Profil Pidi Baiq - Seniman Multitalenta

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Pidi Baiq merupakan sosok yang lahir pada 08 Agustus 1972.

Pidi Baiq bukan lahir dari keluarga seniman, namun di dalam diri Pidi mengalir darah seni.

Pidi Baiq menyukai seni sejak dulu.

Ayahnya merupakan pelanggan majalah Bobo, namun Pidi Baiq memilih untuk menutup ilustrasi gambar yang terdapat di majalah Bobo dan menggantinya dengan ilustrasi gambar dari Pidi.

Kemampuan itu yang kemudian mengasah kemahirannya dan tidak heran jika Pidi Baiq diterima di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung.

Pidi Baiq mengaku jarang membaca buku maupun novel.

Pidi Baiq membaca dan akhirnya menyukai sastra karena Ibu dan kakak perempuan Pidi Baiq berprofesi sebagai Guru Bahasa Indonesia yang sering meminjamkan buku karangan dari Sutan Takdir Alisjahbana, Taufik Ismail, Iwan Simatupang, dan WS Rendra.

Terinspirasi dari membaca buku yang dibawakan oleh Ibu dan kakaknya, Pidi Baiq berusaha untuk menulis puisi.

Namun puisi yang Pidi Baiq tulis tidak disukai oleh teman-temannya karena merasa puisi yang Pidi tulis itu sulit dipahami.

Pidi Baiq juga gemar membaca cerita pendek karya Sarlito Wirawan Sarwono yang terdapat di majalah Gadis.

Ayahnya yang berlangganan majalah Tempo juga membuat Pidi Baiq menyukai tulisan dari Goenawan Muhammad.

Pidi Baiq yang suka membaca dan menulis tidak membuat Pidi Baiq bercita-cita menjadi penulis, pelukis maupun seniman.

Pidi Baiq justru semasa kecilnya bercita-cita ingin menikah.

Semasa menjalankan pendidikan di ITB, sifat memberontan dan kebebasan diri Pidi Baiq semakin membara.

Pada saat itu masih menjadi perbincangan mengenai rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto dan Pidi Baiq memutuskan untuk membuat negara sendiri yang dinamakan Negara Kesatuan Republik The Panasdalam.

Negara tersebut terletak di Ruang Seni Rupa yang memiliki luas 80 meter persegi pada 1995.

Nama The Panasdalam yang diberikan merupakan akronim dari Atheis, Paganisme, Nasrani, Hindu, Buddha, dan Islam.

Ini berarti The Panasdalam menerima kalangan dari keyakinan yang berbeda-beda.

Penduduk dari negara The Panasdalam terdiri dari 18 orang.

Imam Besar negara The Panasdalam merupakan Pidi Baiq sendiri.

Ketika Orde Baru tumbang, negara The Panasdalam ikut tumbang pada 1998 dan negara The Panasdalam memilih untuk ikut bergabung bersama indonesia.

Pada 1997 Pidi Baiq pernah merilis komik berjudul Bandung, Pahlawan Pembela Kebetulan: Kasus Tikus Tarka yang berlatar belakang kota Bandung.

Pidi Baiq pernah bergabung bersama PT POS Indonesia dan menjadi ilustrator menghasilkan 17 judul perangko sejak 1998.

Ilustrasi prangko pertamanya yang dibuat Pidi Baiq merupakan gebrakan baru karena prangko ini prangko seri cerita rakyat.

Pada umumnya desain prangko berbeda-beda walaupun memiliki tema desain yang sama namun Pidi Baiq membuatnya berkesinambungan sehingga ketika Prangko tersebut dijejerkan maka Prangko tersebut akan membentuk sebuah rangkaian gambar.

Perjalan Pidi Baiq selanjutnya ke negara Belanda untuk mempelajari filsafat dan seni.

Tahun 2005 The Panasdalam bank mengisi di televisi nasional dan membuat perdebatan sengit, semenjak saat itu Pidi Baiq sebagai Imam Besar memutuskan untuk tidak akan mengisi di televisi lagi.

The Panasdalam pun sudah tidak menempati ruang seni di ITB lagi, namun sudah memiliki rumah sendiri yang menjadi kegiatan komunitas dari The Panasdalam.