Eksistensi Manisan Paladang Legendaris Di Masa Pandemi

  • 3 tahun yang lalu
CIANJUR, KOMPAS.TV - Manisan Paladang, perpaduan antara pala dan gedang, atau pepaya dalam bahasa Sunda. Camilan zaman dulu ini biasa ditemui saat perayaan Idul Fitri, dan pesta pernikahan di daerah. Rasanya, asam dan juga manis, dengan bentuk bulat kecil berlumuran gula pasir. Dan yang paling mencolok, manisan Paladang biasanya dibuat dengan beberapa varian warna, seperti merah, kuning, dan hijau.

Selain mempunyai cita rasa yang unik dan khas. Paladang juga memiliki khasiat bagi tubuh seperti buah pala yang dapat membantu mengobati masuk angin, insomnia, memperlancar pencernaan, serta mampu mengatasi rasa mual.

Seorang perajin di Kampung Sadamaya Kidul, Desa Peuteuy Condong, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, tetap bertahan memproduksi manisan Paladang, meski terdampak Pandemi Covid-19.

Mulai merintis usaha sejak tahun 2012, Nyai Komariah, sempat sukses berjualan, manisan Paladang. Namun sejak awal pandemi lalu, usaha manisan Paladang memang sempat meredup, hingga, Komariah, kehilangan banyak pelanggannya. Tak mampu menutupi biaya produksi, satu per satu pegawai harus dirumahkan.

Untuk satu bungkus manisan Paladang berisi dua ratus gram, dijual mulai sepuluh ribu rupiah. Selain dijual di tempatnya, manisan Paladang juga di jual ke sejumlah pasar tradisional serta pusat oleh-oleh. Mengalami banyak penurunan, saat ini Nyai Komariah hanya mampu menjual sekitar tujuh puluh bungkus manisan Paladang setiap harinya.

Pandemi Covid-19 ini memang menjadi tantangan berat bagi pelaku umkm untuk tetap eksis dan bertahan. Mereka berharap Pandemi segera berakhir, sehingga kondisi perekonomian kembali membaik dan daya beli masyarakat kembali tinggi.


Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/217029/eksistensi-manisan-paladang-legendaris-di-masa-pandemi