Tebaran sampah plastik masih terdapat di beberapa titik areal hutan mangrove di kawasan Batu Lumbang Tahura Ngurah Rai.
Hal tersebut karena sampah-sampah terbawa oleh dua arus air di 2 sungai, yang akhirnya bermuara di hamparan hutan mangrove. Terlebih saat musim penghujan tiba, volume sampah akan semakin meningkat dari hari-hari biasanya.
Volume sampah dalam satu minggu dikumpulkan bisa sebanyak 3 ton yang terdiri sampah non organik mulai dari botol, kertas, dan sampah plastik. Sampah-sampah ini dikumpulkan di areal sekitar hutan mangrove.
Kona Antara selaku Ketua Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang mangatakan kondisi ini akan memberi dampak kurang baik pada pertumbuhan pohon bakau kedepannya.
"Memang sampai saat ini sampah masih menjadi masalah. Menanam itu mudah akan tetapi, perawatannya yang susah. Jika tidak setiap hari ditinjau dan melakukan pembersihan di areal sekitar hutan mangrove, tentu areal hutan mangrove akan mati. Karena, sampah plastik menutupi ujung-ujung pohon mangrove yang telah ditanam," jelasnya belum lama ini.
"Posisi hutan juga berada di dua muara sungai atau tukad yang mengakibatkan saat banjir tiba akan sangat luar biasa membawa sampah dari hulu ke hilir. Tentu ini menjadi beban kami dari kelompok nelayan," paparnya.
Dirinya berharap, kepada masyarakat agar dapat menanganu sampahnya dengan baik dari rumah masing-masing karena hal tersebut sudah sangat merugikan.
Dari pengamatannya, kumpulan sampah-sampah plastik tersebut telah ada sejak tahun 2000 sampai sekarang. Namun dengan pembersihan secara berkelanjutan, serta bertahap dengan melibatkan belasan tenaga kebersihan saat ini berangsur-angsur menjadi sedikit bersih.
Hal tersebut karena sampah-sampah terbawa oleh dua arus air di 2 sungai, yang akhirnya bermuara di hamparan hutan mangrove. Terlebih saat musim penghujan tiba, volume sampah akan semakin meningkat dari hari-hari biasanya.
Volume sampah dalam satu minggu dikumpulkan bisa sebanyak 3 ton yang terdiri sampah non organik mulai dari botol, kertas, dan sampah plastik. Sampah-sampah ini dikumpulkan di areal sekitar hutan mangrove.
Kona Antara selaku Ketua Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang mangatakan kondisi ini akan memberi dampak kurang baik pada pertumbuhan pohon bakau kedepannya.
"Memang sampai saat ini sampah masih menjadi masalah. Menanam itu mudah akan tetapi, perawatannya yang susah. Jika tidak setiap hari ditinjau dan melakukan pembersihan di areal sekitar hutan mangrove, tentu areal hutan mangrove akan mati. Karena, sampah plastik menutupi ujung-ujung pohon mangrove yang telah ditanam," jelasnya belum lama ini.
"Posisi hutan juga berada di dua muara sungai atau tukad yang mengakibatkan saat banjir tiba akan sangat luar biasa membawa sampah dari hulu ke hilir. Tentu ini menjadi beban kami dari kelompok nelayan," paparnya.
Dirinya berharap, kepada masyarakat agar dapat menanganu sampahnya dengan baik dari rumah masing-masing karena hal tersebut sudah sangat merugikan.
Dari pengamatannya, kumpulan sampah-sampah plastik tersebut telah ada sejak tahun 2000 sampai sekarang. Namun dengan pembersihan secara berkelanjutan, serta bertahap dengan melibatkan belasan tenaga kebersihan saat ini berangsur-angsur menjadi sedikit bersih.
Category
🗞
Berita