TRIBUN-VIDEO.COM - Tragedi kemanusiaan peristiwa Gerakan 30 September 1965 menyisakan luka yang mendalam bagi mereka yang terlibat baik sebagai pelaku maupun korban.
Kebijakan pemberantasan terhadap orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan para simpatisannya menyulut pembunuhan di Jawa dan Bali hingga menyebar ke daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Seusai kejadian tersebut, pembunuhan terjadi di daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Para algojo atau penjagal muncul sebagai eksekutor untuk membunuh orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) atau mereka yang dicap sebagai PKI.
Salah satunya adalah di daerah Sumatera Selatan yang terkhusus bertempat di Pulau Kemaro.
Pulau Kemaro pada tahun 1960an hingga 1970an adalah sebuah kamp konsentrasi yang menjadi penjara tahanan politik bagi orang-orang dan yang tertuduh PKI.
Dilaporkan Tempo yang mengutip kesaksian Tim Ad Hoc Peristiwa 1965-1966, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, setidaknya terdapat sekitar 30 ribu orang telah dibunuh di provinsi Sumatera Selatan, dan di Pulau Kemaro.
Tak hanya itu, dilaporkan juga bahwa korban dibiarkan mati kelaparan di kamp atau dibuang ke sungai.
Berikut adalah kesaksian mantan korban yang Tribunnewswiki.com himpun dari Liputan Khusus Tempo edisi 1-7 Oktober 2012, 'Pengakuan Algojo 1965'.
Informasi yang dituliskan telah terlebih dahulu dilakukan verifikasi melalui beberapa sumber informasi.
Privasi narasumber tetap diutamakan.
Pencantuman nama seseorang diperoleh melalui izin atau berita yang telah memperoleh izin.
Beberapa orang yang tak ingin disebut namanya, maka akan dicantumkan inisial.
Sedangkan foto yang terpampang adalah mereka yang telah memberikan izin gambar untuk diketahui publik luas.
Tidak ada niatan untuk membuka aib atau menyudutkan orang-orang yang terlibat.
Tribunnewswiki.com tidak mengubah pernyataan langsung individu untuk menjaga otentisitas sumber.
Kebijakan pemberantasan terhadap orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan para simpatisannya menyulut pembunuhan di Jawa dan Bali hingga menyebar ke daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Seusai kejadian tersebut, pembunuhan terjadi di daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Para algojo atau penjagal muncul sebagai eksekutor untuk membunuh orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) atau mereka yang dicap sebagai PKI.
Salah satunya adalah di daerah Sumatera Selatan yang terkhusus bertempat di Pulau Kemaro.
Pulau Kemaro pada tahun 1960an hingga 1970an adalah sebuah kamp konsentrasi yang menjadi penjara tahanan politik bagi orang-orang dan yang tertuduh PKI.
Dilaporkan Tempo yang mengutip kesaksian Tim Ad Hoc Peristiwa 1965-1966, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, setidaknya terdapat sekitar 30 ribu orang telah dibunuh di provinsi Sumatera Selatan, dan di Pulau Kemaro.
Tak hanya itu, dilaporkan juga bahwa korban dibiarkan mati kelaparan di kamp atau dibuang ke sungai.
Berikut adalah kesaksian mantan korban yang Tribunnewswiki.com himpun dari Liputan Khusus Tempo edisi 1-7 Oktober 2012, 'Pengakuan Algojo 1965'.
Informasi yang dituliskan telah terlebih dahulu dilakukan verifikasi melalui beberapa sumber informasi.
Privasi narasumber tetap diutamakan.
Pencantuman nama seseorang diperoleh melalui izin atau berita yang telah memperoleh izin.
Beberapa orang yang tak ingin disebut namanya, maka akan dicantumkan inisial.
Sedangkan foto yang terpampang adalah mereka yang telah memberikan izin gambar untuk diketahui publik luas.
Tidak ada niatan untuk membuka aib atau menyudutkan orang-orang yang terlibat.
Tribunnewswiki.com tidak mengubah pernyataan langsung individu untuk menjaga otentisitas sumber.
Category
🗞
Berita