Benar Atau Salah, Virus Corona Menyebar Lewat Udara?

  • 4 tahun yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Banyak yang menyebut virus penyebab penyakit yang saat ini tengah merebak adalah virus corona biasa. Padahal, virus corona terdiri dari beberapa jenis.

Juru bicara Republik Indonesia terkait penanganan virus corona, Achmad Yurianto kemudian mengkonfirmasi bahwa virus yang merebak pertama kali di Wuhan, China, bernama SARS-CoV-2. Sementara penyakitnya disebut Covid-19. Hal ini juga sesuai dengan yang diumumkan oleh WHO beberapa waktu lalu.

\"Referensi WHO menyatakan bahwa nama penyakit adalah COVID-19. Penyebabnya virus yang namanya SARS Coronavirus tipe 2 atau kalau digampangkan (contoh lain), penyakitnya tifus penyebabnya kuman yang namanya salmonella,\" kata Yuri dalam konferensi pers pada Selasa pekan lalu di Jakarta, ditulis Kamis (5/3/2020).

Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai bagaimana virus ini menyebar? Banyak yang beranggapan virus ini bisa menyebar melalui udara.

Merujuk pada data yang dirilis oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus SARS-CoV-2 menyebar dari satu orang ke orang lainnya lewat kontak dalam radius 1,8 meter. Pasien yang menderita Covid-19 menyebarkan partikel-partikel virus lewat droplets (dahak) yang lewat batuk atau bersin. Partikel tersebut bisa masuk dalam tubuh lewat mulut atau hidung.

CDC juga mengatakan bahwa ada kemungkinan seseorang tertular Covid-19 lewat virus yang menempel di permukaan sebuah benda. Namun, CDC mempercayai bahwa itu bukanlah cara utama penularan virus corona.

Penelitian membuktikan bahwa virus SARS-CoV-2 di udara akan mati jika terkena suhu melebihi 30 derajat Celcius. Bahkan Kemenkes menyebut, virus akan mati dalam waktu yang singkat sesaat keluar dari tubuh.

\"Virus itu enggak nular kalau enggak ada kontak langsung,\" ujar Achmad Yurianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Senin, 2 Maret 2020.

\"Virus itu harus ada inangnya. Kalau di luar tubuh, 5-10 menit mati dia,\" ujar Yuri.

Peneliti kemudian membandingkan virus SARS-CoV-2 dengan virus cacar. Virus cacar, bisa bertahan berjam-jam lamanya usai penderita bersin atau batuk. Para peneliti mempercayai SARS-CoV-2 bukanlah virus seperti itu.

Maka, penggunaan masker lebih diutamakan bagi mereka yang sakit. Agar penderita tidak menyebarkan langsung virus kepada orang lain.