Profil Cut Nyak Dien - Pahlawan Nasional Pejuang Kemerdekaan

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Cut Nyak Dien merupakan pahlawan nasional yang lahir di Lampadang, Aceh tahun 1848 dari kalangan bangsawan.

Presiden Sukarno menetapkan Cut Nyak Dien sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 106, pada 2 Mei 1964.

Cut Nyak Dien melakukan perlawanan terhadap Belanda dari hutan selama 25 tahun dan aktif dalam menulis serta menyampaikan pidato tentang keindahan jihad.

Ayah Cut Nyak Dien, Teuku Nanta Setia adalah seorang uleebalang (komandan, atau secara harfiah, perwira militer Sultan) dari VI Mukim Distrik Militer Sagi XXV.

Nenek moyang Nanta Setia adalah Panglima Nanta (Panglima Komando), seorang keturunan dari Sultanah Tajjul Alam, seorang duta besar Aceh (juga seorang wanita) untuk Kesultanan Pagaruyung di Sumatra Barat.

Cut Nyak Dien menikah muda pada tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra uleebalang dari Lam Nga XIII.

Perjuangan

Masa perjuangan Cut Nyak Dien dimulai sejak 26 Maret 1873.

Kala itu Belanda telah menyatakan perang kepada Aceh.

Tak tanggung-tanggung, pasukan yang dikerahkan Belanda untuk berperang melawan rakyat Aceh berjumlah sekitar 3.198 prajurit.

Pada 8 April 1873, pasukan Belanda di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Kohler, mendarat di Pantai Ceureumen dan berhasil menguasai Masjid Raya Baiturrahman.

Tak hanya menguasai, Kohler dan pasukan juga membakar masjid tersebut di hadapan rakyat Aceh.

Cut Nyak Dien yang melihat peristiwa itu seketika berang.

Kendati berhasil memenangkan perang pertama dan menewaskan pimpinan pasukan Belanda yakni Kohler, pertempuran belum berakhir.

Di bawah pimpinan berikutnya, yakni Jenderal Han van Swieten, daerah VI Mukim yang notabene tempat tinggal Cut Nyak Dien, berhasil dikuasai Belanda.

Setahun berikutnya, Keraton Sultan pun jatuh.

Hal itu membuat Cut Nyak Dien dan rombongan kaum ibu lainnya mengungsi pada Desember 1875.

Pada 29 Juni 1878, suami Cut Nyak Dien, yakni Ibrahim Lamnga gugur dalam pertempuran melawan Belanda ketika tengah berupaya merebut kembali VI Mukim.

Hal itu membuat Cut Nyak Dien semakin geram dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Pada momen ini, tokoh pejuang rakyat Aceh lainnya, Teuku Umar akhirnya melamar Cut Nyak Dien.

Pada awalnya Cut Nyak Dien menolak pinangan tersebut.

Namun, karena Teuku Umar mengizinkan dan mempersilakannya untuk terjun dalam pertempuran melawan Belanda, Cut Nyak Dien akhirnya menerima dan menikah dengannya pada 1880.

Hal tersebut meningkatkan moral semangat perjuangan rakyat Aceh untuk melawan kaphe ulanda (Belanda kafir).

Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien kembali berjuang untuk melawan pasukan Belanda.

Pada 1893, Teuku Umar sempat melakukan siasat dengan berpura-pura menyerahkan diri dan menjalin kerja sama dengan Belanda.

Hal itu dilakukan untuk mengetahui berbagai strategi perang Belanda.

Siasat itu berhasil dilaksanakan.

Setelah tiga tahun berkamuflase, Teuku Umar kembali berbalik memerangi Belanda.

Tak ayal Belanda harus terus menerus mengganti jenderal perangnya di Aceh kala itu.

Namun nahas, pada Februari 1899, Teuku Umar wafat akibat tertembak oleh pasukan Belanda dan Cut Nyak Dien kembali kehilangan suami.

Kepergian Teuku Umar sangat memukul perasaan Cut Gambang, anak Cut Nyak Dien dari pernikahannya dengan Teuku Umar.

Kendati kembali harus kehilangan suami, hal itu tak membuat Cut Nyak Dien mengerutkan naluri perjuangannya.

Cut Nyak Dien memimpin pertempuran melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecil.

Namun, kondisi Cut Nyak Dien memang semakin renta. Matanya pun mulai rabun.

Melihat kondisi demikan, sisa pasukan yang dipimpinnya merasa sangat iba dan tak tega padanya.

Karena perasaan iba dan tak tega, salah satu pasukan Cut Nyak Dien yakni Pang Laot Ali, akhirnya memberikan informasi terkait keberadaan markasnya bersama Cut Nyak Dien kepada Belanda.

Cut Nyak Dien akhirnya berhasil ditangkap Belanda dan dibawa ke Banda Aceh, sebelum akhirnya dibuang ke Sumedang Jawa Barat pada akhir 1906.

Kendati demikian, Cut Gambang berhasil melarikan diri ke tengah hutan ketika ibunya dikepung Belanda.

Hingga dua tahun kemudian, Cut Nyak Dien wafat di pengasingan.

Dianjurkan