Memasuki awal tahun 2020 sejumlah daerah di Indonesia dailanda bencana hidrometeorologi. Wilayah Jabodetabek terendam banjir pada Rabu, 1 Januari 2020. Penyebab utamanya adalah tingginya curah hujan yang terjadi di wilayah Jabodetabek. Sementara itu di Kabupaten Lebak, Banten dan Bogor, Jawa Barat terjadi banjir bandang. Bencana Hidrometeorologi menjadi salah satu ancaman bencana di Indonesia. Sepanjang 2019 bencana di Indonesia didominasi oleh bencana hidrometeologi. Jumlah kejadian bencana hdirometeorologi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di tahun 2018 jumlah kejadian bencana hidrometeorolgi sekitar 3000-an kejadian bencana, sementara untuk di tahun akhir tahun 2019 mencampai 3700 kejadian. Sebagian besar wilayah Indonesia rentan akan bencana hidrometeorologi. Pulau Jawa menjadi daerah yang paling banyak mengalami bencana hidrometeorologi. Kejadian bencana paling tinggi terjadi di Jawa Tengah, lalu disusul Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan dan Sulawesi.
Bencana hidrometeorologi terjadi akibat cuaca ekstrem termasuk curah hujan yang tinggi serta perubahan iklim, kemudian pengaruh dari kecepatan angina dan kelembabban udara. Beberapa bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan curah hujan yang tinggi diantaranya adalah, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin putting beliung, serangan petir, abrasi pantai, kebakaran hutan, kekeringan, dan erosi pantai. Bencana-bencana tersebut masuk kedalam bencana hidrometeorologi. Angin putting beliung menjadi bencana hidrometeorologi yang sering terjadi. Di tahun 2019 ada 1.363 kejadian angina putting beliung di seluruh Indonesia. Kemudian banjir sekitar 764 kali kejadian dan tanah longsor 708 kali kejadian.
Untuk antisipasi bencana hidrometeorologi, sejumlah daerah di Indonesia bersiap mengahadapi bencana hidrometeorologi. Seperti halnya BPBD Jawa Barat dan Jawa Timur telah melakukan berbagai persipan menghadapi bencana hidrometeorologi. BPBD Jawa Barat telah melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat yang tinggal dekat dengan lokasi rawan bencana. Sementara BPBD Jawa Timur mendirikan posko-posko tanggap darurat serta menyiapkan berbagai macam alat kedaruratan utuk menghadapi bencan hidrometeorologi dan mendirikan desa tangguh bencana.
#JejakKasus
Bencana hidrometeorologi terjadi akibat cuaca ekstrem termasuk curah hujan yang tinggi serta perubahan iklim, kemudian pengaruh dari kecepatan angina dan kelembabban udara. Beberapa bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan curah hujan yang tinggi diantaranya adalah, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin putting beliung, serangan petir, abrasi pantai, kebakaran hutan, kekeringan, dan erosi pantai. Bencana-bencana tersebut masuk kedalam bencana hidrometeorologi. Angin putting beliung menjadi bencana hidrometeorologi yang sering terjadi. Di tahun 2019 ada 1.363 kejadian angina putting beliung di seluruh Indonesia. Kemudian banjir sekitar 764 kali kejadian dan tanah longsor 708 kali kejadian.
Untuk antisipasi bencana hidrometeorologi, sejumlah daerah di Indonesia bersiap mengahadapi bencana hidrometeorologi. Seperti halnya BPBD Jawa Barat dan Jawa Timur telah melakukan berbagai persipan menghadapi bencana hidrometeorologi. BPBD Jawa Barat telah melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat yang tinggal dekat dengan lokasi rawan bencana. Sementara BPBD Jawa Timur mendirikan posko-posko tanggap darurat serta menyiapkan berbagai macam alat kedaruratan utuk menghadapi bencan hidrometeorologi dan mendirikan desa tangguh bencana.
#JejakKasus
Category
🗞
Berita