tiduran di rumah temannya), tapi tidak menjawab. Ketika Magrib juga sudah diingatkan pulang," kata Angga kepada sukabumiupdate.com

Sejak malam itu, Angga tak lagi bertemu dengan korban. Dia kaget saat sehari berikutnya atau Sabtu (hari kejadian), menerima kabar adiknya dibacok di depan SMPN 3 Palabuhanratu.

Kabar ini diterima Angga dari teman sekelas korban. Awalnya Angga tidak menyangka, sebelumnya akhirnya ke rumah sakit untuk memastikan.

"Anaknya (korban) memang pendiam. Tapi saat satu hari sebelum kejadian beda sekali. (Korban) itu jarang bicara dan belum pernah membantah," kata Angga.

Angga mengungkapkan korban yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara memang sering sakit-sakitan.

Akibatnya, kegiatan sekolah korban kerap terganggu hingga akhirnya korban satu kelas dengan adik perempuannya yang kelima.

Ketika dugaan pembacokan terjadi, adik korban ada di lokasi dan mengalami trauma.

"Adik korban yang ada di kejadian sangat trauma sampai sekarang. Ketika kejadian memang bajunya itu penuh darah karena merangkul korban," ujar Angga.

"Sekarang juga (adik korban) kadang teriak-teriak histeris. Dia trauma kalau lihat darah itu," imbuh dia.

Angga adalah kakak tertua korban dan sekarang berharap pembacok adiknya bisa dihukum mati. "Ya seimbang, hukuman mati," kata Angga.

Reporter: Ilyas Supendi
Redaktur: Oksa Bachtiar Camsyah
Video Editor: Ahong
Narator: Melati